Bab 10 [Kamu Lagi! Kamu Lagi!]

43.7K 2.4K 57
                                    

"Bener kata Bunda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bener kata Bunda. Kalau lo mau serius sama Yumna. Gue bisa bilang sama Miko."

Hah? Gila apa?

Kahfi mendengus sepanjang jalan. Motor matic hitamnya melaju menembus kepadatan Jakarta yang segila pagi buta. Hanya butuh setengah jam lebih untuk sampai karena setelahnya dia sudah berhasil melesakkan matic hitamnya di antara ratusan motor lain yang penuh sesak di dalam parkiran. Baru saja Kahfi melangkah turun, yang diperdebatkannya muncul begitu saja dari arah lain. Sontak membuat rasa kesal Kahfi kambuh. Tapi, rasa bersalahnya juga timbul lagi. Bahkan Kahfi sudah terang-terangan mengejek Yumna di depan abang dan bundanya. Meski Yumna tak tahu, tentu Kahfi tetap merasa bersalah.

Kahfi memejamkan mata sejenak. Tubuhnya menegang kaku saat gerombolan Yumna dan teman-temannya melangkah ke arahnya. Merasa benar-benar tidak enak dengan apa yang telah diucapkannya tadi. Sebegitu lancangnya dia telah menghina Yumna di belakang perempuan itu dan juga— Miko. Seperti menggibah, hal yang paling dibenci Allah. Selayaknya muslim yang memakan bangkai saudaranya sendiri.

Kahfi menggeleng dalam hati. Masya Allah. Pelan ditekannya dadanya yang berdenyut-denyut nyeri. Matanya menatap lurus ke depan. Namun tak bisa menghindari Yumna yang berjalan semakin dekat. Sedikit bersalah, dikirimkannya seulas senyum tepat ketika Yumna lewat di depannya. Sekadar untuk menyapa dan mengirimkan permintaan maafnya. Meski mungkin Yumna tak pernah tahu apa yang dikatakannya tadi. Tapi, setidaknya Kahfi lega karena telah meminta maaf secara tidak langsung. Dan sekilas, dia bisa merasakan Yumna membalas senyumannya. Lalu terdengar jerit-jeritan dari jauh. Kahfi memilih tak peduli dan melanjutkan langkah.

Masih dengan kelegaan yang membanjir di wajahnya, Kahfi kembali menghampiri teman-temannya yang sudah berada di tongkrongan wifi. Ada Kenno yang entah sejak tadi melamunkan apa, Uzan yang mengusili Zian bermain game, dan Zian yang membalas tingkah menyebalkan Uzan.

"Heh, minggir-minggir! Lo halangin mata gue, duh!" tegur Kenno sambil dengan seenaknya mendorong-dorong tubuh Kahfi. "Gue lagi ngelihatin ayang Bika." Kahfi menyingkir dan Kenno bersorak lagi. "Jan, Jan. Aduh, itu lihat lagi Ayang Bikan gue. Duh, mulus banget pahanya. Seksi lagi itu roknya. Tarik dikit lagi napa ih gemes gue."

Kahfi menatap Kenno geleng-geleng. "Masya Allah, No. Jaga mata lo dari hal-hal kayak gitu."

Kenno menatap Kahfi gemas. "Halah, apaan, sih? Ganggu banget sih lo, Fi. Mumpung lagi ada pemandangan gratis ya nikmatin aja. Lagian dia sendiri yang pake rok pendek. Bukan gue juga yang minta."

Kahfi mengambil tempat di samping Uzan. Meletakkan tasnya di atas bangku. Lalu kembali menatap Kenno tak habis pikir. "Wanita itu bukan objek semata."

"Adoh, mulai. Ceramah lagi si Pak Ustadz," Kenno mencibir. "Gue nggak ngapa-ngapain aja diceramahin. Tepok jidat, dah. Belum kalau besok gue udah mulai grepe-grepe cewek beneran. Asyik kayaknya kalau malem minggu gue ajak ke taman kampus pas sepi gini."

Kahfi dan YumnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang