BAB 7 : Praduga Rey

51K 4.2K 1.3K
                                    

⁉️WARNING⁉️

CERITA INI SEDANG DIREVISI DENGAN VERSI TERBARU YANG LEBIH SERU. SO, JANGAN TANYA KENAPA PARTNYA CUMA SEGINI!

《 Aku saranin kalian bacanya selagi masih on going, karna cerita ini akan segera terbit dalam versi cetak. 》

Buat silent readers,
kenapa kalian diem ngga pernah kasi feedback?💭

Thank you buat yang udah komen💓
@Jocelyntmbn
@DewiKarmila106

●●●

Kepercayaan diri didapat
melalui dua hal;
Kelebihan yang dijadikan potensi
dan kekurangan yang
disyukuri untuk dimanfaatkan
sebaik mungkin.

—sherena—

Satu minggu berlalu dan kini waktunya Sheva dan Ghani untuk menunjukkan penampilannya sebagai akibat hukuman telat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu minggu berlalu dan kini waktunya Sheva dan Ghani untuk menunjukkan penampilannya sebagai akibat hukuman telat. Untuk itu, hari ini mereka memutuskan berangkat bersama.

Sheva itu mabok darat. Jadi, saat dirinya berangkat sekolah menggunakan motor modifikasi milik Ghani yang brisik dan ngebut, Sheva tidak bisa untuk tidak mual dan pusing, padahal jarak antara rumah dan sekolah tidak begitu jauh. Sesampainya di pelataran parkir, segera saja dia  duduk di lantai parkir, tanpa mempedulikan roknya yang kotor.

"Fiks gue menang karna gue berhasil ngebut tanpa kena tilang." Ghani tersenyum senang.

Sheva mendelik kesal. Merasa dibodohi karena menerima taruhan Ghani saat tadi, secara tiba-tiba Ghani datang menjemputnya di rumah.

"Sebutin mau lo!"

"Jangan diiket rambutnya selama seminggu!"

"Nggak. Gue nggak tahan panas. Yang lain aja," ucap Sheva sembari menahan mual pada perutnya yang kosong karena belum sempat sarapan.

"Nggak mau tau, titik!"

Sheva mengalah, tidak ingin berdebat untuk hal yang tidak penting.

Melihat Sheva yang tidak baik-baik saja, Ghani memberikan satu botol air mineral kepada gadis kucir kuda itu, yang diterimanya dengan kasar.
"Minum dulu She," ucap Ghani. "Masih aja jutek," lanjutnya terkekeh pelan.

"Haahh, kepala gue pusing banget anjirr! Kresek mana kresekk!" Sheva memegangi perutnya yang semakin mual begitu meminum air.

Ghani yang mengerti situasi, dengan cepat menyodorkan satu kresek ukuran sedang yang kebetulan ada di dalam tasnya kepada Sheva.

"Kalau mau muntah, jangan di sini, lah bego! Malu dilihatin orang!"

Sheva tidak peduli, mendapat sinyal pencernaan perutnya yang tidak enak. Semua sisa makanan dalam perutnya dia keluarkan ke dalam kresek hitam yang dipegang sahabatnya. Tenggorokannya terasa perih ketika dia muntah. Ghani yang tidak tega melihat Sheva kesakitan, memijit tengkuknya pelan.

SHERENA (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang