Bab 80 [Permintaan]

34.2K 2.5K 401
                                    

Langkah Kahfi terhenti tepat di depan lorong rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah Kahfi terhenti tepat di depan lorong rumah sakit. Mata kuliah jam pertama telah habis, dan dia langsung kabur. Selama hampir dua jam bahkan dia tidak banyak bicara. Uzan dan Zian yang duduk mengapitnya didiamkannya begitu saja. Bahkan untuk bicara apapun dia tidak minat. Hanya sebatas dua tiga kata saja sempat dia berbasa-basi pada keduanya. Lalu Zian hanyut dalam tidurannya sementara Uzan dan Dewo asik menggosipkan Yumna. Karena memang sejak tadi pagi perempuan itu menjadi gosip paling santer di seantero kampus yang sangat tidak ingin Kahfi dengar. Dan Kenno? Sejak aksi kaburnya bersama Lucky dan Bika, sampai detik ini Kenno belum menampakkan batang hidungnya.

Barulah ketika Kahfi benar-benar sampai di depan pintu kamar rawat Yumna, Kahfi langsung tahu Kenno masih berada di sana. Kahfi mengintip dari balik gorden. Melihat Lucky dan Bika yang masih menangisi Yumna di samping ranjang rawat perempuan itu. Sementara Kenno terus berdiri di belakang Bika, memegangi pundak perempuan itu.

Tanpa sadar mata Kahfi memanas. Matanya kembali terfokus pada Yumna— yang tak sadarkan diri di sana. Muka putihnya tampak pucat pasi. Bibirnya kering terkatup rapat. Dan selang menghiasi tangannya. Kahfi menahan sesak di dadanya. Tanpa sadar memukul dinding kaca. Raut wajah Yumna yang biasa bersinar terang. Dan senyumnya yang selalu ceria. Kahfi tidak melihatnya lagi.

Yumna, kamu coba hukum saya?

"Bik, kita pulang. Udah hampir lama kita di sini." Sayup-sayup suara Kenno terdengar dari balik sana.

Kahfi mundur beberapa langkah. Menyembunyikan diri di balik belokan lorong. Suara keritan pintu terdengar tak lama kemudian. Kenno menarik Bika. Dan perempuan itu meronta keras.

"Kalau lo mau pulang, sana pulang!" jerit Bika. "Gue mau di sini! Gue mau di samping Yummy!"

"Ya Allah, Bik, lo belum sholat, belum makan, bahkan bolos kuliah hari ini," Kenno menahan Bika. "Lo pikir Yumna bakal seneng lihat lo kayak gini?"

"Lepasin gue, Tong! Lepas! Berani lo ngatur-ngatur gue! Siapa lo?!" damprat Bika tak terima. "Percuma gue kuliah, nggak ada Yummy! Gue nggak punya temen lain yang setia!"

"Bik, gue care sama lo! Dan sama Yumna juga. Makanya gue bilang sama lo, gue nggak mau lo sakit! Lo ngerti nggak, sih?" Kenno menahan emosinya. "Kita cari makan dulu!" Kenno memutar matanya ke arah Lucky. "Plek, lo juga!"

Lucky berseru. "Heh, apaan lo? Emang lo kenal gue! Nggak usah sok baik sama gue!"

"Gue tahu lo sayang sama Yumna, Ky! Tapi kasih dia waktu sendiri! Dia butuh istirahat! Mungkin dia lebih tenang, kalau kita nggak begini! Dengan lo berdua nangisin dia, itu malah bikin dia makin terbebani!"

"Berhenti sok tahu! Kalau lo emang mau pulang, pulang! Gue bakal jaga Yummy di sini sendiri! Gue nggak butuh lo berdua!"

Suara Citta menginterupsi. "Mbak benar-benar makasih kalian datang. Tapi, bisa... jangan berantem di sini? Kalian bisa dateng lagi nanti. Kalian capek. Butuh banyak waktu juga buat aktivitas lain. Biar Mbak yang jaga, ya? Mbak di sini sama Masnya Yumna. Masnya Yumna lagi di kantor. Ini mau ke sini, kok."

Kahfi dan YumnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang