Aku berjalan dengan langkahku yang sangat gontai, berharap ada keajaiban yang aku alami saat ini. Seharusnya sekarang aku berada di kampus, karena kelas soreku Belum usai. Tapi entah mengapa langkah ini membawaku ke tempat ini. Selain Allah tempat ku berkunjung disaat aku kehilangan arah dan sedih, tempat inilah dimana aku sering untuk coba menghapus semuanya.
"Assalamualaikum adik-adik".
"Waalaikumsalam" mereka menyambut kedatanganku dengan kehangatan
"Kak Hana kok udah lama sih gak kesini. Kita kangen tau"
"Maafin kk ya, akhir-akhir ini kk sibuk. Jadi baru sempet ngunjungin kalian deh"
"Kak cerita dong. Kita pengen denger cerita kk lagi nih" ucap salah seorang di antara mereka
"Iya kak" lanjut yang lainnya
"Yaudah duduk sini gih. Kk mau cerita sebuah kisah perjalanan hidup Rasulullah dan Khadijah, semuanya diam ya. Dengerin kk cerita
Semua antusias mendengarnya cerita dari Hana
Akupun mulai bercerita..
"SAYYIDAH Khadijah adalah sedikit dari kaum Quraiys yang bisa membaca dan menulis. Dia pun memiliki seorang sepupu lanjut usia yang merupakan seorang pendeta ahli kitab. Darinyalah Sayyidah Khadijah mengetahui bahwa telah datang masa terutusnya nabi akhir zaman. Dan, melihat berbagai macam pertanda, tahulah Khadijah bahwa Muhammad putra Abdullah adalah calon yang terutus itu. Ia pun memutuskan untuk melamarnya karena Allah.Meski pada saat itu manusia mulia yang dikenal kejujuran dan amanahnya itu adalah seorang laki-laki miskin dan tidak memiliki pekerjaan tetap sementara Khadijah adalah janda kaya yang dermawan, kebaikannya membuat semua lelaki Qurays berharap menjadi pendamping hidupnya.
Khadijah sendiri ingin menikah dengan Nabi Muhammad agar ketika datang waktu terutusnya Nabi Muhammad sebagai seorang rasul, ia yang menjadi istrinya kala itu akan segera beriman, berjuang dalam agama, dan membantu Nabi dengan semua yang ia punya. Coba simak apa yang disampaikan Khadijah beberapa hari sebelum pernikahan mereka:
“Wahai Muhammad, sungguh demi Allah, Engkau harus tahu bahwa aku ingin menikah denganmu bukan karena berharap sesuatu. Aku melakukannya karena kukira Engkau adalah nabi yang akan diutus, rasul yang kedatangannya ditunggu dan diberitakan oleh para rahib dan pendeta. Dan jika hal itu benar, aku berharap Engkau tidak menyia-nyiakan perbuatanku, ajaklah aku kepada Tuhan yang kelak akan mengutusmu itu.”
Nabi Muhammad menjawab, “Aku tidak tahu kebenaran ucapanmu itu, wahai Khadijah. Namun, demi Allah, jika benar aku menjadi seperti yang kau kira, aku tentu tidak akan menyia-nyiakanmu sampai kapan pun. Dan jika tidak, maka Tuhan yang Engkau telah berbuat kebaikan ini karenaNya, pasti tidak akan pernah menyia-nyiakanmu.”
Sayyidah Khadijah dan Nabi Muhammad (shalallahu ‘alaihi wa salam) menjalin rumah tangga karena Allah. Karena itulah pernikahan mereka menjadi begitu berkah, cinta mereka kekal abadi. Sebab ada Allah dalam hubungan cinta mereka, ada Allah dalam niat pernikahan mereka, ada Allah yang menjadi landasan setiap keputusan yang mereka buat sebagai suami dan istri. Dan inilah sumber kekuatan terbesar yang dimiliki manusia. Tak aneh jika Khadijah bertahan saat ujian pernikahan mereka menghadang.
Tatkala badai datang mengombang-ambingkan biduk pernikahan mereka. Tatkala kemiskinan menyapa padahal sebelumnya ia adalah wanita kaya raya, tatkala kelaparan bahkan memaksanya untuk makan rumput berbulan-bulan lamanya hingga ia merasa giginya menjadi tajam karenanya.
Andai saja kau dengar perbincangan pasangan suami istri itu pada suatu malam, pada masa-masa tersulit keduanya. Masa ketika Nabi dan seluruh keluarganya diasingkan kaum Quraiys. Hingga tak ada makanan yang dapat mereka peroleh kecuali dengan sembunyi-sembunyi. Tidur pun hanya beralas tikar pelepah kurma, yang tak cukup menghangatkan tubuh di musim dingin. “Aku merasa malu kepadamu, wahai Khadijah,” sang Suami membuka percakapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutunggu Hijrah Subuhmu (TERBIT)✅
Spiritual"cerita masih lengkap* Spiritual Romance... Penuh inspirasi... Mode hijrah on... . Kewajiban laki-laki untuk sholat di masjid itu sama dengan kewajiban perempuan untuk menutup aurat. . * Saya ingin menjadi seperti Aisyah, meski tak ada lagi lelaki s...