Bab 63 [Pernikahan Verrel]

25K 1.8K 144
                                    

Motor matic hitam milik Kahfi akhirnya memasuki area parkir hotel satu jam kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Motor matic hitam milik Kahfi akhirnya memasuki area parkir hotel satu jam kemudian. Kahfi sedikit bersyukur karena naik motor bisa membuatnya bebas dari kemacetan gila Jakarta. Tapi, itu tidak berlangsung lama ketika memasuki area basement. Rasa syukurnya menguap sudah. Diamatinya setiap mobil mewah yang berjajar rapi di sana. Membuat nyali Kahfi diam-diam menciut. Sepertinya naik motor bukan ide yang bagus. Harusnya dia mendengarkan usul Henita untuk membawa mobil ayahnya lagi.

"Alhamdulillah, untung Fi bawa motor, kan?" Yumna tersenyum ceria sambil merapikan rambutnya. "Kalau enggak, pasti belum nyampe?"

Kahfi menunduk lesu. "Kamu masih bisa ngomong begitu?" Matanya berputar lagi menatap beberapa tamu yang keluar dari mobil mewah. "Ah, udahlah. Harusnya kamu nggak usah ngajak saya, dibilangin juga. Sekarang nyesel, kan?"

"Ih, apa, sih? Yumna aja seneng naik motor tadi. Mana tahu kalau bawa mobil masih kejebak macet?"

Kahfi menunjuk rambut Yumna dengan dagunya. "Itu lepas jepitannya."

Yumna meraba rambutnya nyaris menjerit. "Ya, ampun! Rambutnya Yumna, Fi! Rambutnya Yumna! Mana?! Mana?"

Kahfi hanya bisa menggelengkan kepala melihat Yumna ribet sendiri merapikan rambutnya yang sedikit berjatuhan. Belum lagi jepitannya yang hilang entah kemana. Membuat perempuan itu sibuk berkeliaran mencari jepitannya. Mau tak mau Kahfi meraih helm Yumna dan akhirnya menemukan benda mungil berhias mutiara itu asyik nyangkut di dalam helm.

Kahfi menghembuskan nafas panjang. Mengulurkannya pada Yumna. "Nih, nyangkut. Lain kali lihat dulu. Jangan langsung teriak-teriak."

"Ya Allah, Fi, makasih, ya! Kado dari Mas Miko, nih! Bentar!" seru Yumna sambil merapikan rambutnya lagi. Memasangnya berkali-kali dari kiri ke kanan. Membuat Kahfi ikut bingung sendiri menyadari betapa rempongnya Yumna menentukan letak yang pas bagi si jepitan.

"Pake di depan aja. Sebelah kiri," putus Kahfi kemudian yang langsung mendapat anggukan dari Yumna.

Setelah rambutnya kembali rapi dikirimkannya senyum lebarnya pada Kahfi. Lalu mereka mulai memasuki lobby hotel menuju lift ke lantai sebelas. Baru beberapa langkah memasuki ballroom hotel, Kahfi kembali menghentikan langkah malu. Pasalnya seluruh keluarga Yumna terlihat berkelas dan kaya raya. Belum lagi semua pakaian serba modern para tamu. Jas dan gaun yang berkilauan.

"Ya Allah, Fi!" Yumna membekap mulut. Meringis ke arah Kahfi sambil menunduk ke bawah. "Kayaknya kita salah kostum, deh, Fi. Yumna lupa kalau nikahannya Kak Ve itu pasti gaya modern. Secara Kak Ve kan keturunan Daddy Fredy. Duh, Yumna malu banget ini."

Kahfi menghembuskan nafas panjang lelah. Sudah beli mahal-mahal. Tahunya salah kostum. Kalau bukan di tempat umum sudah dipastikan Kahfi akan mengomel. Untung sekarang banyak orang penting. Jadi, dia hanya bisa memaksakan senyum ke arah Yumna.

"Kamu aja malu. Apalagi saya."

Yumna menggigit bibir ke arah Kahfi merasa bersalah. "Bisa ganti baju nggak, ya?"

Kahfi dan YumnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang