BAB 2 [Mahasiswi Karbitan]

56.3K 3.1K 36
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mati aku! Yumna menepuk jidat frustasi ketika melangkah turun dari gojek yang dinaikinya. Ternyata benar hari ini dia akan mendapatkan kesialan. Semalaman sejak terakhir mengirim voice note pada Bika, dia sudah merasakan feeling buruk. Buktinya gara-gara mendengar curhatan tidak berfaedah dari seorang Sabika, dia berakhir tertidur kelewat pukul satu pagi setelah mengalami insomnia yang panjang. Dan akhirnya dia bangun kesiangan pukul sembilan pagi. Padahal hari ini ada kelas pukul sepuluh pagi. Sialnya, Manajemen Strategi! Mata kuliah paling killer dari semua mata kuliah yang ada!

Seakan tidak cukup, sopir rumahnya libur mendadak. Anaknya terkena demam berdarah dan harus dirawat di rumah sakit. Artinya di rumah tidak ada sopir sama sekali. Dan dia terpaksa memesan gocar atau gojek. Akhirnya dia memesan gocar. Tapi tidak datang-datang. Kesal dengan keadaan, dia terpaksa memesan gojek— yang kemudian datang dalam hitungan detik. Awalnya Yumna pikir masalahnya akan selesai di sini, tapi ternyata tidak. Macet berkepanjangan selama perjalanan menghadang. Dandanannya rusak, kulitnya kusam terkena asap knalpot, dan bahkan rambutnya mulai lepek oleh sinar matahari.

Buruk. Yumna membatin dalam hati. Berandai-andai suatu hari dia bisa lancar mengendarai mobilnya sendiri. Tapi, itu hanyalah mimpi. Realita tentang betapa buruk pengalamannya dengan kendaraan membuat dia merasa sangat tertampar. Faktanya dulu saat masih SMP dia pernah menyerempet anak kecil menggunakan matic pink kesayangannya. Sejak saat itu dia mulai trauma menggunakan motor. Lalu memutuskan mengendarai mobil di awal SMA. Semua berjalan mulus sampai kejadian buruk kembali terjadi. Beberapa bulan lalu dia malah nyaris menubruk pedagang kaki lima di Pasar Kemayoran. Beruntung pedagang itu tidak mengalami luka serius. Dan gara-gara itu semua dia mulai rehat mengendarai mobil dan memilih diantar sopir. Tapi sayang masalah selalu terjadi dalam hidupnya.

Yumna mendengus dan segera berlarian menyusuri fakultasnya. Ah, mampus, gumamnya kesian kali. Bahkan dari jauh pintu ruang kuliahnya sudah tertutup rapat. Mati saja jika ada quest dadakan hari ini. Bisa dapat nilai D kalau tidak ikut. Yumna menggerutu masih sambil mencengkram bukunya kuat-kuat. Dan ketika dia memutuskan mempercepat larinya, masalah terjadi. Dari arah tikungan yang berlawanan, seseorang berjalan begitu saja. Tanpa bisa mengerem tubuhnya oleng ke depan. Menubruk dengan amat sangat keras. Hingga tubuhnya terpelanting jatuh bersama buku-buku di pelukannya.

"Akh..." Yumna meringis menahan perih yang menjalar di lututnya. Pandangannya yang semula kabur kini mulai terfokus. Tepat di hadapannya sebuah topi hitam terpelanting begitu saja.

Yumna mengernyit. Refleks meraih topi itu bermaksud mengembalikannya. Dan ketika tubuhnya berbalik, dia nyaris terlunjak. Tepat ketika laki-laki di hadapannya bangkit. Lalu mereka berhadapan. Saling berpandangan.

Kahfi.

Duh, gantengnya. Kau ciptakan laki-laki setampan ini di muka bumi.

Yumna tahu tubuh dan kakinya sudah mengejang gugup. Berhadap-hadapan berdua dengan Kahfi. Membuat nyawanya serasa melayang-layang. Rasanya ringan. Seringan kapas yang beterbangan di angkasa. Matanya memandang luas ke depan. Mengagumi setiap lekuk keindahan yang terlukis di hadapannya. Sejuta puji-pujian yang tanpa sadar mengalir dari lubuk hatinya. Dia gumamkan pelan-pelan mengagumi ciptaan Sang Maha Kuasa di depannya ini.

Kahfi dan YumnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang