"Na, Hana kamu ngapain astaga kenapa bisa pingsan gini sih. makanya kalau dibilang suruh istirahat tuh istirahat ngeyel sih dibilang." Aisyah terus saja mengomel padahal jelas-jelas Hana tidak bisa mendengar apa yang ia katakan.
"Syah udah dong pikirin cara kek biar Hana cepat bangun. Bukannya kamu malah ngomel kayak gini. "Hans pun geram melihat tingkah Aisyah yang terus mengomel tanpa melakukan apapun untuk membangunkan Hana.
setelah beberapa saat dibangunkan dengan minyak kayu putih, dengan air mineral, akhirnya Hana pun bangun dengan masih memegangi perutnya yang melilit sangat sakit.
"Syah, Anter aku balik. Ini pasti tamu ni, gak lain. Perut aku sakit banget sumpah."
"Makanya Na, kalo dibilang itu jangan ngeyel. Gini kan jadinya." Memang Aisyah ini tipe emak-emak rempong ya. Kalau sudah ngomel, sudah sekali disuruh berhenti.
"Udah Syah, anterin aku pulang. Perut aku sakit banget ini, beneran deh. Jangan ngomel Mulu bisa gak sih."
"Iya Na, gimana aku nggak ngomel coba kamu sih susah dibilangin. Tapi Na, btw aku nggak bisa dong anterin kamu pulang. Ntar yang nyelesaiin penelitian siapa? pastinya punya kamu itu aku juga kan yang urus." Saat berbicara seperti itu, Aisyah melirik ke arah Hans.
"Karena cuman Hans yang ada di sini. Kamu gpp kalo di anter balik sama dia aja?" Aisyah bertanya begitu dengan hati-hati. Dan Hana hanya menjawab itu dengan anggukan singkat. Pasalnya ia tak ingin tawar menawar lagi. Karena perutnya memang sudah sangat sakit.
Akhirnya, dengan dipapah Hans dan Aisyah, Hana sampai ke parkiran mobilnya yang kebetulan itu terletak cukup jauh. "udah ya Na, kamu hati-hati. Terus Lo juga, awas ya temen gue Lo apa-apain." Begitulah ucap Aisyah pada Hans yang baru ingin berlari ke kursi pengemudi.
"Iya, iya bawel banget sih. Udah sana minggir, gak kasian noh sama temen Lo kalo kelamaan. Oiya satu lagi, nitip tugas gue ya. Awas aja kalo gak di selesain. Gue aduin ke Bu Silva." Setelah mengucapkan itu, Hans melenggang pergi. Karena ia sudah tau apa yang akan Aisyah ucapkan.
"Hans... Nyebelin banget sih." Aisyah masih saja ngedumel padahal mobil yang dikendarai Hans itu sudah tak terlihat lagi.
Di dalam mobil, Hana hanya memejamkan matanya sambil terus memegangi perutnya sangat sakit. Sedangkan Hans iya terus saja memandangi Hana yang kesakitan itu. Apakah begini rasanya kedatangan tamu* pikirnya.
Sesampainya di rumah Hana, Hans langsung memapah Hana masuk ke dalam rumah. Dan Hana pun tak memberi penolakan. Lagi dan lagi, itu karena perutnya yang membuatnya harus mengikuti saja. Tak di sangka, ternyata di dalam sana ada Hafidz bersama kedua orangtua Hana. Saat Hans mengucap salam, pandang mereka pun tak lepas dari arah pintu. Terlebih dengan apa yang mereka lihat, Hans sedang memapah Hana untuk berjalan.
"Astaghfirullah, Hana Kenapa?" Begitulah ucap Umi saat melihat keadaan putri bungsunya itu. Dan Hans yang mendengar itu pun tak mengerti harus menjawab apa. Tapi dengan segera ia bilang.
"Ini mi, tolongin Hana dulu. Nanti Hans ceritakan." Dengan sigap Umi pun membawa Hana ke dalam. Karena sepertinya ia sudah tak mampu untuk menaiki tangga menuju kamarnya. Akhirnya ia hanya dibawa ke kamar tamu dan di baringkan disana.
Di ruang tamu, Hafidz terus memandangi Hans seakan minta penjelasan. Hans yang ditatap seakan mengerti pun langsung membuka suara.
"Hans gak tau Hana Kenapa. Tadi ada tugas lapangan dari dosen, dan kebetulan Hans satu lokasi sama Hana. Terus tiba-tiba dia pingsan waktu lagi cari data." Ternyata penjelasan singkat itu masih belum membuat kedua lelaki di hadapannya ini mengerti. Tampangnya masih seperti orang kebingungan.
"Cuman kalian berdua yang satu lokasi?" Akhirnya Hafidz pun membuka suara setelah dari tadi ia diam.
"Ya gak lah, tadi rame. Ada Aisyah juga teman Hana. Cuman Aisyah gak bisa nganterin karena tugas itu kan harus di kumpulin hari ini juga, dan tugas Hana juga sekarang ada dia Aisyah. Jadi tadi Aisyah nyuruh gue yang anterin Hana pulang. Hana nya pun juga gak keberatan.
Mendengar penjelasan itu, ada rasa sesak di hati Hafidz. Apa ia cemburu? Entahlah. Tapi dari awal sebenarnya ia memang sudah tau, kalau Hana dan Hans itu memang dekat. Terlebih sekarang Hans dan keluarga Hana pun sudah dipercaya semenjak keluarga ini membantunya untuk masuk Islam.
Tak lama Umi datang dari dalam "Gimana mi? Hana kenapa?" Begitulah ucap Abi yang dari tadi memilih hanya menyimak pembicaraan itu.
"Biasa lah Bi, masalah perempuan. Kedatangan tamu dia, Hana kan biasa seperti itu memang jika tamu bulanannya datang.
Mendengar penjelasan itu, Abi pun dapat menghela nafas santai. Pasalnya dari tadi ia khawatir meskipun tak ditunjukkan.
..
Hola
Next???...
@ nurhidayah202
Follow Ig.👆
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutunggu Hijrah Subuhmu (TERBIT)✅
Spiritual"cerita masih lengkap* Spiritual Romance... Penuh inspirasi... Mode hijrah on... . Kewajiban laki-laki untuk sholat di masjid itu sama dengan kewajiban perempuan untuk menutup aurat. . * Saya ingin menjadi seperti Aisyah, meski tak ada lagi lelaki s...