Bab 36 [Pengakuan Rahasia]

31.5K 2.5K 269
                                    

Lucky menunjuk-nunjuk pusat panggung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lucky menunjuk-nunjuk pusat panggung. Teriakannya menggema disusul dengan ejekan yang mengalir dari mulutnya. Yumna terkaget. Ikut menoleh mengikuti pandangan Lucky. Rasa kesalnya yang semula bersarang kini malah terganti tawa mendengar celoteh Lucky.

Lucky menoyor-noyor pundak Bika. "Bika! Bika! Eh, bangun lo, Bik! Tuh lo dicariin!" Tangannya kembali menunjuk panggung. "Noh, calon mertua lo itu nyokapnya dia!"

Dan saat itulah Bika mengalihkan tatapannya ke depan. Tepat ke atas panggung yang kini dipijaki Kenno dengan gitar melingkari pundaknya. Sementara di belakangnya tak ketinggalan Uzan menabuh-nabuhkan drum, Zian memetik bass, dan Dewo menekan tuts-tuts keyboard.

Sontak Bika melotot. Apalagi saat dua mata jenaka nan tengil milik Kenno tertuju ke arahnya. Dan suara seksinya menggoda saat menyentuh mic.

Mau tak mau Yumna terkikik melihat reaksi Bika.

"Oke, lagu pertama ini spesial gue persembahkan buat yang ada di sana." Kenno mengerling mata jahil sambil sekali tangannya menyugar rambut. "Buat Sabika, lo itu— racun dunia. Racun dunia di hidup gue."

Jreng. Jreng.

Bika semakin melotot. Frustasi sudah merayapi seluruh tubuhnya saat suara menghentak-hentak itu terdengar memenuhi malam. Tak kuasa berisik keramaian kini tertuju ke arahnya. Kasak-kusuk menguar begitu saja. Gosip menerpa seiring laju angin malam. Dan yang Bika tahu semua mata kini menatapnya. Antara mengiba romantis atau merasa humoris. Tak ketinggalan mata tengil Arkeanno— si keparat yang cari masalah itu. Lihat saja besok pagi hancur dia berkeping-keping.

Sabika, Racun dunia

Karena dia butakan semua

Sabika, Racun dunia

Apa daya itu adanya

Yumna tahu Bika sudah menahan geramannya di samping. Tapi, dia tak bisa untuk diam saja. Bahkan dia tanpa sadar sudah tertawa sangat kencang bersama Lucky ikut menggodai Bika bekerja sama dengan penonton lain yang mengirimkan sorakan ke arahnya. Tentu saja dia senang. Sampai ikut berteriak menyanyikan lagu penuh racun itu bersamaan dengan suara merdu seksi menggoda ala Kenno.

Ampun, ampun, ampun

Takluk sudah hebatku memang kau racun

Hilang akal sehatku

Memang kau Racuuun

"Sabika, lo itu racuuun!!!"

Seruan Kenno mengakhiri nyanyian. Riuh tepuk tangan menggema. Bersamaan dengan tatap-tatap mata yang kembali tertuju ke belakang. Menggeram kesal, Bika segera berbalik dan berlari pergi. Tak tahan dengan semua goda yang dilayangkan padanya.

"Hih, malu-maluin! Gue mau pulang aja!" ringisnya dari kejauhan.

"Bika, tunggu—"

Yumna berjengit kaget. Nyaris berlari mengejar Bika yang semakin jauh. Tapi, langkahnya terhenti saat tiba-tiba suara Kenno kembali terdengar. Memilih bersikap egois, larut dalam penasarannya, Yumna masih diam di atas pijakannya. Mengamati Kenno yang kini tengah mengambil sebuah kertas pink dari dalam kotak kaca yang dipegang Dewo.

Kahfi dan YumnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang