Kahfi melirik jam dinding yang menunjukkan pukul sepuluh pagi. Segera disambarnya tas punggung yang tergeletak di tepi ranjang. Tak ketinggalan diraihnya sneakers berwarna navy miliknya yang sudah tersambar ke kolong meja. Begitulah Kahfi. Serapi apapun penampilannya, tidak bisa menampik bahwa nyatanya dia hanyalah laki-laki biasa yang selalu sembarangan melepas barang-barang. Bahkan kamarnya selalu berantakan.
Sedikit meringis, Kahfi menyambar buku-buku paketnya untuk dimasukkan dalam tas. Belum sampai buku itu menyentuh kolong tas, sesuatu seperti lipatan kertas melayang jatuh ke bawah. Dengan tergesa Kahfi mengambilnya. Matanya melebar saat dibacanya sederet tulisan rapi dalam kertas itu.
Assalamualaikum,
Maaf, bukunya disobek keponakan saya.
Tapi udah saya tempel, kok.
Kalau masih nggak bisa dibaca, bilang aja ke saya. Nanti diganti baru.
WA saya ke 085300016200 (Yumna)
Tanpa sadar Kahfi tersenyum tipis. Pikirannya melayang-layang pada malam di rumah sakit. Ternyata adiknya Mas Miko. Pantas saja Kahfi sering merasa aura keduanya begitu mirip. Meski kenyataannya Kahfi belum pernah mengenal Yumna sebelumnya dan hanya sempat beberapa kali berpapasan di kampus. Atau lebih tepatnya dia mulai benar-benar hafal wajah Yumna sejak insiden buku tertukar itu. Jadi, saat tahu ternyata perempuan itu alias si Yumna adik dari Miko— sahabat abangnya selama lebih dari bertahun-tahun— dia jadi malu sendiri. Ternyata dia ini kurang pergaulan.
Perlahan diraihnya ponsel yang ada di kantong. Kahfi menghembuskan nafas panjang sebelum akhirnya menekan-nekan tombol touch ponselnya.
Waalaikumsalam,
Nggak perlu. Masih bisa dibaca, kok
Makasih
Kahfi hanya bisa menahan tawa saat melihat foto profil sok imut yang dipasang Yumna di WhatsApp. Rambutnya yang biasanya digerai sepunggung itu tampak lucu diikat dua cepol di atas kepala. Seperti kartun gadis-gadis China yang dulu sering ditontonnya di televisi. Mukanya yang putih jernih tampak manis dengan riasan tipis. Pasti dengan hijab dia akan lebih cantik.
Hijab?
Kahfi menggelengkan kepala tiba-tiba. Kemudian mengenyahkan pikirannya jauh-jauh. Tidak seharusnya dia memikirkan hal itu. Masa bodoh, segera dikuncinya layar ponsel. Dan kembali fokus pada persiapan kuliah. Setelah semua beres, Kahfi segera melangkah keluar. Ternyata ada Danny tengah berdiri di tepi pintu. Nyaris saja Kahfi menubruknya kalau Danny tidak membentengi diri.
"Main hape senyum-senyum sendiri. Ck, nggak lihat jalan lagi!" cibir Danny sambil menyedekapkan tangan setengah bersender pada dinding.
"Ya Allah, Bang!" ringis Kahfi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kahfi dan Yumna
Fiksi RemajaHidup Shahila Ayu Meidina Harish (Yumna) berubah sejak dia naksir Al Kahfi Ganendra Atmadja (Kahfi). Kahfi si anak jurusan sebelah alias Ekonomi yang satu kampus sekaligus satu fakultas dengannya, anggota geng Kenno cs yang paling nggak neko-neko...