BAB 12: Same, but different

45.7K 3.5K 2K
                                    

⁉️WARNING⁉️

CERITA INI SEDANG DIREVISI DENGAN VERSI TERBARU YANG LEBIH SERU. SO, JANGAN TANYA KENAPA PARTNYA CUMA SEGINI!

Buat silent readers,
kenapa kalian diem ngga pernah kasi feedback?💭

🍻 Call me with momsey🍻

•••

"Rasa suka dan ketertarikan timbul seiring dengan kebersamaan yang tanpa disadari menghadirkan perasaan nyaman."

Suara riuh dari area kantin yang mendominasi, membuat penasaran bagi setiap murid

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suara riuh dari area kantin yang mendominasi, membuat penasaran bagi setiap murid. Pada bagian tengah kantin, terdapat sebuah kerumunan dimana di tengahnya itu seseorang berseragam serupa, jatuh tersungkur yang membuat beberapa orang memekik histeris. Bagaimana tidak, lelaki tampan dengan netra sebiru laut itu terluka, akibat serangan mendadak yang dilayangkan oleh lelaki berambut hitam dengan sorot mata tajamnya.

"Gue tegasin sama lo jangan pernah deketin Sheva lagi!" tegas Ghani tajam. Bukan tanpa alasan Ghani melakukannya. Sheva adalah alasannya. Dia tidak akan membiarkan hal apapun kembali menyakiti gadis itu. Terutama dengan alasan penyebabnya adalah seorang lelaki, lagi.

Rey tersenyum miring, lalu mengusap sudut bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah. Berdecih sinis saat praduganya memanglah benar. Tidak mungkin lelaki di depannya ini sebatas teman bagi Sheva.

"Lo bermasalah dan gue nggak mau Sheva terlibat dengan masalah lo itu!" lanjut Ghani menegaskan yang seketika membuat suasana kantin semakin riuh. Tidak menyangka, penyebab kericuhan ini adalah gadis berprestasi yang bahkan jarang dikenali selain karena prestasinya.

"Why? She is cute and attractive." Rey tersenyum miring saat Ghani menatapnya dengan sorot tajam. Rey berdiri, balas menatapnya tak kalah tajam. Lalu, kepalan tangannya menghantam wajah Ghani dengan keras, hingga lelaki itu terhuyung ke belakang dan meninggalkan luka di wajahnya.

"Impas." Rey menatap Ghani tidak suka. "Punya mulut itu dijaga! Lo siapanya Sheva sampai ngelarang dia? Lagi, lo siapa, sih, seenak jidat merintah gue? Lo nggak sepenting itu buat ngatur gue, cih!" ucap Rey sengit.

"Kalau itu karena dendam lo sama Sheva yang udah nyebar rumor tentang lo, lebih baik lo berhenti. Atau kalau lo masih mau balas dendam, lampiasin aja semuanya ke gue. Gue terima, asal jangan ganggu Shevanya!" tegas Ghani dengan serius.

Rey diam, menatap Ghani tidak suka, lalu bibirnya berdecih sinis. Lelaki menyebalkan yang sialnya berhubungan dekat dengan Sheva, menimbulkan setitik rasa kesal dalam diri Rey.

"BUBAR WOYY! ADA PAK TEDDY!" teriakan dari salah satu siswa yang dengan serentak membubarkan para kerumunan dengan langkah terbirit-biritnya untuk kembali ke kelas.

SHERENA (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang