tutor yang malang

279 47 1
                                    

Aisyah mondar-mandir seperti orang yang sedang kebakaran jenggot. Entah sudah berapa kali ia mengitari gedung fakultasnya itu, tapi tak menemukan sosok yang dicarinya. Mulutnya komat-kamit tanda ia ngedumel alias sudah memaki siapa saja orang yang pagi-pagi sudah membuatnya repot seperti ini.

Yah, naasnya adalah sosok yang dicarinya adalah Hana. Alhasil, Hana lah yang dari tadi dimaki dalam diamnya Aisyah. Sudah berapa banyak orang yang ditanya Aisyah, tapi tak satupun yang tau dimana keberadaan Aisyah. Huft,, kemana sih ni anak. Pagi-pagi udah bikin orang repot aja. Kalo ini bukan perintahnya Bu Silva, ogah banget nyariin tu anak. lagian dimana sih dia, tumben gak ada di sembarang tempat.

"Eh Syah, kamu kenapa sih. Gelisah gitu?" Begitulah ucap salah satu temannya Aisyah.

"Gimana gak gelisah coba, dari tadi aku nyariin keberadaan Hana tapi gak ketemu juga. Sedangkan Bu Silva nyuruh aku buat nyari dia. Karena Bu Silva mau ketemu sama dia. Bete banget aku. Pagi-pagi gini Hana udah bikin orang susah aja." Aisyah berbicara sambil menghentakkan kakinya. Persis seperti anak kecil yang tak dikasih permen sama ibunya.

"Emang yakin dia udah datang? Lagian udah coba telfon dia belum?" Temannya itupun memberi saran karena kasian melihat Aisyah yang tampangnya sudah tak enak di lihat itu.

"Bener juga ya kamu bilang, kenapa gak dari tadi aja sih. Kalo gini kan aku gak capek nyariin dia. Dasar aku juga sih yang dodol, bisa-bisanya gak kepikiran." Aisyah terus mengutuk dirinya sendiri sambil berusaha menghubungi Hana. Bagaimana mungkin ia lupa kalau di dunia ini sudah diciptakan handphone untuk mempermudah orang berkomunikasi.

"Huh, percuma juga di telfon. Tapi gak diangkat juga. Awas aja pokoknya kalo ketemu nanti. Abis dia aku omelin."Dan tak lama setelah itu, handphone Aisyah bunyi yang bisa di pastikan itu adalah dari Hana. Tanpa basa-basi dan tanpa mengucap salam, Aisyah langsung mengomeli sang penelepon tanpa ampun. padahal ia belum Melihat dulu siapa yang menelepon itu. Tapi untunglah ia tak salah sasaran, itu memang benar Hana, namun mungkin ia mengomel di waktu yang salah.

"Syah, ngomelnya nanti aja. Kamu ditunggu di ruangan Bu Silva sekarang." Lalu telfon pun terputus.

Wah apa ini batin Aisyah. Kenapa jadi dia yang dicari? Bukannya tadi Hana? Lama ia berfikir hingga akhirnya ia memutuskan untuk keruangan Bu Silva saja. Barangkali disana pertanyaannya terjawab.

Sesampainya Aisyah di ruangan Bu Silva, ia kaget, karena disana sudah ada Hana, dan trio pembuat onar. Alamat gak beres nih.* Begitulah batinnya.

"Aisyah, darimana aja sih kamu? Ditunggu dari tadi. Ibu kan suruh kamu panggil Hana, Kenapa kamunya yang jadi ngilang." Bus Silva mengomel Ketika aku datang. Padahal jelas-jelas yang salah disini bukan aku. Dan trio pembuat onar itu enak aja ngetawain aku gitu. Lagian kayaknya tadi aku ada ketemu mereka tapi mereka gak ngomong apa-apa. Uhh, dasar semuanya menyebalkan.* mungkin ini adalah hari sialnya Aisyah. Pasalnya keadaan pun enggan berpihak padanya.

"Maaf Bu." Akhirnya hanya itu yang bisa ia katakan setelah banyak mengomel. Tapi semua Omelan itu hanya bisa ia ucapkan dalam hati.

"Yasudah, ibu cuman mau bilang sama kalian berdua. Hana dan Aisyah, ibu minta kalian berdua jadi tutor untuk ketiga anak nakal ini. Yaitu Hans, kano dan Danu. Karena nilai mereka masih belum menunjukkan progres di mata kuliah saya. Jadi kalian harus bimbing mereka bertiga, agar nilai mereka di semester ini bagus. Kalau tidak, kalian juga akan dapat dampaknya. Kalian mengerti?"

"Hah, kok kita Bu. Maksudnya, itu mah emang mereka nya aja yang bloon. Jadi ya gabisa gitu dong Bu. Masa kita yang kena imbasnya." Aisyah yang tak terima langsung protes saat itu juga.

"Di kelas, nilai yang paling Bagus itu kalian berdua. Jadi ibu mengandalkan kalian. Lagian, biasanya belajar sama temen sendiri itu kan lebih nyaman. Bisa sambil nongkrong atau terserah kalian lah. Gak monoton seperti yang biasa ibu lakukan. Karena mereka bertiga ini anaknya aktif, jadi sepertinya akan sulit jika hanya mengandalkan kelas ibu saja."

Aisyah tertunduk lesu, sedang Hana hanya menerima dengan pasrah. Yah, mana bisa menolak keinginan dosen yang satu ini. Dia memang terkenal baik, tapi setiap perintah nya, jangan harap bisa di tawar. Dan ibu ini juga sebenarnya tipikal dosen yang pengertian.

"Kalian berdua tenang saja, kalian akan dapat honor dari saya setiap minggunya, dan dapat bonus kalau nilai mereka bagus. Tapi, mereka juga berhak mengadu, jika kalian tidak membimbing dengan benar.

Mendengar itu semua, Danu dan kano tersenyum penuh kemenangan. Mereka memandang Aisyah penuh penekanan. Sedangkan Hans, ia ikut saja lah. Sebenernya nilainya tak buruk-buruk amat. Sedikit lebih baik lah dari sebelumnya. Ini semua pun semenjak ia hijrah. tapi Juga Belum bisa dikatakan baik. Pasalnya nilai mereka bertiga sebelumnya itu, lebih buruk dari hanya sekedar kata buruk.

..

Hola
Next???
@ nurhidayah202
Follow Ig.👆

Kutunggu Hijrah Subuhmu (TERBIT)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang