Kahfi hanya menatap tanpa minat pada sederet poster dan layar yang menampilkan iklan film-film yang sedang diputar. Matanya menilik Yumna yang berada beberapa jarak di depannya tengah melakukan hal yang sama. Melihat-lihat film yang tayang. Kahfi memandang sekeliling, melihat orang-orang keluar masuk dengan soda dan popcorn di tangan. Kahfi sendiri bingung harus menonton film apa. Pasalnya dia jarang menonton kalau bukan gara-gara diajak Kenno, si kembar, atau Dewo yang hobi membagikan tiket nonton gratis. Kadang juga menemani Abby atau saat Danny dan Rania memberi traktiran nonton. Selain itu, pengetahuannya tentang dunia perfilman sangatlah minim.
"Fi, mau nonton apa?" tanya Yumna kemudian.
Kahfi mengerling bingung. "Bagusnya apa? Nggak tahu saya."
Yumna hanya tertawa gemas. "Nonton horror aja, ya. Pasti rame, kok."
Kahfi hanya mengangguk-angguk. Lalu berjalan mengikuti Yumna di belakangnya seperti biasa. Yumna di depannya hanya tersenyum malu-malu. Baru pertama kali mereka jalan-jalan berdua begini. Meski rasanya masih canggung karena Kahfi tetap membatasi diri, lebih dari itu Yumna sangat senang. Bahkan Kahfi rela mengantri panjang demi mendapatkan dua buah tiket film untuk mereka.
"Saya cari agak depan ya, Yumna? Biar nggak belakang banget. Nanti dikira ngapain gelap-gelapan di pojok belakang."
Yumna masih tertawa. "Iya, Fi, Yumna tahu, kok. Hehe, makasih ya, udah temenin Yumna nonton film."
"Iya, sama-sama. Tiketnya saya bawa, ya."
Yumna menampilkan senyum lebarnya. Rasanya bahagia tak terkira. Tapi beberapa menit saat mereka masuk teater, kebahagian Yumna blass. Hancur ditebas angin. Dirinya baru sadar bahwa Kahfi benar-benar memilih deret depan. Depan dalam artian benar-benar depan. Dua row dari depan layar. Yumna nyaris menangis saat merasakan layar yang begitu besar dan terang benderang di depannya. Pasti setelah ini matanya akan sakit terkena iritasi. Dan belum film dimulai, Yumna sudah bisa merasakan matanya memanas karena jarak yang sangat dekat. Dalam diamnya Yumna menahan tangis sambil melahap popcorn dengan rakus. Sementara di sampingnya Kahfi malah anteng menikmati film.
"Kok diem? Yumna nggak seneng, ya?" tanya Kahfi pada akhirnya.
Yumna menoleh jutek. "Enggak. Seneng, kok."
"Dari tadi diem aja." Kahfi memaksakan senyum.
Yumna mengaduk sodanya kesal. "Fi, maksudnya Yumna ya nggak di depan banget gini. Ini depan baget. Mata Yumna sakit. Terus, gimana Yumna bisa nikmatin nonton filmnya? Lihat deh, yang di belakang lebih rame. Di depan kita doang."
Kahfi menoleh ke belakang. Matanya membulat saat menemukan baris belakang yang hampir setiap deret dipenuhi penonton. Sementara deretnya sendiri lumayan sepi. Bahkan hanya ada mereka dan beberapa orang di sisi yang berlawanan. Saat itulah Kahfi ingin menepuk jidat sendiri menyesali kebodohannya. Niat hati menghindari bagian belakang yang pojok untuk menghindari hal-hal buruk dalam kegelapan. Eh, malah tahunya di depan hanya mereka berdua saja. Namanya kabur dari kandang buaya masuk ke kandang singa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kahfi dan Yumna
Novela JuvenilHidup Shahila Ayu Meidina Harish (Yumna) berubah sejak dia naksir Al Kahfi Ganendra Atmadja (Kahfi). Kahfi si anak jurusan sebelah alias Ekonomi yang satu kampus sekaligus satu fakultas dengannya, anggota geng Kenno cs yang paling nggak neko-neko...