Bab 7 [Siapa Tahu Bisa, kan? Mana Tahu]

46.9K 2.9K 38
                                    

Suara kumandang adzan subuh lewat ponsel membangunkan Yumna dari tidur panjangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suara kumandang adzan subuh lewat ponsel membangunkan Yumna dari tidur panjangnya. Matanya mengerjap perlahan mengumpulkan seluruh kesadarannya kembali. Perlahan ditatapnya langit-langit kamar rumah sakit. Ternyata benar. Semalam bukan mimpi.

Yumna bangkit pelan-pelan. Secepat kilat mengirim kecupan di dahi Sultan. Dalam hati kembali mengirimkan doa agar papanya segera sadar. Setelahnya dia beringsut menuju kamar mandi membasuh muka seadanya. Lalu keluar dari kamar menuju mushola.

Mushola masih ramai oleh keluarga pasien yang menumpang tidur. Sebagian di teras depan. Sebagian lagi di dalam ruangan. Yumna melongokkan kepalanya sedikit. Dan tepat di depan sana dilihatnya si jangkung itu terdampar di antara bapak-bapak. Tengah tertidur dengan kaki panjang terjulur tidak nyaman.

Yumna meringis menatap posisi tidur Kahfi. Tubuhnya menyender pada dinding. Sementara kakinya berselonjor ke depan. Pasti sekujur badannya pegal-pegal semua. Belum lagi dingin yang menusuk fajar hari ini. Kasihan sekali. Tanpa sadar Yumna melangkah pelan-pelan melewati beberapa orang di hadapannya. Lalu melepas jaket milik Miko yang dipakainya. Nyaris membentangkannya ke atas tubuh Kahfi. Tapi gerakannya terhenti ketika dirasanya tubuh Kahfi bergerak.

Yumna menyembunyikan jaketnya secepat kilat. "Maaf, tadi mau saya bangunin. Udah subuh soalnya."

"Oh," Kahfi meringis meregangkan ototnya. Sebelah tangannya mengucek mata lingung. "Jam berapa?"

Yumna melirik jam di tangannya. "Empat lebih dikit." Tanpa sadar diremasnya jaket di tangan kuat-kuat. Barulah dia sadar baju you can see yang dipakainya terekspos. Yumna merutuk. Sudah salah kostum dengan rok pendek. Lebih parah malah ketahuan berkaos begini.

Di hadapan Kahfi? Habislah dia. Niat hati mau berbuat baik. Malah dianggap perempuan tidak baik. Diam-diam Yumna menyesali rencananya untuk meminjamkan jaket Miko pada Kahfi. Dia bahkan lupa bahwa hanya pakai kaos you can see saja.

Yumna menunduk malu saat menyadari tatapan risih Kahfi kepadanya.

"Maaf ya," cicit Yumna lagi. Malu.

Kahfi mengangguk pelan. "Iya, makasih udah dibangunin."

"Mmm, ya udah saya ke dalem dulu."

Setelah mendapat anggukan dari Kahfi, Yumna bergegas kabur. Masih berani dia pakai rok pendek dan baju kurang bahan pergi ke mushola. Apalah daya semalam dia buru-buru dan hanya ada jaket milik Miko yang dia dapat untuk melindungi tubuhnya.

Yumna mendengus. Memilih tak peduli dan mengambil air wudhu.

***

"Assalamualaikum, Dek."

"Waalaikumsalam, Mas Miko!"

Yumna menghambur dalam pelukan Miko saat kakaknya itu muncul dari balik pintu. Tampang Miko sedikit lebih murung dibanding biasanya. Bajunya sedikit berantakan dan kantung matanya membesar. Tampak begitu kacau menahan kantuk.

Kahfi dan YumnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang