Nazwa baru pulang dari kelas usai belajar Al-hadist. Sungguh hari ini adalah hari yang melelahkan untuknya, ia hanya berharap untuk segera tiba di Rayon setelah itu tidur sebentar guna menghilangkan rasa lelah nya.Sementara ketiga sahabatnya tengah ada piket jadilah ia hanya berjalan seorang diri.
Sedang dari arah depan ada seorang mba Abdi Ndalem tengah berjalan sedikit terburu-buru ke arah nya.
"Assalamualaikum Ning. " Ucap Mba Abdi Ndalem itu.
"Waalaikumsalam. Jangan panggil saya Ning, Mba. Sekarang kan saya masih santri, panggil Nazwa saja. " Ucap Nazwa tersenyum sopan.
"Kamu dipanggil Bu Nyai ke Ndalem. Katanya ada yang ingin beliau sampaikan. " Jawab Mba Abdi Ndalem.
"Baik Mba, terimakasih infonya. Saya permisi ke Ndalem menemui Uma nggeh Mba. Assalamualaikum. " Pamit Nazwa berangsur pergi meninggalkan mba Abdi Ndalem.
Nazwa masuk ke Ndalem di sana sudah ada Uma Aminah dan juga Kyai
Syafiq. Tapi tak mendapati ada Gus Raka disana, mungkin sedang dikamar kalau tidak di asrama putra."Assalamualaikum. Umaa.. Abah.. " Ucap Nazwa langsung mencium tangan kedua mertuanya.
"Waalaikumsalam. "
"Tadi Nazwa denger dari Mba Abdi Ndalem kalau Uma manggil Nazwa. Memang nya ada apa, Uma? " Tanya
Nazwa langsung pada intinya."Jadi gini nak, nanti malam kami sekeluarga akan berkunjung ke kediaman Kyai Hamdan untuk menghadiri acara Harlah Pondok Pesantren miliknya. In sya Allah yang akan jadi pengisi acara nanti salah satunya Abah dengan suami mu. Jadi Uma mau tanya apa kamu ingin berangkat bersama kami, atau tetap ingin di Pesantren? " Jelas Uma Aminah.
"Kyai Hamdan siapa Bah? " Tanya Nazwa. Karena sungguh ia tidak tau.
"Beliau adik Abah paling kecil. Kemarin ketika acara pernikahan kalian, beliau sedang berhalangan hadir. Jadi tidak heran kalau kamu tidak mengenalnya. " Ucap Abah Syafiq. Nazwa hanya mengangguk tanda mengerti.
"Yaudah nanti coba Nazwa tanya sama Mas Raka. Kalau boleh, Nazwa akan ikut. " Jawab Nazwa.
Nazwa kemudian pamit pada mertuanya untuk mencari Gus Raka. Sepertinya laki-laki itu sedang berada di kamar, tengah bersiap-siap untuk mengisi kajian sore nanti.
Nazwa masuk kamar begitu saja tanpa mengetuk pintu, begitu pintu terbuka nampak sosok Gus Raka tengah bertelanjang dada. Sontak saja Nazwa langsung membalikan badan sambil menutup mata.
"Astagfirullah Gus! Kalo mau ganti baju, pintu nya dikunci! Untung Nazwa yang masuk, coba kalo yang lain, gimana? " Omel Nazwa masih setia menutup mata dengan menggunakan tangan.
Gus Raka hanya terdiam memakai baju nya kemudian menghampiri istri kecil nya lalu membalikkan badan Nazwa menghadap Gus Raka sepenuhnya. Tangan Gus Raka terulur menyentuh pergelangan tangan Nazwa lalu menurunkan tangan itu dari wajah nya.
"Semua orang yang mau masuk kamar saya, selalu ketuk pintu. Cuma kamu yang main nyelonong gitu aja. lalu kenapa saya harus mengunci pintu ketika ganti baju? " Tanya Gus Raka dengan nada santai, seolah tidak terjadi apa-apa.
"Sebelumnya Nazwa selalu ketuk, tapi Gus Raka sendiri yang nyuruh Nazwa ngga usah ketuk. Yaudah deh.. Nazwa nyelonong aja. " Ucap Nazwa mendengus kesal.
"Yasudah.. Lagi pula kamu istri saya, wajar kalau kamu melihat hal seperti tadi. " Jawab Gus Raka tersenyum. Melihat senyuman Gus Raka, Nazwa malah jadi ngeri sendiri.
Wajar bagi Gus Raka, tapi tidak wajar bagiku. Batin Nazwa sedikit memundurkan tubuhnya dari Gus Raka.
"Gus.. Bisa ngga jangan senyum gitu, Nazwa ngeri liatnya. " Lirih Nazwa.
![](https://img.wattpad.com/cover/160243166-288-k793056.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Nazwa [TERBIT]
Teen Fiction16+ ⚠AWAS BAPER!!!⚠ Author ga tanggung jawab "Gus Rakaa!" panggil Nazwa kembali disertai sedikit godaan. "Iyaa?" jawab Raka dengan wajah datar. "Nazwa boleh nanya?" "Silahkan!" "Boleh ngga Nazwa jadi istri nya Gus?" tanya Nazwa. Seketika kedua alis...