Aku memicingkan mataku. Dari kejauhan, aku menangkap sesosok wanita bersurai hitam sepinggul. Dia berdiri di sana. Aku merasa familisr dengan wajahnya, hingga akhirnya aku menyadari bahwa aku memang mengenalnya. Dia adalah guru sihirku, Miss Ann!
"Miss Ann!!" panggilku keras. Aku segera berlari mendekatinya. Aku tersenyum lega, akhirnya aku bertemu seseorang yang dapat melindungiku.
Miss Ann tersenyum, menatapku dengan sorot hampa.
"Miss Ann!" Aku mengenggam erat tangan Miss Ann, menghela napas lega. "Miss, ayo kita harus cepat pergi! Leon ... Leon adalah pengkhianat!"
Kupikir Miss Ann akan terkejut dan segera membawaku pergi. Namun di luar dugaan, reaksi Miss Ann tetap datar. Dia tersenyum tipis, bersikap tenang, seolah-olah kami tidak berada di tengah bahaya.
"Miss?" panggilku ragu. Aku mengguncang-guncang pelan lengan Miss Ann, namun wanita itu bergeming. Sekelebat perasaan buruk mulai menghantuiku. Aku melangkah mundur, menatap was was sosok Miss Ann di hadapanku.
Kenapa Miss Ann diam saja?
"Kena."
Suara pria yang berat terdengar di pendengaranku. Aku menoleh, dan mendapati Henry berdiri tak jauh dari posisi Miss Ann. Aku terkejut dalam diam, menatap tak mengerti. "Henry? Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanyaku heran. Kali ini, perasaanku benar-benar tak enak.
Henry tersenyum. Kulitnya perlahan mulai terkelupas. Asap hitam pekat menyelimuti dirinya. Sebuah tanduk tumbuh menghiasi kepalanya. Tak lupa sepasang sayap kelelawar yang menggantung di punggungnya.
Henry ... berubah menjadi Leon!
Aku melangkah mundur, ternganga. "L-Leon?" suaraku yang parau mulai bergetar. "B-Bagaimana mungkin? Tadi kamu ada di ..."
"Kau mencariku?"
Aku menoleh ke belakang, melotot tak percaya begitu mendapati sosok Leon berdiri di belakangku. Pupil mataku mengecil karena terlalu terkejut.
Mustahil ... ada dua sosok Leon!?
Leon tertawa, suaranya begitu mengerikan. "Haha, apakah kau tidak tahu, kalau anak Lucifer bisa mencopy tubuhnya menjadi dua bagian? Tentu saja kau tidak tahu." Sosok Leon yang satunya berjalan mendekat ke arah Leon yang saat ini berbicara denganku. Tubuh Leon yang satunya melebur, menyatu menjadi satu tubuh. Kini, sosok Leon tambah menyeramkan. Sayap kelelawar di punggungnya semakin besar, tanduk di kepalanya memanjang, terdapat dari runcing di mulutnya. Leon terkekeh, menatapku begitu sinis. "Tapi, tentu saja ada efek sampingnya. Karena tubuhku ada dua, kekuatanku juga jadi terbagi. Karena itu, kekuatanku sedikit melemah. Namun karena sekarang telah menjadi satu, maka aku dapat menggunakan kekuatan penuhku!"
Leon mengarahkan tangannya kepadaku, melesat cepat. Bahkan sebelum aku menyadarinya, dia sudah mencekik leherku.
Namun belum seperkian detik, Leon melemparku menjauh hingga tubuhku terkapar di atas tanah. Aku terbatuk, memegangi leherku yang terasa nyeri. Tanpa sengaja, pandanganku terjatuh pada gelang pemberian Clyde yang kupakai. Gelang pemberian Clyde bersinar putih redup.
"P-PANAS!" jerit Leon sembari menggenggam tangannya sendiri yang melepuh.
Ah, tidak. Dia bukanlah Leon. Dia pasti Coctyus!
Coctyus menatapku tajam. "Sial! Mengapa ada rune pensucian pada dirimu?!"
Aku tertegun, refleks menatap gelang pemberian Clyde.
"Pasti ini ulah si rambut merah sialan itu!" Coctyus menatap murka.
"Iya, ini ulahku!" Aku refleks menoleh ke sumber suara. Aku terbelalak, sedikit harapan mulai bersinar di dadaku. Sosok Clyde berjalan dan berdiri di hadapanku dengan begitu gagah dan berani. "Maaf aku terlambat, Kena. Sulit mendeteksimu di antara hutan ilusi ini," bisik Clyde penuh penyesalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tales: Broken Pandora
Fantasy[The Tales: School of Magic Sequel] Setelah tragedi yang menyebabkan populasi penyihir menurun, kini kami dikejutkan kembali oleh bencana yang baru. Sebagian besar penyihir terkena sihir hitam, dan membuat kekuatan mereka tersegel. Kehilangan kekuat...