BAB 45: Rumit

18.7K 1.8K 1.1K
                                    

‼️SUDAH TERBIT‼️

SEBELUM BACA, PENCET BINTANGNYA DULU SEBAGAI VOTE⭐️

APA ALASAN KALIAN MASII
LANJUT BACA CERITA INI? 👉🏻

JANGAN LUPA KOMEN DI SETIAP PARAGRAFNYA YAA BIAR AKU SEMANGAT UPDATE❤️‍🔥

•••

Cinta yang tulus adalah dia yang selalu ingin membuatmu bahagia dan tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu.

•reynand•

Setelah kejadian semalam yang membuatnya benar-benar merasa mati rasa yang untungnya saja Vano menolongnya, Sheva hanya berdiam diri dan mengurung dirinya di kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah kejadian semalam yang membuatnya benar-benar merasa mati rasa yang untungnya saja Vano menolongnya, Sheva hanya berdiam diri dan mengurung dirinya di kamar. Bahkan dirinya memutuskan untuk tidak masuk sekolah karena masih takut dan tidak bisa fokus nantinya. Sebenarnya merasa sayang karena absennya yang pasti sudah banyak karena dirinya sering tidak berangkat.

Sampai saat ini Sheva tidak habis pikir, mengapa Rey tega begitu tega melakukan hal itu kepadanya? Tapi apakah benar Rey setega itu kepadanya mengingat perlakuan Rey yang begitu manis kepadanya? Sheva rasa itu tidak mungkin tetapi dia juga tidak bisa memungkiri bahwa dirinya merasa sangat kecewa dengan Rey.

Benar apa yang Ghani katakan waktu itu. Menjauh dari Rey adalah pilihan terbaik untuk ketenangannya dimana kehadiran Rey merupakan sumber dari segala masalah yang ada. Ibarat warna, dia seperti mejiku pelangi. Banyak warna yang Rey berikan kepadanya dengan rasa yang berbeda pula.

Sheva menghela nafasnya panjang ketika Rey selalu memenuhi pikirannya. Niat hati ingin melupakan, justru memikirkan dengan perasaan sesak yang tiba-tiba bergerumul di dadanya.

🐬🐬🐬

Tiga hari lamanya Sheva tidak berangkat, dan sekarang dia menampakkan dirinya di kelas yang disambut dengan banyak tatapan aneh oleh sahabatnya dan juga teman sekelasnya yang membuatnya mengernyit bingung. Bahkan saat dirinya sudah duduk di samping Amanda, keempat sahabatnya menatapnya dengan datar tetapi tajam.

"Kalian kenapa?" bingung Sheva.

"Cewe munafik! Semua orang juga udah tau kali apa yang lo lakukan tiga hari yang lalu!" ucap Amanda datar.

"Maksud lo apa?" tanya Sheva mencoba bersikap biasa saja dengan menyembunyikan rasa gugupnya.

"Nggak usah pura-pura nggak tau deh, She! Tiga hari yang lalu lo ke club dan godain geng brandal di sekolah kita, kan? Ngaku lo!" teriak Lena dengan kesal.

Sheva memejamkan matanya erat, menahan gejolak dalam dirinya ketika kilasan itu dibuka kembali. Padahal, sekuat tenaga dirinya melupakan kejadian itu tetapi sahabatnya justru mengorek kembali lukanya dengan bermacam tuduhan tidak masuk akal. Beginikah yang namanya sahabat? Apakah kepercayaan mereka untuknya tidak pernah ada?

SHERENA (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang