"Oke, applause yang meriah untuk kelompok terakhir kita."Suara tepuk tangan terdengar membahana seantero kelas. Kenno dan Uzan nyengir menampilkan senyum sok ganteng mereka. Sementara Bika hanya memaksakan senyum menahan malu harus terhimpit di antara dua mahasiswa gesrek itu.
"Nah, temen-temen. Makasih banyak nih ya atas perhatian dan kebaikan hati kalian semua membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berdatangan kek hujan tadi. Maaf, ya, kalau kelompok kita ini rada-rada nggak bisa jawab. Mohon dimaklumi keterbatasan kita ini. Sesama manusia harus saling memaafkan. Toh, nggak ada yang sempurna di dunia ini. Seperti yang sering saya baca di google, kehidupan ini hanya sementara. Kita hanyalah manusia biasa yang punya banyak dosa dan salah. Tolong dimaafkan. Ye kan, Pak?" Kenno mengerling ke Pak Rusdy.
Rusdy menggeleng-geleng. "Kamu ini kok malah ceramah segala!"
"Huuu..." lalu sorakan terdengar membanjiri Kenno.
"Heh, Tong, lu kira kita lagi kuliah agama apa? Ini kelas manajemen!"
"Eh, buset, Tong, dosa lo tuh banyak, ngaca! Sok banget!"
"Giliran ceramah aja lancar lu, ngejaweb pertanyaan kita-kita nggak bisa, huuu!"
Kelas semakin pecah. "Gimana, sih, lu? Huuu!"
Uzan di samping Kenno nyaris melempar spidol. "Yaelah, dikira di hutan apa. Hahuhahu kayak Tarzan aja."
"Hei, kalian berdua diam!" Rusdy berdecak. Kenno dan Uzan langsung kicep. "Sudah, ayo Arkeanno segera ditutup. Waktunya mau habis," lanjut Rusdy lagi.
"Eh, iya, Pak. Maaf. Ya udah, gitu aja, ya. Sekian presentasi dari kelompok kami yang paling eksis. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."
Dan begitu Kenno menutup presentasi dengan salam, Bika segera kabur kembali ke kursinya. Ditinggalkannya Kenno dan Uzan yang masih repot mematikan komputer dan melepas flashdisk. Hah, sebodo amat. Bisanya bikin malu aja. Bika gemas sendiri terjebak di antara dua makhluk aneh itu. Urat malunya sudah putus rasanya.
Rusdy sendiri hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah mahasiswa jaman now. Sudah seenaknya, tidak sopan lagi. Apalagi pakai cinlok-cinlok segala. Malu-malu tapi mau. Dimana-mana kok seperti itu.
"Akhirnya presentasi kelompok berakhir, ya. Untuk pertemuan selanjutnya, saya akan mengadakan quest tahap pertama sebelum melanjutkan materi dari saya. Jadi, minggu depan jangan lupa dipelajari materi dari teman-teman kelompok yang lain. Oke, saya pamit dulu. Selamat siang. Selamat beraktivitas. Terima kasih."
Ketika Rusdy telah menghilang, satu seruan dari Kenno terdengar. Disusul Uzan. Keduanya ber-high five riang. "Yeaah, goodbye Pak Rusdy. Eh, Jan, minggu depan jangan lupa belajar ya. Gue nyontek lu deh."
Uzan menjulurkan lidah. "Dih, napa gue, Tong? Pak Ustadz aja, sih."
Kahfi yang sejak tadi diam bersama Zian hanya berdecak malas. "Gue nggak janji."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kahfi dan Yumna
Fiksi RemajaHidup Shahila Ayu Meidina Harish (Yumna) berubah sejak dia naksir Al Kahfi Ganendra Atmadja (Kahfi). Kahfi si anak jurusan sebelah alias Ekonomi yang satu kampus sekaligus satu fakultas dengannya, anggota geng Kenno cs yang paling nggak neko-neko...