"Jadi, tuan putri hendak memberi tahuku bahwa tuan putri berhasil kembali ke masa lalu?"
Aku mengangguk, menyorot William, menatap kosong di manik hitam kelamnya. "Apakah ini yang kau maksud bahwa kau melihatku kembali ke masa lalu?"
Kepala pelayan setiaku menatapku sejenak, kemudian mengendikkan kedua bahunya. Lelaki berumur setengah abad itu meletakan nampan berisi cangkir teh hangat kepadaku, mempersilahkanku untuk minum. "Entahlah. Mungkin iya, mungkin juga tidak. Sihir hitam yang menyumbat kekuatanku ini benar-benar menghalangiku untuk melihat masa depan lebih jauh."
Tanganku meraih cangkir teh hangat itu. Suasana di dalam ruang markas bawah tanah perpustakaan sentral memang hangat, jadi bisa sedikit menenangkan pikiranku yang kacau balau. "Berarti maksudmu ... ada kemungkinan aku kembali ke masa lalu lagi? Lebih jauh?"
"Mungkin saja," William beranjak duduk di sofa, menghadapku. "Aku sempat melihatmu, samar memang. Tapi aku yakin melihatmu kembali ke masa lalu."
"Masa sekarang?"
"Bukan," William menggeleng. "Benar-benar masa lalu. Aku tak tahu dimana dan kapan. Samar sekali aku melihatnya. Seperti saat kita menonton DVD yang sudah rusak. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas. Maafkan aku, putri."
"Tak perlu meminta maaf begitu," ujarku sembari menyeruput teh hangat. "William, kau tadi sempat bilang jika aku kembali ke masa lalu, maka aku tak akan bisa lagi kembali ke masa sekarang. Apa maksudmu?"
William berdeham pelan, "Sebenarnya kemampuan memanipulasi waktumu untuk kembali ke masa lalu itu terbagi menjadi dua, putri. Kembali ke masa lalu dan datang ke masa lalu itu dua hal yang sangat berbeda. Jika kau kembali ke masa lalu, kau benar-benar memutar roda waktu dan kembali ke masa lalu. Seperti halnya tuan putri kemarin, kembali ke beberapa menit yang lalu. Kamu menjalankan kembali waktu yang telah berlalu. Setiap kali kamu melakukan hal yang berbeda, maka kamu akan merubah masa depan. Berbeda halnya dengan datang ke masa lalu.
Jika tuan putri datang ke masa lalu, berarti tuan putri memang pergi dan datang dari masa depan. Kamu tak harus menjalani lagi kehidupan di masa lalu dan dapat kembali ke masa depan. Tapi ada yang perlu diwaspadai. Jika kamu melakukan sesuatu yang berdampak besar, maka tak menutup kemungkinan bahwa masa depan dapat berubah."
Aku termenung sesaat setelah mendengar penjelasan William. "Jadi ... yang kau lihat itu aku datang ke masa lalu, bukan kembali ke masa lalu?"
William mengangguk, "Benar."
"Ini rumit," ungkapku jujur. "Aku tak menyangka bahwa kekuatanku ini sangat berpengaruhi takdir."
"Itulah mengapa kau spesial, putri." William tersenyum penuh arti. "Kau dapat merubah takdir. Kau dapat memanipulasinya sesukamu. Kau memikul banyak harapan di pundakmu. Karena ... masa depan memang ada di tanganmu, putri."
Aku tertegun. Mendengar ucapan William membuatku mengingat masa-masa ketika aku bertemu Ayah, Ibu, dan Beth di taman kehidupan. Saat itu aku melihat bunga kehidupanku yang begitu berwarna. Aku tak memang masih tak mengerti mengapa bunga kehidupanku dapat lebih berwarna dibandingkan bunga kehidupan yang lainnya. Namun, aku tahu bahwa aku memang spesial. Memiliki kemampuan yang dapat memanipulasi waktu, menyimpan pedang cahaya, dan pemilik kekuatan es. Aku memang bukanlah penyihir biasa. Aku ... spesial.
Bolehkah aku menganggap diriku spesial?
Tapi aku tak pernah merasa seperti itu. Aku selalu merasa tertinggal. Masih banyak yang belum kupahami tentang dunia yang luas ini. Dan tugasku adalah ... mencari jawaban atas pertanyaan yang tersisa.
Hidup terlalu berharga untuk disia-siakan.
Bertanya memang penting, namun mencari tahu kenyataannya adalah hal yang jauh lebih bermakna.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tales: Broken Pandora
Fantasy[The Tales: School of Magic Sequel] Setelah tragedi yang menyebabkan populasi penyihir menurun, kini kami dikejutkan kembali oleh bencana yang baru. Sebagian besar penyihir terkena sihir hitam, dan membuat kekuatan mereka tersegel. Kehilangan kekuat...