[25] Angry and Outflow

5.3K 431 13
                                    

Sudah 2 hari ini Jimin terus menerus mendengar Hyeran memanggil nama Yoongi. Jimin merasa lelah dan kesal saat mendengar Hyeran dan Yoongi berkomunikasi melalui telfon.


Wanita itu sama sekali tidak peka. Telinga Jimin sangat panas dan mood-nya menjadi sangat buruk.

"Yoongi oppa, kau yakin tidak akan merindukan Hyeranmu ini?", Gadis itu tertawa kecil.

"Anni, tentu saja aku akan sangat merindukannya!"

"Kalau begitu jangan pergi!"

"Oppa harus pergi Hyeran ah, lagipula hanya seminggu lalu oppa akan kembali!"

"Seminggu itu sangat lama..", Hyeran merengek dengan nada bicara yang dibuat-buat.

Jimin mengumpat dalam hatinya saat mendengar percakapan Hyeran dengan Yoongi. Niat awalnya ingin membantu Hyeran dengan berkas kantornya, nyatanya ia malah sibuk dengan pria lain.

Bagaimana ia tidak kesal? Wanita itu bilang akan memberi nya jawaban, tetapi jawaban yang ia dapatkan bertolak belakang dengan keinginannya.

"Kalau begitu, malam ini oppa harus ke rumahku." Hyeran tampak berpikir dengan kepala menengadah.

"Bertemu Eommonim? Tentu saja aku mau!", Mendengar jawaban Yoongi, Hyeran tersenyum senang.

"Kalau begitu aku akan mampir nanti."

"Ne oppa.", Hyeran tak sengaja melihat Jimin yang bergegas pergi dari depan ruangannya.

"Emm oppa, aku rasa aku harus tutup telfonnya!"

"Wae? Ada sesuatu?"

"Tidak, hanya sedikit masalah di kantor. Sampai nanti oppa!", Hyeran langsung mematikan sambungannya. Bangkit berdiri dan mengejar Jimin.

"Jimin oppa!"

Jimin seolah tidak mendengar apapun. Ia mempercepat langkahnya.

"Oppa! Tunggu!", Hyeran berlari ke depan Jimin.

"Minggir Hyeran ah.", Jimin tampak dingin sekali.

"Oppa, maaf.. Apa oppa marah?"

"Kau pikir? Ini jam kerja. Apa kau lupa kau sekretaris disini?", Jimin meninggikan suaranya.

"Maafkan aku.." ucap Hyeran lirih.

"Kalau kau tidak berniat melakukan pekerjaanmu dengan baik, lebih baik jangan bekerja.", Jimin melewati Hyeran yang masih terpaku. Matanya berkaca kaca. Sakit dan tajam, omongan Jimin seakan pedang yang menusuk hatinya.

---

Setelah dinasehati oleh Taehyung, Hyeran meninggalkan kantor. Hyeran sudah mendapat ijin dari Taehyung tidak peduli Jimin akan memarahinya.

"Maaf Jimin oppa..", Hyeran meneteskan air matanya lagi.

Ia sangat lelah. Kepalanya pusing dan kondisi tubuhnya sedikit belum fit setelah kecelakaan beberapa hari lalu.

16.30 KST

Hyeran mengusap air matanya yang menggenang. Berusaha membuat dirinya terlihat segar dihadapan keluarganya.

"Annyeong.."

"Hyeran ah!", Hyemi menyambut adik kandungnya itu lalu memeluknya. "Wae? Kenapa kau tidak bilang kalau Yoongi datang?"

"Maaf, tapi sekarang kau tahu kan?", Hyeran tidak memandang kakak perempuannya yang tengah bingung melihat sikap Hyeran.

"Kau kenapa Hye?", Hyemi membelai lembut rambut Hyeran.

"Tidak. Aku baik-baik saja. Aku ke akan kamar sebentar..", Hyeran pergi ke kamarnya tanpa menunggu jawaban Hyemi.

"Hyeran ah! Aish ada apa dengan anak itu. Apa Yoongi membeberkannya?"

---

"Bagaimana cara meyakinkan Jimin oppa sekarang? Mungkin pandangannya tentangku sudah berubah..", Hyeran bergumam sedih.

"Apa aku menyukai Jimin oppa? Hatiku sakit melihatnya berbicara tadi."

"Boleh aku masuk?", Pintu kamar Hyeran yang tidak terkunci terbuka perlahan.

"Oppa.."

"Wae Hyeran ah?"

"Anni, hanya sedikit masalah Yoongi Oppa..", Hyeran menunduk.

"Oppa kenapa kemari?"

"Hyemi memberitahuku kalau kau terlihat berbeda. Ia menyalahkanku. Apa ini ada kaitannya dengan atasanmu?", Yoongi berusaha menenangkan Hyeran.

Hyeran mengangguk pelan. "Aku melukai perasaannya.. Saat melihat aku sedang mengobrol dengan oppa, Jimin oppa memarahiku.."

"Dia menyukaimu kan?", Yoongi mengusap air mata Hyeran yang kembali terjatuh.

"Bagaimana oppa bisa tahu?"

"Seseorang yang tulus mencintai akan sangat tidak rela jika yang dicintainya itu berdekatan dengan pria lain meskipun pria itu hanya sepupunya."

"Oppa..", Hyeran mengingat kembali perilaku manis Jimin padanya.

"Kau tidak bilang padanya kalau aku hanya sepupumu?"

Hyeran menggeleng. "Aku tidak memikirkan hal itu oppa.."

"Aish, kita sudah lama tidak bertemu tapi kebodohanmu masih sama saja!"

"Kenapa oppa malah mengejekku?", Hyeran sedikit kesal. Wajar saja Hyeran lupa karena Jimin tidak memberinya kesempatan untuk menuangkan isi hatinya.

"Kau tidak memberitahunya hal terpenting Hyeran ah! Aigoo..", Yoongi mencubit kedua pipi Hyeran gemas.

"Sakit oppa!", Hyeran memegang kedua pipinya.

"Besok kau harus ungkapkan semuanya. Termasuk perasaanmu padanya. Ya?"

Hyeran mengangguk ragu. "Tapi aku masih merasa takut.."

"Buang rasa takutmu Hyeran ah, kau tidak mau situasinya begini terus kan?"

---

Hyeran melangkahkan kakinya ke depan rungan Jimin. Sejujurnya ia masih ragu untuk mengungkapkan perasaan hatinya terlebih ketika mengingat Jimin yang berubah menjadi dingin.

"Per … misi oppa.."

[]

Voment ya

WILL YOU PROMISE? [약속 하시겠습니?] | PJM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang