"Maaf aku terlambat!" Aku membungkuk, menyentuh lutut, mencoba menopang tubuh karena merasa begitu lelah. Jantungku berderu begitu cepat, peluh membanjiri tubuhku. Seragamku telah kusut karena berlari.
Master Joule di hadapanku bersidekap tangan, menatapku dengan tatapan yang sulit kuartikan. Bukannya menanyakan kabarku atau apa, pria itu justru mulai mengomel, "Kau tahu ini sudah berapa lama?!"
"D-Dua bulan ...," aku menjawab ragu, "Mungkin lebih," lanjutku.
Master Joule memijat keningnya, menghela napas jengah. "Kau bilang sudah menemukan jawaban atas pertanyaanku sejak berbulan-bulan lalu, tapi kau baru datang hari ini, itupun aku yang meminta." Lirikkan matanya mengarah padaku, menatap sinis.
Aku menegup salivaku dengan susah payah. Canggung, hanya bisa menggaruk tengkukku sembari tersenyum bersalah. "M-Maaf," sesalku. "Banyak sekali hal yang terjadi, sampai aku lupa dengan semuanya."
"Hm, aku sudah dengar. Karena itu, aku memaafkanmu." Master Joule melemparkan sebotol jus ke arahku, kemudian kutangkap dengan sigap. "Minumlah, kau pasti lelah karena sudah berlari dari Sekolahmu ke sini."
Sejujurnya, kalimat terakhirnya sungguh menusukku. Tadi setelah menerima pesan dari Master Joule, aku segera berlari keluar dari sekolah, bahkan tanpa meminta izin terlebih dahulu. Nahas menimpaku, kereta terbang sedang dalam perbaikan dan saat ini belum bisa beroperasi. Awalnya aku terbang menggunakan sapu terbangku, dan kesialan kembali menimpaku. Seekor burung menabrakku, membuat keseimbanganku oleng dan terjatuh. Aku cukup beruntung karena berhasil menyelamatkan diri dengan mantra melayang, namun nasib sapu terbangku tidak. Sapu terbangku patah, mungkin karena kayunya sudah terlalu rapuh. Tidak mungkin bagiku melanjutkan perjalanan dengan menggunakan mantra melayang, karena hal itu akan menguras banyak energiku. Maka, kuputuskan untuk berlari selama sisa perjalanan.
Untung saja aku terjatuh saat sudah sampai di kerajaan Selatan, jadi aku hanya perlu berlari selama kurang lebih dua jam saja. Jika saja aku terjatuh saat masih di daerah Kerajaan Barat daya atau Barat, mungkin butuh sehari atau dua hari untuk sampai ke sini.
Untuk catatan, aku memasang mantra speed di sapu terbangku agar dapat terbang berkali-kali lebih cepat.
Kutebas habis sebotol jus pemberian Master Joula hanya dalam beberapa kali teguk. Rasanya begitu menyegarkan, mengalir begitu saja di tenggorokanku yang kering.
"Jadi, bisakah kau memberi tahuku jawabanmu?"
Aku menutup botol, meremasnya sembari merapalkan mantra pelebur. Botol di tanganku hancur begitu saja, menghilang dan melebur menjadi serpihan debu bercahaya. "Jawabanku ...," aku memberi jeda, mencoba meneguhkan hati, "Yang kuinginkan adalah hari esok!"
Master Joule masih menatapku, ekspresinya tidak berubah banyak. "Alasan?"
"Karena dengan adanya hari esok, akan muncul kesempatan baru. Kita bisa bertemu dengan orang-orang terkasih, juga memiliki kesempatan untuk memperbaiki semua kesalahan yang ada," jawabku mantap.
"Kau yakin?"
"Tentu saja!"
Master Joule terdiam. Perlahan, bibirnya menyunggingkan sebuah senyum yang tak pernah kusangka. "Sorot matamu saat ini, begitu berani. Aku puas akan jawabanmu. Kau sudah siap menerima skill terakhir dariku."
Sesuatu terasa mengembang di dadaku, merasa bangga karena telah dipuji oleh seseorang yang begitu kuhormati. "Terima kasih, Master!"
"Kena," Master Joule mengibaskan pelan tangannya. "Mendekatlah."
Aku berjalan mendekat, jantungku berdegup, perasaanku campur aduk. Antara senang, dan penasaran.
Master Joule mendekatkan bibirnya ke telinga kananku, lantas membisikkan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tales: Broken Pandora
Fantasy[The Tales: School of Magic Sequel] Setelah tragedi yang menyebabkan populasi penyihir menurun, kini kami dikejutkan kembali oleh bencana yang baru. Sebagian besar penyihir terkena sihir hitam, dan membuat kekuatan mereka tersegel. Kehilangan kekuat...