Yumna tak bisa menahan kekagumannya saat pertama kali menginjak halaman rumah Kahfi. Suasana yang begitu dimimpikannya sejak kecil dulu. Tempat yang rindang, tenang, sejuk, dan jauh dari keramaian. Joglo megah yang modern namun tetap dipenuhi sentuhan tradisional. Begitu indah dan kokoh berdiri di tengah sana. Di sekelilingnya tampak pekarangan luas sepanjang mata memandang. Aneka tanaman-tanaman hijau dengan bunga-bunga bermekaran menghias sekeliling taman. Juga sebuah kolam ikan yang lebar dan asri. Tak ketinggalan sepasang ayunan mungil di sisi pojok pekarangan.
"Wah, Yumna pengen punya kolam ikan." Yumna berlarian mendekati kolam.
Seruan Abby mengalihkan. "Mbak, Mbak, ayo balapan naik itu!" teriaknya sambil menunjuk ke arah ayunan dan berlari kencang.
Dan tanpa pikir panjang Yumna berlarian menyusul Abby. Melupakan keseruannya mengintip riak kolam. Sekarang dia asyik bersama Abby. Lalu dalam hitungan detik, dirinya dan Abby sudah berlomba naik ke atas ayunan. Menaiki ayunan dengan kekuatan super kencang. Bahkan Abby tak mau kalah dan malah menaikinya sambil berdiri.
"Aaaa Abby! Turun, ih! Mbak takut lihatnya!" Yumna berseru panik di samping Abby.
Abby hanya tertawa. Dan tetap berdiri sambil menambah laju ayunan. "Seru tahu, Mbak! Seru! Mana? Kenceng gue, kan? Lo lamban, ah! Kurang kenceng!"
"Ini udah kenceng! Mbak nggak berani kalau nambah lagi!"
Kahfi yang melihatnya dari jauh hanya bisa menghembuskan nafas panjang. Abby ditambah Yumna adalah perpaduan paling cocok yang bisa membuat kepalanya pecah. Sedikit kesal, dihampiri keduanya.
"Eh, lo mau ngikut, Bang?" seru Abby. "Sayang, ayunannya cuma dua. Kalau mau, sini, naik bareng gue. Berdiri tapi, ya?"
Kahfi melirik Abby sinis. "Menurut lo gue mau naik kayak gitu bareng lo? Kayak tarzan aja!" Abby hanya nyengir puas menanggapi. Tatapannya beralih pada Yumna yang masih asyik mengayunkan. Sebelah tangannya memberhentikan laju ayunan Yumna membuat perempuan itu mencibir. "Yuk, masuk."
"Yah, Fi, Yumna kan lagi main ayunan!"
"Iya, ih, apa lo sirik banget?" ketus Abby tak terima. "Kalau mau ikutan ya sini. Tapi nggak usah ganggu keseruan kita."
Kahfi menghembuskan nafas panjang. Memilih menjauh. Merasa tidak enak, Yumna menyusulnya. Sekarang tinggalah Abby yang bermain sendiri. Sibuk mengoceh karena tidak terima ditinggalkan sendiri.
"Anaknya emang ngelunjak gitu kalau diladenin. Jadi, kamu jangan keseringan ladenin Abby," Kahfi melirik Yumna yang sudah menyusul ke sampingnya.
"Ya udah, maafin Yumna, ya?"
Kahfi hanya tersenyum tipis. "Bunda udah nunggu daritadi, yuk."
"Bentar," Yumna meringis sembari mengedipkan matanya. Sebelah tangannya menarik ujung kemeja yang dipakai Kahfi. Pipinya tiba-tiba bersemu merah. Panik menjalar di sana. "Tiba-tiba Yumna malu Fi ketemu Bunda kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kahfi dan Yumna
Novela JuvenilHidup Shahila Ayu Meidina Harish (Yumna) berubah sejak dia naksir Al Kahfi Ganendra Atmadja (Kahfi). Kahfi si anak jurusan sebelah alias Ekonomi yang satu kampus sekaligus satu fakultas dengannya, anggota geng Kenno cs yang paling nggak neko-neko...