Yumna menatap pantulan bayangannya di cermin. Matanya tertuju lurus pada gamis santai bermotif bunga-bunga milik Rania yang kini menempel pas di tubuhnya. Tadi saat memutuskan kabur ke rumah Kahfi, dia belum sempat berganti baju. Masih setia dengan sarimbit batik berbentuk setengah kebaya yang dipakainya di pernikahan Verrel. Saking emosinya tadi, dia bahkan memasukkan baju sembarangan ke koper. Tidak ada baju tidur, tidak ada baju santai. Hanya beberapa jeans dan kemeja. Akhirnya Rania menyurungkan hampir separuh dari koleksi baju miliknya kepada Yumna.
Yumna tersenyum manis menatap pantulan dirinya di kaca. Ah, cantiknya dia ini. Pertama kali dia memakai baju berbentuk long dress longgar sepanjang dan selebar ini, ternyata sangat anggun dan menawan di tubuhnya. Mirip princess. Berbeda dengan koleksi dress di kamarnya yang rata-rata hanya sepanjang lutut.
Yumna meringis malu. Bahkan tidak tahu bagaimana harusnya dia berekspresi nanti saat kembali ke ruang tamu. Lalu rambutnya ini malah mirip kuntilanak. Harus diapakan lagi, sih. Merasa kesal Yumna segera menangkupnya jadi satu dan merebahkannya di kanan agar lebih rapi. Sambil menghembuskan nafas panjang, dipaksakannya diri melangkah keluar dari kamar yang disediakan untuknya ini.
Baru satu langkah, Yumna nyaris tersentak. Hampir saja menubruk Kahfi yang ternyata tengah berjalan menuju pintu. Segera dia berhenti melangkah.
"Maaf," Kahfi menjawab sambil tanpa sadar mengamati penampilan Yumna yang lain dari biasanya. Rasanya membuat dia sedikit kagum dan terpukau. Tapi buru-buru ditepisnya.
"Yumna dipinjemin baju sama Mbak Rania." Yumna seakan paham kerutan di wajah Kahfi.
"Oh..." Kahfi mengangguk-angguk. "Cocok."
Yumna sendiri segera mengalihkan tatapan malu. Sadar Kahfi masih terus menatap dirinya. Tangannya bergerak memilin ujung renda gemas. "Omong-omong, Yumna yang harusnya bilang maaf. Tadi nggak tahu kamu jalan ke sini. Jadinya mau nabrak. Untungnya nggak jadi."
"Saya nyusul ke sini. Habisnya kamu lama. Udah ditungguin di meja makan," Kahfi menghembuskan nafas panjang. "Bunda panasin sup buat kamu. Makan dulu, gih."
Yumna mengangguk paham. Kahfi nyaris berbalik. Tapi Yumna bersuara lagi. Masih dengan rasa bersalah. "Maaf ya, malah jadi bikin susah keluarga kamu."
"Bagus kalau kamu tahu," Kahfi melirik sambil memaksakan senyum. "Habis makan, buruan tidur. Besok pagi-pagi banget saya anter pulang."
Yumna sontak memprotes. "Tuh, kan, ujung-ujungnya kamu usir Yumna?"
"Terus saya harus gimana, Yumna?" tanya Kahfi mencoba sabar. "Emang kamu punya rumah sendiri, kan? Kenapa harus ke rumah orang lain?"
"Tapi, kan, Yumna seneng di sini, Fi. Yumna seneng kenal Bunda kamu, terus Abby, terus juga Mbak Rania kan baik banget serasa punya kakak cewek selain Mbak Citta. Kenapa, sih, kamu itu nyolot banget? Kamu seakan nggak suka banget ada Yumna di sini?! Salah kalau Yumna suka di sini?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kahfi dan Yumna
Fiksi RemajaHidup Shahila Ayu Meidina Harish (Yumna) berubah sejak dia naksir Al Kahfi Ganendra Atmadja (Kahfi). Kahfi si anak jurusan sebelah alias Ekonomi yang satu kampus sekaligus satu fakultas dengannya, anggota geng Kenno cs yang paling nggak neko-neko...