Bab 10: Gerbang Sekolah

52.6K 4.1K 1.2K
                                    

⁉️WARNING⁉️

CERITA INI SEDANG DIREVISI DENGAN VERSI TERBARU YANG LEBIH SERU. SO, JANGAN TANYA KENAPA PARTNYA CUMA SEGINI!

Buat silent readers,
kenapa kalian diem ngga pernah kasi feedback?💭

🍻 Call me with momsey🍻

•••

"Batas antara benci, kasihan dan rasa suka memang tipis yang bisa menjadi bom waktu kapan pun itu."

"Bulepotan, lo bolos sekolah ya?" ucap Rico berteriak dari sambungan telfon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bulepotan, lo bolos sekolah ya?" ucap Rico berteriak dari sambungan telfon.

Rey menjauhkan ponselnya saat suara menggelegar tersebut memenuhi indra pendengarannya. Berdecak kesal, lalu menjawabnya dengan gumaman pelan.

"Ajigile. Pantes aja si Dayu ngebet banget nyariin lo dari pagi kaya cacing kepanasan."

"Males gue, mending juga bolos." Rey kembali membaringkan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya setelah cukup lama tertidur, mengurungkan niatnya yang ingin mandi.

Setelah mengantar Sheva pulang tadi pagi, dirinya memang langsung pulang ke apartemen miliknya. Tidak mungkin bukan pulang ke mansion di saat Dalila tengah menunggunya. Menjelang sore hari, dia pulang ke mansion yang langsung dihadiahi dengan berbagai macam ceramah dari mommy tercinta.

"Gila lo Rey. Murid baru udah berani bolos aja, mana nggak ngajak kita lagi."

"Lagi dimana lo?"

"Rumah Vano ngerjain kerkom." Vano mengambil alih ponsel di tangan Fero. "Kerjain tugas jangan sebatas numpang nama."

Rey menaikkan sebelah alisnya. "Gue sekelompok sama kalian?"

"Yoi itu tujuan gue telfon."

Rey mengangguk paham. "Kalian ke rumah gue aja. Kunci motor dan mobil gue disita mommy."

"Yang butuh nilai siapa?" ketus Vano.

"Tau alamat rumah gue, kan? Gue tunggu," ucap Rey, kemudian menutup sambungan telfonnya. Memandang layar ponselnya, pikirannya berkelana pada suatu hal yang memenuhi pikirannya sejak beberapa saat yang lalu. Logikanya menolak saat terbesit sebuah rasa ketertarikan melihat tingkah gadis itu yang cukup menghibur dengan tingkah konyolnya. Di sisi lain, ada rasa kasihan yang membuatnya sejenak melupakan segala perasaan dendam dan kesalnya kepada gadis itu.

Menghembuskan nafasnya kasar, jarinya mengetik pesan konyol yang belum pernah dirinya lakukan kepada gadis manapun. Melihat balasan demi balasan yang terkesan menyebalkan, membuatnya menyesali kebodohannya yang terlalu bersikap impulsif.

"Cewe kalau datang bulan emang selalu ngeselin!" cibir Rey. Padahal niatnya baik mengingat bagaimana susahnya perempuan saat datang bulan seperti yang terjadi pada Rena saat itu hingga Rena menyuruhnya untuk membelikan sesuatu yang Rena sebut sebagai roti jepang disertai gambar dan membuatnya mendapatkan banyak tatapan aneh dan kagum saat itu.

SHERENA (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang