Suasana kantin fakultas ekonomi dan bisnis siang ini tak kalah carut marut dari hari biasanya. Meskipun ini hari Sabtu-yang termasuk hari libur nasional- dimana seharusnya suasana sepi dan lengang lebih mendominasi justru yang terjadi malah sebaliknya. Lautan mahasiswa itu tampak memenuhi setiap sudut kantin dengan jas mencolok kampus mereka. Sebagian baru saja usai menempuh perkuliahan umum, sebagian lagi dengan seminar fakultas. Sedangkan sisanya dengan pakaian bebas tengah menyelesaikan rapat organisasi.
Namanya Yumna- perempuan berambut sepunggung yang dikucir seadanya itu hanya mengaduk-aduk mangkuk baksonya malas. Di hadapannya, Bika- sahabatnya- masih dengan wajah berseri-seri menikmati menu makanan yang sama.
Yumna menggaruk pipinya bingung. Matanya mengamati Bika sembari berdecak. Bika tidak pernah lelah. Setiap hari enerjik dan penuh semangat. Buktinya dia masih sanggup menghabiskan satu mangkuk bakso porsi jumbo dengan melahapnya besar-besar tanpa ampun.
"Ya ampun, lo bisa keselek, Bik." Yumna menggelengkan kepala sembari mengaduk-aduk baksonya tanpa minat. Lalu disurungkan mangkuknya tepat ke hadapan Bika. "Nih, lo habisin punya gue juga, dong. Gue kenyang...."
"Eh, mubadzir tahu kalau nggak dihabisin," cecar Bika dengan mulut penuh. Satu tangannya meraih mangkuk cepat. "Tapi tenang, ada gue di sini. Gue sikat bakso lo sampe tuntas."
Yumna kembali berdecak.
Baru beberapa detik dan Bika menghempaskan sendoknya begitu saja. Matanya celingak-celinguk ke depan. "Yum, lo lihat-"
Yumna melotot. Kesal dengan panggilan Bika yang seenaknya. "Ih, Bika, jangan panggil gue Yum! Udah berapa kali sih gue bilang?"
"Halah, nama lo itu emang Yum! Yummy!"
Yumna merengek sebal. "Ih, tapi kan gue nggak suka dipanggil Yam Yum Yam Yum! Emang gue Mbok Yum?"
"Ya kali gue manggil Yum, yang nengok nggak cuma lo! Mbok Yum juga nengok!" Bika terkikik. Tapi kembali stop saat mencengkal tangan Yumna. "Coba lo nengok, Yum, arah jam sembilan! Sebelah kiri!"
Yumna memutar bola mata malas. Lalu mengikuti petunjuk Bika.
"Ada Kenno cs lagi lewat." Bika nyengir. "Dih, muka songong kayak gitu. Sok ganteng banget, deh. Jijik gue lihatnya."
"Mana gue nggak lihat?"
"Ya elah, nengok dikit lagi!" Bika menusuk baksonya dengan ganas. "Tuh, sama kroni-kroninya! Elah, mau muntah aja gue lihatnya. By the way ya, lo udah buka ig belum? Masa cowok pecicilan kayak Kenno masuk unindo.ganteng? Gue nggak sudi banget."
Yumna masih mengenyit saat melihat langkah kaki empat mahasiswa itu ke salah satu bangku kosong. Dan bukannya si tengil Kenno, matanya malah langsung tertambat pada sosok paling jangkung dari gerombolan itu. Tanpa sadar Yumna tersenyum tipis melihat laki-laki itu- yang entah kapan tanpa sadar selalu dia amati. Masih seperti hari biasanya, dia selalu mengenakan topi hitam untuk menutupi separuh wajahnya. Kembali Yumna tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kahfi dan Yumna
Teen FictionHidup Shahila Ayu Meidina Harish (Yumna) berubah sejak dia naksir Al Kahfi Ganendra Atmadja (Kahfi). Kahfi si anak jurusan sebelah alias Ekonomi yang satu kampus sekaligus satu fakultas dengannya, anggota geng Kenno cs yang paling nggak neko-neko...