BAB 11: He's Good (?)

47.7K 3.8K 2K
                                    

⁉️WARNING⁉️

CERITA INI SEDANG DIREVISI DENGAN VERSI TERBARU YANG LEBIH SERU. SO, JANGAN TANYA KENAPA PARTNYA CUMA SEGINI!

Buat silent readers,
kenapa kalian diem ngga pernah kasi feedback?💭

🍻 Call me with momsey🍻

•••

Soulmate?
Kata orang, kalau sering bertemu
tanpa sengaja itu jodoh. Mungkinkah itu berlaku bagi kita?

Sheva menghembuskan nafasnya kasar dengan jantung berdegup kencang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sheva menghembuskan nafasnya kasar dengan jantung berdegup kencang. Beberapa detik yang lalu dia membuat sebuah keputusan atas dasar keterpaksaan yang membuatnya menyesali akan pilihan spontannya. Distraksi Rey tentang hukuman, membuatnya terpengaruh, lalu dengan konyolnya dia mengikuti Rey. Lantas, disinilah mereka berdua sekarang. Di sebuah basemant mall dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuh keduanya.

"Kenapa kamu bawa aku ke sini, kak? Bukannya tadi aku udah bilang minta dianterin pulang!" sentak Sheva kesal. Bagaimana tidak, Sheva menyetujui ajakan bolos Rey dengan harapan agar Rey mengantarnya pulang. Bukannya berkeluyuran tidak jelas di tempat umum setelah tadi Rey membawanya berkeliling kota di tengah kemacetan yang tidak ada hentinya.

"Kita bawa nama sekolah, kak. Apa pantas berkeliaran di saat jam sekolah seperti ini?"

Rey mengabaikan amarah Sheva, lalu memilih untuk meninggalkan gadis tersebut dengan opini bahwa gadis itu akan ketakutan dan memilih untuk mengejarnya. Senyuman miringnya terbentuk, namun sirna saat opini-nya salah, karena Sheva justru berlalu pergi ke arah yang berlawanan dengannya menuju pintu keluar.


Rey berdecak kesal, mengejar Sheva lalu mencekal pergelangan tangannya dengan erat membuat langkah gadis itu terhenti. "Lo mau kemana?"

"Aku mau pulang!"

"Gue nggak bakal biarin lo pulang sendiri, karena gue yang bawa lo ke sini!"

Sheva menghembuskan nafasnya kesal, "Aku nggak peduli!"

Rey menghedikkan bahunya acuh. Sifat dominannya, mampu membuat pertahanan Sheva runtuh dan tidak berani untuk kembali membantah, mengingat akibat yang pernah dirinya dapatkan saat berusaha untuk melawan Rey.

"Nurut atau lo, gue jual ke situs perdagangan manusia!"

🐬🐬🐬

Nafas Sheva tercekat saat melihat price tag yang begitu fantastis untuk seorang pelajar seperti mereka yang uang sakunya masih dijatah oleh orang tua. Bahkan jika Sheva memiliki uang, rasanya sangat disayangkan untuk dihabiskan hanya demi satu setel pakaian. Apalagi, Rey membelikannya untuknya yang notabene hanya sebatas adik kelas. Semudah itu kah Rey memberi?

SHERENA (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang