BAB 14: Sayur Kol

41.9K 3.4K 2K
                                    

⁉️WARNING⁉️

CERITA INI SEDANG DIREVISI DENGAN VERSI TERBARU YANG LEBIH SERU. SO, JANGAN TANYA KENAPA PARTNYA CUMA SEGINI!

Buat silent readers,
kenapa kalian diem ngga pernah kasi feedback?💭

🍻 Call me with momsey🍻

Sebelum baca, ayo spam emot 🐬 dulu biarr semangatttt 🔥

•••

"Susah-susah bangun percaya diri, dipatahkan dengan benda hijau bernama sayur kol."

•shevanya•

Sheva kalah taruhan dari Ghani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sheva kalah taruhan dari Ghani. Sesuai perjanjian karena baru sempat, hari ini dirinya menggerai rambutnya yang hitam lurus tanpa adanya ikatan kuda atau yang kerap disebut ponytail. Sheva melakukannya terpaksa dan tidak suka, karena hal itu membuatnya kepanasan meskipun sekarang masih pagi. Terlebih, pagi ini dirinya berangkat naik angkot setelah perdebatan menyebalkan dengan orang tuanya pagi ini.

"Kamu berangkat sendiri aja. Mamah mau anter adek kamu," ucap Nani saat sarapan. Padahal jalannya searah.

"Tapi ...."

"Jangan manja. Kamu sudah besar Anya. Felly aja berangkat sendiri kok," timpal Deni tanpa menatap kearahnya.

Sheva diam, meskipun sebagian darinya ingin memberontak. Sedari kecil dia memang tidak merasa dekat dengan orang tuanya karena mereka yang sibuk bekerja.

"Anya bawa—"

"Nggak usah bawa kendaraan sendiri. Lebih aman naik angkutan umum!" sela Deni tanpa menatap ke arahnya.

Sheva menghembuskan nafasnya lelah. "Papah nggak ada niatan buat anter Anya?"

"Sibuk."

Sheva terlalu percaya diri meminta pada seseorang yang disebut papah. Padahal sudah jelas diabaikan. Terkadang, Sheva merasa iri dengan gadis di luaran sana yang bisa akrab dengan ayahnya. Diantar pergi ke sekolah, bisa bercerita santai menceritakan kesehariannya dan mengeluh banyak hal yang membuatnya kesal. Namun realita menamparnya, karna sosok ayah idaman tidak ada dalam seorang Deni. Bukannya tidak ada, namun Sheva sendiri bukan seseorang yang Deni mau. Sheva bisa merasakan perbedaannya saat Deni dan adiknya—Danis berinteraksi. Deni bahkan selalu menuruti semua hal yang Danis inginkan. Sangat jauh berbeda saat bersamanya.

Sedari kecil, Sheva terbiasa sendiri dan melakukan semuanya sendiri. Menutupi semua lukanya dengan bersosialisasi seolah dirinya baik-baik saja. Menjadi pendengar yang baik untuk kawannya, padahal dia sendiri butuh untuk di dengar namun saat dirinya ingin membuka diri untuk melakukan itu, semuanya seolah tuli. Entah karena ceritanya yang tidak menarik atau justru mereka semua yang tidak peduli

SHERENA (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang