Gosip penggabungan kelas mata kuliah Ekonomi Manajerial menjadi buah bibir di kalangan mahasiswa. Pak Rusdy yang super duper tertib dan efisiensi dalam penggunaan waktu tentu menggunakannya sebaik mungkin. Buktinya kelas manajemen dan ekonomi digabung dalam satu waktu. Bahkan ruang kelas yang biasanya menggunakan kelas reguler pun dipindah di auditorium kuliah umum yang super besar. Artinya Pak Rusdy memang serius melakukan efisiensi perkuliahan mata kuliah Ekonomi Manajerial.
Tentu saja hal itu menjadi hal yang sangat dinanti-nantikan Kenno. Sejak menit dimana pengumuman itu diumumkan, Kenno tak henti berceloteh panjang lebar tentang aksinya nanti. Mulai dari berjanji masuk paling awal, berpura-pura menjadi mahasiswa baik, rajin mencatat, serius dalam mendengarkan, dan yang terpenting dia akan mencari kursi tepat di belakang Bika.
"Duh, yang udah mau tobat, semangat bener, Tong," sindir Uzan keki.
Kenno menyugar rambutnya. "Jelas dong. Di depan ayang Bikan Ambon, gue harus menunjukkan performa yang baik."
Uzan mencebik. "Duileh, lihat aja ntar bobrok juga."
"Diem lo, Jan. Mana seneng lo lihat gue bahagia?!" ringis Kenno kesal.
Zian yang semula diam dengan headset dan hago melirik tiba-tiba. "Kalau ada Bika, ada Yumna dong? Gebet, ah."
Uzan menatap Zian. "Kalau ada Yumna, ada Pleki."
Kenno mendengus kasar. "Pleki lagi Pleki lagi. Gimana sih cara mengenyahkan dia dari muka bumi ini? Heran gue, saking nggak punya temen apa ya dia ngikutin Bikan Ambon gue terus? Amit-amit, deh."
"Syirik apa gimana sama si Pleki?"
Kahfi lagi-lagi hanya bisa terdiam mendengarkan suara teman-temannya. Matanya melirik selembar kertas yang tertempel tepat di depan pintu auditorium. Mulai hari ini mata kuliah Ekonomi Manajerial akan digabung dengan anak-anak manajemen. Artinya dia akan sering melihat Yumna setiap mata kuliah Ekonomi Manajerial. Tapi melihat tingkah perempuan itu seperti menunjukkan sikap yang menjauh darinya.
Dan benar saja, dari jauh Kahfi bisa melihat Yumna bersama gerombolannya. Siapa lagi kalau bukan Sabika dan laki-laki yang kerap dipanggil Pleki itu. Kahfi sudah hafal di luar otaknya, Pleki mengalungkan lengan ke sekeliling leher Yumna yang malah disambut perempuan itu dengan tawa riang. Seolah tak risih sama sekali. Malah terlihat santai dan bahagia. Sekilas mata Yumna bertemu pandang dengan matanya. Dan untuk kesekian kalinya perempuan itu bersikap masa bodoh.
Kenno menyenggol-nyenggol lengannya. "Jangan bengong, lo! Buruan masuk!" setelahnya dia sudah berlari sambil mendorong-dorong Uzan dan Zian di depannya.
"Duduk mana?" bisik Uzan kepo.
Kenno langsung menunjukkan isyarat. Matanya menunjuk ke arah kursi tempat Bika dan Yumna mengambil duduk. Tanpa aba-aba Kenno langsung berlari menyerobot bangku di belakang Bika. Uzan dan Zian menyusulnya. Kahfi hanya bisa menggelengkan kepala pasrah dan terpaksa mengambil tempat paling ujung di sebelah Zian. Dan dari sini dia langsung bisa melihat Yumna. Bahkan bila perempuan itu menengok sedikit saja, maka mereka bisa saling melihat satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kahfi dan Yumna
Teen FictionHidup Shahila Ayu Meidina Harish (Yumna) berubah sejak dia naksir Al Kahfi Ganendra Atmadja (Kahfi). Kahfi si anak jurusan sebelah alias Ekonomi yang satu kampus sekaligus satu fakultas dengannya, anggota geng Kenno cs yang paling nggak neko-neko...