Tiga Kurcaci

1.9K 95 7
                                    

Suara adzan dzuhur telah berkumandang tepat setelah mereka mengambil wudhu. Nazwa membimbing sepupunya masuk ke Masjid, bersama dengan teman-temannya. Sebelum kemari mereka juga sempat saling berkenalan, bahkan mereka juga sudah mulai mengakrabkan diri.

"Eh lo-eh maksudnya kamu Sania. " Ucap Aila saat baru duduk bersama Sania.

"Iya aku Sania. "

"Kalo gitu boleh cerita in ngga, gimana kehidupan Pesantren. " Pinta Aila.

"Nanti selesai shalat aja ya, Ai. Soal nya kita shalat dzuhur dulu. " Jawab Sania.

Aila hanya mengangguk paham lalu menoleh sebelah kiri dimana Nazwa tengah duduk tepat sebelah nya.

"Naz, di Masjid ko ngga ada laki-laki nya sih? Padahal dari tadi gue nunggu mereka. Katanya orang anak Pesantren gini rata-rata pada bening-bening semua. " Bisik Aila mendekatkan mulutnya ke telinga Nazwa.

Jika saja ini bukan Pesantren dan mereka tidak akan melaksanakan shalat, sudah pasti ia akan ngereog menumpahkan segala kekesalan nya.

"Jangan berekspetasi bakal liat santri putra, kita ngga mesti sebulan sekali jama'ah bareng, lagian kalo ada laki-laki yaa cuma Kyai, Gus Raka, atau ustadz yang mengisi kajian rutin. " Jelas Nazwa.

"Ouh kirain sama kaya Masjid biasanya. "Cibir Aila menunduk sembari menghela napas pelan.

"Udah mau ngadep Allah masih aja mikirin cowok. " Cibir Nazwa memutar bola matanya malas.

"Hehe khilaf. "

****
Selepas shalat dzuhur seperti biasa Nazwa beserta yang lain melaksanakan ngaji serta hafalan bersama. Tapi berbeda dengan tiga wanita yang baru saja menjadi santriwati di sini, ketiga nya secara kompak menghela napas lelah. Mereka fikir hidup sebagai santriwati hanya fokus pada pelajaran saja tetapi kenyataan nya salah selain belajar mereka juga harus menghafal.

"Gilaa aku ngga kuat lagi.. Pengen pulang. " Keluh Leoni menenggelamkan wajah nya dalam lipatan tangan.

"Sama kita juga. " Sahut Aila dan Vira bersamaan.

Sementara Nazwa dan yang lain hanya terkekeh melihat tingkah sepupunya.

"Daripada ngeluh mulu mending buruan hafalan terus setoran biar cepet santai santai. " Ucap Nazwa.

"Emang kalian ngga cape? Tiap hari hafalan terus. " Tanya Aila.

"Ngga.. Kan udah biasa, justru kalo kita sehari ngga hafalan malah rasanya agak aneh. " Jawab Melia.

"Sungkem dulu sama suhu. "

"Heh! Suhu apaan? Hafalan kita juga masih ketinggal jauh sama yang lain. " Sargah Nazwa.

"Tapi- "

"Kalian yang disana, jangan pada ngobrol!! Apa kalian sudah hafal?! " Seru Ustadzah keamanan memotong ucapan Leoni.

"Belum Ustazah. " Jawab mereka semua serempak.

Semua orang langsung menunduk dan kembali membaca mushaf mereka masing-masing.

*****
Setelah melewati masa terberat bagi ketiga sepupu itu akhirnya mereka selesai melewati kelas tersebut. Untung saja Aila, Leoni, serta Vira masih santri baru jadi mereka hanya hafalan beberapa surat pendek.

Dan saat ini keempat wanita itu tengah berjalan bersama mengitari kawasan santri putri. Sementara sahabat Nazwa memilih tidak ikut sebab mereka ada kelas tambahan bersama Ustazah Naila.

"Panas banget otak gue sumpah, mana pakaian nya juga bikin gerah.. Naz, emang ngga ada yang adem adem gitu disini? " Keluh Aila menghembuskan napas lelah.

Cinta Untuk Nazwa [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang