Bab 38 [Kita dan Rahasia]

36.9K 2.5K 177
                                    

Kahfi berderap masuk ke belakang backstage mengambil tasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kahfi berderap masuk ke belakang backstage mengambil tasnya. Zian yang di pojokan asyik menyantap ayam goreng dengan Uzan dan Kenno melirik bingung. Kahfi hanya memaksakan senyum saat semua orang memicing ke arahnya. Terutama Dewo yang sedang berbicara serius dengan Sam kini ikut meliriknya.

Zian menepuk tangan dari kejauhan. Mengisyaratkan Kahfi untuk mendekat dan bergabung. "Akhirnya sadar juga lo, Fi. Sini makan dulu sama kita-kita," katanya sambil menggerogoti paha ayam.

Kahfi menggaruk tengkuknya bingung.

Uzan juga bersuara dengan mulut penuh nasi. "Ya elah, yang abis jatoh. Pasti kelaperan kan, sini, Pak."

Kenno juga melambai-lambaikan tangan. "Sini, ah. Kalau enggak nasi lo gue makan."

Menyerah Kahfi mendekat dan menyimpan nasi box-nya ke dalam tas.

"Eh, eh, kok dibawa pulang, sih? Dimakan, dong," potong Zian cepat.

Kahfi hanya tersenyum. "Gue makan di rumah aja, deh. Gue pulang dulu ya, Yan?" matanya ganti melirik Kenno dan Uzan yang tak luput memperhatikannya. "Ya No, Jan? Pulang dulu, ya?"

Kenno memicing. "Lah, itu ntar lo pingsan di jalan lagi gimana? Udah, motor lo tinggal sini aja. Gue anter pulang. Biar gue sekalian nginep rumah lo kayak biasa," kata Kenno lagi. "Lagian besok sabtu. Besok bisa ambil motor lo lagi di sini."

"Nah, tuh, dengerin nasehat Entong. Udah dikasih enak juga, mau dianter malah nggak mau." Uzan mengangguk-angguk setuju.

Kahfi kehilangan kata. "Eh, nggak usah, No. Gue bisa pulang sendiri, kok."

"Ah, nggak ada. Lo harus pulang sama gue!" Kenno memutuskan seenaknya.

Dewo mendekat ke arah mereka. "Iya Fi, lo pulang dulu aja nggak apa-apa, deh. Beres udahan. Nggak usah ikut eval," diliriknya Kenno. "Sana anterin Tong sahabat lo atu ini."

"Siap, kaptennn, meluncurrr!" Kenno setengah berlari membuang box nasinya lalu segera menyambar tas dan jaket.

Kahfi hanya bisa menghembuskan nafas pasrah. Niat awalnya mengantar Yumna malah jadi rusak gara-gara Kenno yang malah mau ikut pulang ke rumahnya segala. Hah, ya sudahlah. Kahfi akhirnya berbalik keluar.

"No, gue tunggu luar, ya?"

"Oke, dah. Jangan pingsan lagi."

Kahfi segera berderap menuju parkiran. Dan tepat di sana Yumna sudah menunggu seorang diri. Tubuhnya sudah terbalut jaket navy dengan tangan menggenggam helm hasil pinjaman. Kahfi menatapnya sangat tidak enak.

"Jadi, Fi? Yumna udah siap kalau mau pulang sekarang."

"Maaf, ya. Enggak jadi bareng." Kahfi tersenyum ragu. "Kenno khawatir banget sama saya tadi. Terus mau nganter pulang. Anaknya maksa, jadinya nggak enak. Mmm, Yumna pulang sendiri naik taksi aja nggak apa-apa?"

Kahfi dan YumnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang