BAB 16: Serendipity; Leon atau Rey?

39.7K 3.3K 961
                                    

⁉️WARNING⁉️
SHERENA SEGERA TERBIT

UPDATE CEPAT KALI INI SEBAGAI BONUS KARNA TARGET BELUM TERPENUHI DI PART SEBELUMNYA🫵🏻😋

Sekali-kali, aku mau dong komennya jangan cuma minta 'next' atau 'lanjut'
aja☹️

•••

CERITA INI SEDANG DIREVISI DENGAN VERSI TERBARU YANG LEBIH SERU. SO, JANGAN TANYA KENAPA PARTNYA CUMA SEGINI!

Buat silent readers,
kenapa kalian diem ngga pernah kasi feedback?💭

🍻 Call me with momsey🍻

Sebelum baca, ayo spam emot 🐬 dulu biarr semangatttt 🔥

•••

Serendipity.
Suatu hal keberuntungan yang membuat setiap orang senang termasuk 'aku'. Bukan senang lagi. Tapi, overdosis bahagia.

Lelaki pirang itu menepati ucapannya dengan serius menemani Sheva latihan teater

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lelaki pirang itu menepati ucapannya dengan serius menemani Sheva latihan teater. Duduk di depan ruang teater sambil menyumpal kedua telinganya menggunakan earphone. Melihatnya yang begitu santai, membuat Sheva geram sendiri. Dia malu sungguh. Ingin rasanya membawa lelaki itu pergi, namun tentunya tidak mungkin karena hal itu akan membuat keributan. Terlebih, saat ini lelaki itu tengah menjadi pusat perhatian dengan tatapan memuja.

Maka, pilihan terbaik saat ini adalah bersikap pura-pura tidak tau dan memilih untuk mengabaikannya.

Menghembuskan nafas lelah, Sheva mengambil naskah dramanya dan mulai kembali menghafalkannya. Keluar dari zona nyaman, saat dia biasanya bisa duduk santai sebagai tokoh figuran, namun kali ini tenaganya harus dikerahkan lima kali lipat dari biasanya.

"Are you ready, She?" tanya Rama— tokoh utama pria dalam teater kali ini.

"Sampai sekarang bahkan aku masih bingung, kak. Kenapa harus aku?" Sheva mengerucutkan bibirnya kesal.

Rama terkekeh melihat tingkahnya, "Syukurin aja. Yang lain mah seneng dapet tokoh utama. Lah lo? Malah nggak mau. Herman gue."

"Eh, Herman, kan nama bapaknya si Lena," ucap Sheva salah fokus.

"Lena siapa?" bingung Rama.

"Temenku."

Bu Nova memasuki ruangan teater, membuat keadaan seketika hening. Setelah beberapa menit diawali dengan pengarahan dari Bu Nova, semua anak teater berkumpul menjadi satu untuk mempersiapkan berbagai macam atribut yang  telah jadi. Latihan kali ini, ditujukkan untuk pemantapan dari latihan-latihan sebelumnya. Tanpa pembina. Harus berlatih sendiri dan datang-datang maunya sudah harus jadi. Jika ada yang kurang sreg dengan pembinanya, mau tidak mau harus dimulai dari awal.

SHERENA (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang