Yumna mencebikkan bibir. Sebisa mungkin berusaha menghindari tatapan mengintimidasi Miko. Sungguh dia paling takut jika harus disidang oleh Miko seperti ini. Maka, yang dilakukannya sejak tadi hanya mengabaikan Miko. Sampai akhirnya terdengar helaan panjang dari kakaknya itu.
Miko melemparkan bekas nasi box ke hadapan Yumna— yang di bagian tutupnya terdapat sisa stiker restoran. "Dek, udah jawab aja. Kamu beli dimana nasi boxnya? Deket kampus kamu kata Fi."
Yumna melotot. "Apa, Mas?!" Matanya tak bisa lepas dari stiker merk restoran yang masih tertempel di sana. Lama diamatinya box itu. Aneh, perasaan sudah dia lepas semua merk itu. Bisa-bisanya tertempel lagi. Mana di bagian depan pula.
"Masya Allah..." Miko menggeleng-gelengkan kepala. "Dan kamu ngaku-ngaku kalau kamu yang masak?! Ya Allah, dosa loh, Dek. Sama aja kamu bohong. Bilangnya masakan kamu. Tapi aslinya bukan."
Yumna masih menganga tak percaya. "Tunggu, Mas! Siapa tadi yang bilang?" tanya Yumna takut-takut.
"Kahfi sendiri yang bilang." Miko menjawab enteng. "Katanya masakan deket kampus kalian kayak gitu juga. Sama persis."
"Aduh, jadi ketahuan dong kalau bukan Yumna yang masak!" Yumna memukul keningnya frustasi. "Ya ampun, Mas. Yumna harus gimana? Ih, malu banget. Jadi, semuanya udah tahu kalau bukan Yumna yang masak?"
"Paling Fi doang yang tahu. Lah, anaknya aja langganan di restoran padang situ, kok."
Yumna memukul keningnya lagi. Mampus. Lalu yang bisa dilakukan hanya mengirimkan cengiran tak berdosanya ke arah Miko.
Miko masih menatap Yumna tak habis pikir. "Dek, Mas kenal kamu dari dulu. Kamu itu nggak bisa masak. Bisa sih dikit. Tapi pasti hasilnya ancur. Mas udah curiga pas kamu bagi-bagi nasi box gratis. Makanya dari tadi Mas diem aja. Mas mau lihat kamu ngapain aja. Ternyata bener kamu itu kelewatan."
"Ih, Mas kok gitu, sih?" Yumna menggembungkan pipi sebal. "Harusnya Mas bantuin Yumna! Bilang aja bener Yumna yang masak bantuin Mbok Yum. Kalau yang bilang Mas, pasti Fi percaya."
"Jadi, kamu itu emang niatnya modusin Fi? Bener?"
Yumna kicep tak bersuara.
"Masya Allah." Miko geleng-geleng kepala. "Kirain kamu itu bercanda doang suka sama Fi. Ternyata gini ya kelakuan kamu kalau naksir sama orang. Kalau beneran suka, bilang baik-baik. Jangan malah bikin ulah. Bisa-bisa Fi malah ilfeel sama kelakuan kamu."
"Emang Yumna pernah bercanda?" Yumna setengah merengek. "Ya Mas jangan bilang gitu, dong. Maksud Yumna kan baik. Lagian Yumna bayar pakai uang sendiri. Meskipun bukan Yumna yang beneran masak. Anggap aja Yumna udah usaha buat beli."
"Terus kalau kayak gitu ngapain harus ngaku kamu yang masak? Buat apa? Biar pada kagum?" Miko masih menggelengkan kepala. "Dan kamu berani-beraninya bawa mobil lagi? Bukannya Papa nggak bolehin, ya? Pasti itu akal-akalan kamu sendiri kan, Dek."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kahfi dan Yumna
Teen FictionHidup Shahila Ayu Meidina Harish (Yumna) berubah sejak dia naksir Al Kahfi Ganendra Atmadja (Kahfi). Kahfi si anak jurusan sebelah alias Ekonomi yang satu kampus sekaligus satu fakultas dengannya, anggota geng Kenno cs yang paling nggak neko-neko...