Sejak tadi Kahfi tak bisa berhenti berdecak menatap halaman super luas di depan matanya. Lalu sebuah kolam renang besar yang memantulkan bias cahaya mentari dengan riak-riak kecil menari di tengah. Belum lagi tumbuhan-tumbuhan hias yang bertumbuh mengelilingi arena kolam.
Dulu saat mengantar Yumna di malam hujan deras, Kahfi tak benar-benar memperhatikan rumah Yumna. Bahkan dia hanya masuk ke ruang tamu dan sempat ganti baju di kamar Yumna saja.
Dan sekarang, ketika dia benar-benar masuk ke dalam rumah perempuan itu- yang juga merupakan rumah tempat Miko dibesarkan- barulah Kahfi sadar bahwa rumah Sultan hampir menyerupai istana. Tak heran jika Sultan memiliki rumah sebesar ini, pasalnya beliau benar-benar kaya raya. Bahkan perusahaan milik keluarga Sultan sekaligus tempatnya bekerja itu kini mulai memasuki taraf internasional.
Kahfi tak bisa menghentikan kekagumannya. Rumah bak istana ini mau dibandingkan dengan joglo rumahnya? Duh, yang benar saja. Meski sekarang joglonya sangatlah luas dan besar, sepertinya tetap belum pantas disandingkan dengan istana milik Sultan ini.
Kahfi menghembuskan nafas panjang. Tiba-tiba menjadi menciut saat memikirkannya. Berarti dulu Danny sering main ke sini? Ah, tentu saja pasti. Apa abangnya itu kadang merasakan perasaan yang sama? Seperti rasa minder pada temannya sendiri? Dan tiba-tiba ada keinginan untuk merenovasi joglo mereka. Atau mungkin mengganti joglo rumahnya dengan istana seperti ini. Bisa jadi.
Jujur saja Kahfi sering kali minder. Seperti yang dirasakannya ketika dia dan teman-temannya pergi ke rumah Dewo dan menghabiskan waktu seharian berenang sepuasnya. Dewo anak pejabat kementerian luar negeri. Rumahnya tidak kalah megah dengan milik Yumna. Luas, besar, dan berlapis-lapis. Kadang Kahfi untuk ke kamar Dewo pun masih sering tersesat. Kadang mau ke kamar mandi juga bingung pintu yang mana. Kadang lagi dia dikerjai di salah satu ruang musik Dewo dan saat dia keluar dia tak bisa pulang.
Dari teman-temannya, Dewo memang paling kaya. Hobi memakai barang-barang necis. Bahkan berlibur pun keliling dunia. Sudah tidak diherankan lagi kalau anak itu balik dengan membawa setumpuk oleh-oleh dari Jepang, Amerika, atau negara mana pun yang dia kunjungi saat liburan.
Sedangkan Kahfi? Kahfi terlalu takut meminta hal yang tidak-tidak pada Hendra. Akhirnya dia hanya terima-terima saja apa yang diberikan ayahnya.
Boro-boro liburan, minta motor baru saja dia tidak berani bilang. Padahal jika bilang pasti langsung dibelikan. Tapi, Kahfi terlalu gengsi minta-minta uang. Kahfi lebih suka mencari uang sendiri.
Dan masalah rumah joglo yang ditempatinya, kadang Kahfi juga merasa ingin hidup serba modern. Kadang ingin merasakan hidup di rumah yang baru. Tapi boro-boro, Hendra terlalu sayang dengan joglo turun-temurun itu. Sekarang saat dia berpacaran dengan Yumna, dia merasa sangat kecil dan rendah. Apalagi saat membandingkan rumah mereka yang bertolak belakang. Milik Yumna begitu modern bak istana, miliknya hanyalah joglo tradisional berbudaya lama.
Suara langkah kaki mendekat terdengar. Kahfi segera menegakkan duduknya. Menatap Yumna yang mendekat menuju gazebo tempatnya duduk. Tepat di samping tanamam rindang dekat kolam renang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kahfi dan Yumna
Fiksi RemajaHidup Shahila Ayu Meidina Harish (Yumna) berubah sejak dia naksir Al Kahfi Ganendra Atmadja (Kahfi). Kahfi si anak jurusan sebelah alias Ekonomi yang satu kampus sekaligus satu fakultas dengannya, anggota geng Kenno cs yang paling nggak neko-neko...