Bab 31 [ Obrolan Lain di Separuh Hujan ]

33.3K 2.4K 92
                                    

"Alhamdulillah, hampir selesai," gumam Yumna begitu sadar laman presentasinya sudah lebih dari lima belas halaman sedangkan untuk makalah sudah mencapai lima puluh halaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Alhamdulillah, hampir selesai," gumam Yumna begitu sadar laman presentasinya sudah lebih dari lima belas halaman sedangkan untuk makalah sudah mencapai lima puluh halaman. Yang artinya kedua tugas itu sudah mampu dikatakan cukup dan nyaris mencapai tahap finishing. Setelah itu mereka bisa mengirimkannya pada Pak Rusdy untuk memperoleh revisi sebelum akhirnya akan dipresentasikan di minggu-minggu selanjutnya.

Mau tak mau Kahfi ikut tersenyum. "Eh, iya, alhamdulillah ya, Yumna?"

Yumna mengangguk-angguk. Tanpa sadar menoleh dan menemukan Kahfi tengah menatapnya. Begitu sadar jarak keduanya yang begitu dekat, membuat Yumna dan Kahfi segera memundurkan diri lalu terbatuk-batuk salah tingkah.

"Yumna simpan di Drive D ya, Fi?" tanya Yumna kembali sadar.

"Iya, simpen aja di situ."

Dan ketika Yumna menekan tombol close. Kembali terpampang background keluarga besar Kahfi. Lagi-lagi masih membuat Yumna iri. Sedangkan Kahfi, melihat Yumna yang masih terus memantengi foto keluarganya, membuat Kahfi tanpa sadar bertanya-tanya dalam hati.

"Kalau kamu, mirip sama siapa?"

Yumna terkesiap menyadari suara Kahfi. "Apanya?"

Kahfi hanya tersenyum. "Mas Miko kan mirip Om Sultan. Kalau kamu?" tanyanya yang tak digubris sama sekali oleh Yuma. "Mirip mama kamu, ya?" sambungnya di akhir.

Tanpa sadar senyuman di wajah Yumna menghilang. "Yumna nggak mirip siapa-siapa, Fi."

"Kok bisa?"

Yumna mengedikkan bahu. Tentu saja dia berbeda dengan Sultan karena Miko-lah yang mewarisi seluruh sifat Sultan. Dan Yumna sama sekali tidak mau disamakan dengan Reni. Tidak akan pernah mau.

Mengalihkan jawaban, Yumna malah kembali terfokus pada foto keluarga Kahfi. "Bundanya Fi kayaknya ramah dan gokil banget, ya. Yumna pengen kenal, deh. Kayaknya seru banget bunda kamu, hehe."

"Kelihatan ya kalau bunda saya generasi alay?" Kahfi kembali tersenyum malu mengingat julukan yang sering diutarakan Uzan untuk Henita. "Masa Ujan sering manggil bunda saya Tante Genit, ya saya marah, dong. Padahalkan namanya Henita. Tetangga sih manggil Henit juga. Tapi ya jangan diplesetin. Kalau jadi Genit, ya saya anaknya ikut kesel, kan? "

Yumna menahan tawa. "Ujan bener, kok. Habis muka bundanya Fi emang genit," ringisnya yang membuat Kahfi memasang raut pura-pura kesal lagi. Sudah biasa Henita menjadi bahan bulan-bulanan teman-temannya. Karena selain sikapnya yang berbanding terbalik dengan Kahfi, rautnya juga genit dan menggoda. Kahfi sering mengelus dada jika Kenno mulai iseng menggodai bundanya saat main ke rumah.

"Tapi, Yumna salut, deh, sama bundanya Fi," sambung Yumna lagi. "Bisa lahirin dan besarin tiga anak cowok sekaligus. Padahal cowok kan bandel-bandel ya, Fi? Pasti susah ngatur anak-anak cowok."

"Yumna nggak suka punya anak cowok?" putus Kahfi penasaran.

Yumna terkesiap menatap Kahfi yang balik menatapnya penuh penasaran. "Yumna suka semuanya. Cowok ataupun cewek suka semua. Kalau Fi?" Suara Yumna melirih kikuk. "Lebih suka punya anak cewek atau cowok?"

Kahfi dan YumnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang