BAB 31: PENJELASAN

25.6K 2.4K 1.1K
                                    

[ Playing Now ]

‼️SEGERA TERBIT‼️

SEBELUM BACA, PENCET BINTANGNYA DULU SEBAGAI VOTE⭐️

APA ALASAN KALIAN MASII
LANJUT BACA CERITA INI? 👉🏻

SIAP JEMPUT SHERENA VERSI NOVEL?

JANGAN LUPA KOMEN DI SETIAP PARAGRAFNYA YAA BIAR AKU SEMANGAT UPDATE❤️‍🔥

•••

"Hal dasar dalam sebuah hubungan adalah kejujuran disertai dengan penjelasan tanpa adanya kebohongan yang berusaha untuk disembunyikan."

19

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


19.30 p.m

Meskipun diluaran sana tengah dilanda hujan deras, namun tak membuat Rey gentar untuk diam di rumahnya dimana dia justru mengendarai mobil sport-nya dengan ugal-ugalan. Rasa bersalah dalam dirinya jauh lebih besar ketimbang harus menghiraukan sesuatu yang menurutnya kecil seperti hujan. Rengekan Zoya yang memintanya untuk tinggal menemaninya, bahkan tidak dihiraukannya karena yang terpenting sekarang baginya adalah Shevanya.

Rey memarkirkan mobilnya di pelataran minimarket. Tempat kejadian dimana lelaki yang Rey ketahui bernama Ando melakukan tindak keji kepada gadisnya. Karena tanpa Sheva sadari dengan Rey yang tidak membicarakannya, Rey diam-diam memberi perhitungan kepada lelaki bajingan itu. Meskipun sudah dipukuli kembali hingga babak belur, lelaki itu bahkan terus bungkam tanpa mau menjelaskan siapa dia dan apa hubungannya dengan Sheva. Rey yang kesal memintanya untuk menjauhi Sheva. Tidak akan Rey biarkan siapapun menyakiti gadisnya.

Netra birunya menelisik lewat kaca mobil, mencari seseorang yang ingin dia temui di depan minimarket di tengah hujan deras. Netranya terhenti pada satu titik dimana di depan sana terapat seorang gadis yang mengenakan cardigan berwarna biru laut sembari menengadahkan tangannya di bawah rintikan air hujan.

Rey tersenyum lega. Rasa rindunya selama tiga hari ini, terbayar sudah. Tapi kembali lagi, senyumnya memudar tatkala menyadari kesalahannya yang membuat gadis itu terluka. Mungkin.

Tanpa menggunakan payung atau jas hujan, Rey segera berlari menghampiri Sheva yang tengah berdiri di depan minimarket. Netranya menatap Sheva lekat dengan senyuman manis di bibirnya namun tidak mendapatkan respon balik dari sang lawan. Rey menunduk gelisah.

"Aku pikir kamu nggak bakalan dateng," ucapnya membuat kepala Rey yang tadinya tertunduk, seketika mendongak.

"Aku pasti dateng untuk hal sepenting kamu Sheva. Apalagi sejak tiga hari kemarin, kita udah nggak ketemu," balas Rey dengan senyumannya.

SHERENA (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang