Suasana fakultas ekonomika dan bisnis siang ini tampak ramai dan bising. Halaman utama yang biasanya dijadikan area rapat dan nongkrong kini disulap menjadi panggung super besar dengan beberapa alat musik yang masih setengah berantakan di atasnya. Beberapa mahasiswa dengan kaos ungu khas ekonomi berseliweran begitu saja. Sebuah logo event tertera di masing-masing kaos yang dipakai senada itu.
Yumna yang baru saja turun dari gojek langsung menatap takjub. Matanya tak henti menilik mahasiswa yang berlarian kesana kemari. Matanya menyipit membaca spanduk besar bergambar not-not balok di depannya. Pasti nanti malam akan ada event dari anak ekonomi. Buktinya sejak tadi dilihatnya Dewo berteriak-teriak mengomando dengan headbanner melingkar di kepala dan speaker super besar di tangan. Nyaris menutupi wajah kecilnya saat dipakai untuk berteriak. Yumna berdecak tak habis pikir, raja ketua bungkring itu memang semena-mana.
Memilih tak peduli, Yumna melangkah memasuki fakultas. Baru beberapa langkah Yumna menaiki anak tangga yang kebetulan sepi itu, langkahnya tiba-tiba dihadang dari arah berlawanan. Yumna mendongak ke atas dan melihat Kahfi dengan kaos ungu yang sama. Sementara kamera DSLR melingkar di leher laki-laki itu. Tak ketinggalan topi hitam beserta sneakers hijau santai menghias kakinya. Kahfi melangkah turun dengan cepat menghampiri Yumna.
Yumna sendiri langsung salah tingkah. Pura-pura mengalihkan tatapan ke arah lain. Dalam hatinya membatin menahan malu. Tanpa dia minta, kejadian kemarin malam berputar-putar begitu saja.
Duh, jangan ke sini. Malu banget. Yumna meringis dalam hati. Meskipun dia sempat mengerjai Kahfi semalaman lewat bom chat, tetap saja saat bertemu langsung seperti ini jadi canggung. Apalagi setelah pengakuan bodohnya semalam.
Ya Allah, Yumna. Kemarin kamu itu bodoh banget, sih. Kapan pinter dikit di matanya Fi?
"Yumna." Dan suara itu malah terdengar.
Yumna segera menunduk. Pipinya merona tanpa sebab. "Eh, iya, Fi?"
Kahfi hanya mengulum senyum. Dirinya pun tak kalah malu. "Kamu darimana?"
"Ha? Yumna?" Yumna terkesiap tapi buru-buru melempar senyum kikuk. "Baru aja berangkat dari rumah. Kalau kamu? Udah lama berangkat?"
"Iya, udah dari tadi jam tujuh. Soalnya disuruh bantuin anak-anak. Mmm..." Kahfi hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya bingung. "Oh iya, kaosnya Mas Miko, masih di saya, ya."
"Eh, iya, iya, bawa aja dulu."
Masih menggaruk kepalanya, Kahfi meringis melirik Yumna. "Nanti malem kamu dateng?"
Yumna mengerjap bingung. "Dateng kemana?"
"Ecosic."
Mata Yumna secara otomatis bergerak menatap ke bawah lantai. Tepat ke arah jendela kaca yang menampilkan panggung setengah jadi. "Ecosic?"
"Economy with music. Dateng, ya."
"Acara musiknya anak ekonom, ya? Pasti ketuanya si Dewo itu? Tadi Yumna lihat dia udah teriak-teriak pake toa di bawah." Yumna terkikik. Jauh lebih santai dari sebelumnya. "Kayaknya seru, deh. Anak manajemen boleh dateng?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kahfi dan Yumna
Ficção AdolescenteHidup Shahila Ayu Meidina Harish (Yumna) berubah sejak dia naksir Al Kahfi Ganendra Atmadja (Kahfi). Kahfi si anak jurusan sebelah alias Ekonomi yang satu kampus sekaligus satu fakultas dengannya, anggota geng Kenno cs yang paling nggak neko-neko...