Ujian individu baru akan dimulai jam sepuluh pagi. Karena aku―secara ajaib―bangun terlalu pagi, jadi setelah sarapan aku memutuskan untuk pergi ke Gedung olahraga, melatih pergerakan dan staminaku.
Tadinya aku akan pergi ke sana bersama Sena dan Juliet, tapi Sena pamit karena namanya dipanggil melalui speaker pengeras oleh Romeo, meminta lelaki itu untuk segera hadir ke ruang Dewan.
Dan berakhirlah aku kemari bersama Juliet. Gadis ini berbicara terlalu banyak, membuatku jengah hanya dengan mendengarnya.
Tunggu. Jadi, apakah ini yang selama ini dirasakan oleh Sena? Lelah mendengarkanku terus mengoceh? Wah, Sena patut diacungi jempol.
Sesampainya di Gedung olahraga, aku mendapati ada lumayan banyak murid yang berlatih di sini. Ruangan luas yang dikelilingi kursi penonton bagaikan stadion ini terdengar begitu riuh. Beberapa murid menggunakan kekuatannya secara leluasa tanpa perlu khawatir akan merusak fasilitas sekitar. Kenapa? Karena sekitar telah dipasang dinding anti-sihir, dan hanya bisa dilewati oleh manusia saja.
"Oh, pagi, Kena! Pagi, Juliet!" Lizzy menyapaku. Gadis itu tengah bersama Yura. Sepertinya mereka sedang berlatih.
Aku balas menyapa seadanya. "Pagi."
"Pagi juga!" Juliet tersenyum ramah, "Sedang latihan?"
"Seperti yang terlihat," Yura menguap malas.
Lizzy menoleh, "Jangan malas begitu. Ayo kembali latihan."
"Uh ... oke."
"Latihan? Boleh aku ikut?" tanyaku semangat. Jarang-jarang aku bisa latihan bersama Lizzy dan Yura, juga Juliet.
"Tentu," Lizzy tersenyum, "Kau lihat cara kami latihan, ya. Tolong hitung sampai tiga!"
Aku dan Juliet mengangguk, lalu mundur beberapa langkah. Yura dan Lizzy berdiri saling berhadapan, terpaut sejauh tiga meter. Mereka bersiaga, memasang kuda-kuda. Aku mulai menghitung. Tepat pada hitungan ketiga, mereka melesat bersamaan.
Lizzy lebih dulu melayangkan sebuah pukulan. Yura menepis pukulan itu, lalu meliuk dengan lihainya. Lizzy kembali menghantamkan tinju kepada Yura. Tapi sebelum kepalan tangan Lizzy menyentuh tubuh Yura, sosok Yura sudah menghilang terlebih dahulu.
Yura muncul dengan tiba-tiba di belakang Lizzy, mengangkat kakinya, mencoba menendang. Lizzy melompat tinggi menggunakan kekuatannya, menggantung di udara.
Mataku mengerjap beberapa kali, berdecak kagum.
Yura berteleportasi dengan cepat. Dia berteleportasi ke udara, lalu memutar tubuhnya sendiri, kembali melayangkan tendangan.
Lizzy mengulurkan tangannya. Dia mengendalikan gravitasi. Tubuh Yura langsung terjatuh dengan cepat dan menghantam kerasnya lantai Gedung olahraga.
Gadis bersurai hijau permadani itu mengaduh pelan, "Oke, time out!" serunya sedikit keras.
Lizzy mendarat dengan mulus, lalu menatap Yura sedikit jengkel. "Memangnya kalau ujian nanti ada time out, huh?"
Beberapa murid yang juga ikut menonton pertarungan antara Yura dan Lizzy membubarkan diri begitu mereka selesai bertarung―kembali fokus berlatih.
Tanpa sadar aku bertepuk tangan. "Whoah! Hebat!" pekikku kagum.
Juliet mengangguk menyetujui. "Yura, sejak kapan kau jadi segesit itu?"
Yura beranjak berdiri―dibantu oleh Lizzy. Dia tampak berpikir sesaat, "Sejak Lizzy memaksaku untuk rajin berolahraga."
Aku melotot, "Kenapa tidak ajak aku?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tales: Broken Pandora
Fantasy[The Tales: School of Magic Sequel] Setelah tragedi yang menyebabkan populasi penyihir menurun, kini kami dikejutkan kembali oleh bencana yang baru. Sebagian besar penyihir terkena sihir hitam, dan membuat kekuatan mereka tersegel. Kehilangan kekuat...