Hampir beberapa menit Yumna menunggu agak jauh dari basecamp tersebut. Dilihatnya sejak tadi beberapa anak bergantian keluar masuk ke dalam basecamp menjenguk Kahfi. Lama Yumna menunggu sampai akhirnya tersisa Zian saja di dalam sana. Tak lama laki-laki itu keluar dengan kotak P3K di tangan. Seketika suasana basecamp yang semula ramai itu kini menjadi hening dan tenang. Yumna menimang-nimang, lalu memilih melangkah perlahan ke arah pintu yang sedikit terbuka itu. Matanya melirik ke dalam mengamati Kahfi yang terbaring dengan perban putih di dahinya. Tanpa sadar Yumna merngis merasakan kesakitan yang mungkin dirasakan Kahfi di sana.
Suara pintu di sampingnya berdenyit tiba-tiba. Membuat Yumna menjadi salah tingkah ketika akhirnya mata laki-laki di hadapannya itu terjaga. Dan ketika tanpa sengaja tatap mereka bertemu, lalu mereka berpandangan, Yumna segera berbalik bersiap menjauh sebelum akhirnya suara itu menginterupsi.
"Yumna."
Yumna menegang kaku dan akhirnya terpaksa berbalik. Menyembunyikan merah dan sembab yang tersisa di wajahnya karena menangis panik.
"Masuk aja. Tapi pintunya dibuka yang lebar, biar nggak dikira ngapain," Kahfi memaksakan senyum di tengah pucat wajahnya.
Yumna mendekat masih sambil menyeka matanya yang sedari tadi terasa panas.
"Habis nangis?" tanya Kahfi kelewat santai masa bodoh.
Yumna mendengus kesal. Matanya melirik sekujur tubuh Kahfi. "Yumna khawatir sama kamu! Mana yang sakit, Fi?! Mana?!"
Kahfi kembali tersenyum kalem. "Nggak apa-apa, kok."
Yumna melotot. "Nggak apa-apa? Kamu bilang jatoh dari lantai dua itu nggak apa-apa?! Yumna tanya sama kamu, Fi. Kamu itu waras atau, enggak? Lebih baik kamu ke rumah sakit sekarang. Kenapa sih ini temen kamu malah tinggalin kamu sendiri di sini? Panggil ambulans atau apa, kek. Sebelum gawat, Fi. Nanti bisa jadi ada benturan apa-apa di kepala kamu, terus tulang kamu nanti patah-patah, terus—"
"Sssttt..." Kahfi memperingatkan. "Heh, Yumna, kamu ngomong apa?" tanyanya lirih tak habis pikir dengan cerocosan Yumna yang tiada henti.
"Yumna serius, Fi. Yumna khawatir sama kamu." Tanpa sadar mata Yumna kembali berair. "Yumna nggak mau—"
"Saya nggak apa-apa, Yumna," potong Kahfi cepat. "Lagian saya jatohnya nggak dari lantai dua, kok. Siapa bilang?"
"Hah?" Yumna tersentak kaget. "Tapi tadi pada bilang di lantai dua."
Kahfi mengirimkan senyum mesemnya. "Iya, jatuhnya emang di lantai dua. Maksudnya, jatuh dari tangga di lantai dua," senyuman Kahfi muncul lagi. "Lagian tangganya pendek doang."
"Tapi tadi bilang berdarah?"
"Iya ini," Kahfi menunjuk jidatnya. "Kena paku dikit, sih." Lalu tersenyum saat menunjuk kakinya. "Sama kaki saya kesenggol cat tembok warna merah. Jadinya numpah semua ke celana, nih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kahfi dan Yumna
Fiksi RemajaHidup Shahila Ayu Meidina Harish (Yumna) berubah sejak dia naksir Al Kahfi Ganendra Atmadja (Kahfi). Kahfi si anak jurusan sebelah alias Ekonomi yang satu kampus sekaligus satu fakultas dengannya, anggota geng Kenno cs yang paling nggak neko-neko...