part.20

409 51 1
                                    

Sudah lama Hana berencana ingin pergi ke rumah Aisyah, namun baru kali ini lah akhirnya ia benar-benar sampai di sana. Toh kebetulan juga ada tugas yang harus mereka kerjakan bersama. Jadi sekalian aja lah. Dan selama di rumah Aisyah, mereka saling sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Padahal mereka berada di satu tempat, tapi interaksi mereka itu sangat-sangat sedikit sekali.

Awalnya Hana memaklumi karena mungkin mereka sibuk dengan tugasnya masing-masing. Tapi akhirnya wanita itu pun tak tahan dengan sikap sahabatnya. Ia ingin cerita sesuatu tapi Aisyah malah asik sendiri dengan handphonenya. Segitu asiknya kah benda kecil itu sampai bisa membeli segala waktu yang dimiliki seseorang?

"Syah, bisa gak si Ketika ada orang lain dan lebih penting lagi kalo orang itu sedang bicara, apa bisa gak usah fokus sama handphone mulu? Selain gak sopan, terus apa gunanya aku ada disini kalo kamunya fokus sama hal lain? Kalo kaya gitu, kenapa kita gak chatingan aja sekalian. Gak perlu lah ketemu-ketemu lagi."

"Ih Na, kok ngomongnya kaya gitu sih?"

"Ya abisnya, kamu itu selalu kaya gini. Bukan cuman kamu sih ya, tapi semua orang deh menurut aku. Ngomongnya aja ngumpul, tapi pada sibuk dengan handphonenya masing-masing. Emang gak bisa ya kita hargai waktu kebersamaan itu tanpa hp? Kita cerita apa aja, kita ngelakuin apa aja, intinya apapun itu yang nyata. Gak kaya gini, segalanya terasa berubah jadi lebih buruk."

"Ya maaf Na, maaf. Udah kebiasaan gini tuh jadi ya susah."

"Kebiasaan buruk itu jangan di pelihara Syah. Niatannya aku kesini itu pengen cerita sama kamu, pengen ngabisin waktu sama kamu. Tapi kayanya kamu sibuk, yaudah deh aku balik aja ya."

"Yah Na, kamu marah sama aku?"

"Gak kok, aku cuman gak suka aja sama keadaan. Aku gak sadar sekarang itu udah berubah. Tapi aku masih aja pengen kaya dulu, disaat kita belum mengenal semua ini." Hana menunjukkan handphone di tangannya.

"Banyak sih dampak positifnya, tapi negatif nya juga banyak. Kita jadi terasa hidup masing-masing. Asik dengan sesuatu yang gak nyata."

..

"Mi, mas hafidz ngajakin aku Jalan. Boleh gak?"

"Kemana?"

"Ada sih  ke kampung apa gitu namanya, Hana lupa tapi. Hee, kebetulan wekend sih kata dia mi. Dia ada penelitian di sana katanya. Gak nginep sih, cuman ya seharian gitu katanya."

"Abimu gimana?"

"Belom bilang sama Abi. Ini baru aja bilang Umi, lagian orangnya juga barusan kok ngajaknya."

"O gitu, Umi sih boleh-boleh aja. Asal hati-hati, jangan sampe aneh-aneh di kampung orang. Oiya, emangnya kamu mau? Biasanya wekend kamu lebih seneng rebahan di rumah?"

"Bener sih mi, tapi gak ada salahnya juga sih aku ikut. Siapa tau aku bisa dapet inspirasi buat tulisan aku di sana. Soalnya lagi mandeg banget ini Umi. Aku gatau harus nyerahin bahan tulisan apa untuk semester ini." Seketika Hana lesu mengingat tugasnya itu yang Masih Sangat menumpuk. Tanpa sedikitpun tersentuh, karena ia juga bingung harus mulai darimana. Karena ide benar-benar belum ada di kepalanya kini.

"Udah sabar aja, namanya juga kuliah. Gak boleh banyak ngeluh gitu, Apapun yang kita lakukan itu pasti ada tantangannya. Gak ada pekerjaan yang kita lakuin itu yang gak capek. Bahkan, kalo kita kebanyakan rebahan, itu juga capek kan?"

"Iya ya Umi? Bener sih, kebanyakan rebahan juga capek rasanya."

"Makanya itu, semuanya kan sama-sama capek, jadi tinggal gimana kita cari yang walaupun capek itu ada manfaatnya. Jadi kan capeknya kita jadi gak sia-sia."

"Uh makasih ya Umi. Umi emang terbaik sih, bener semua mah apa yang dibilang Umi ini." Sekarang Hana malah senyum-senyum sendiri mengingat apa yang sudah di perbuatnya selama ini.

"Maaf bu, di depan ada tamu?"

"Siapa bi?"

"Laki-laki, ganteng Bu."

"Cari Hanan? Atau bapak?"

"Cari non Hana."

"Hah, siapa bik? Kok cari aku. Tumben banget aku di samperin cowok ganteng."

"Itu non, yang dulu pernah kesini. Tapi bibi lupa siapa namanya."

"Ih dek, siapa itu? Pacar kamu? Awas ya kalo Abi sampe tau. Lagian kok gak Pernah di ceritain ke Umi sih?"

"Yaelah mi, aku juga aja gak gau itu siapa. Yaudah deh, aku temuin dulu ya?"

Dan setelah mendengar jawaban dari uminya, ia bergegas keluar melihat siapa yang katanya cowok ganteng yang mencarinya itu.

"Hans? Ngapain kamu kesini? Kirain siapa yang datang. Kata bibi cowok ganteng yang dulu pernah kesini. Huh, sampe kaget aku kira siapa."

"Emang siapa Na cowok ganteng yang pernah kesini selain aku?" Hans berucap seperti sambil tertawa singkat. Manis...

"Eh iya, jadi ngapain kamu kesini? Kok tumben, gak ngabarin dulu lagi?"

"Na, siapa tamunya? Gak di kenalin sama Umi?"

Ketika Umi datang, Hans spontan langsung berdiri dan menyalami Umi. "Saya Hans kak, temenya Hana di kampus."

"Kak?" Sontak Hana dan uminya kaget mendengar perkataan itu.

"Eh, salah ya. Atau, apa..."

"Hans, ini ibu aku, kok kamu bilang kak gitu sih?"

"Hah beneran? Cantik banget na. Aku kira Kakak kamu yang waktu itu nikah."

Astaga bisa-bisanya Hans mengira seperti itu. Tapi emang bener sih, banyak yang bilang kalo Umi dan kak Dhila itu seperti sodara kembar. Gatau deh, ini umi yang awet muda atau kak Dhila yang mukanya ketuaan. Heran jadinya.

"Maaf ya Tante, maaf. Aku gak tau."

"Gpp kok, Tante malah seneng dibilang kaya gitu. Iya gak na?"

"Umi mah apa jadi kesenengan kaya gitu. Eh iya Umi, ini Hans namanya temen sekelas Hana di kampus. Dulu emang udah kesini, udah ketemu Abi juga kok sama mas Hanan."

"Eh iya? Wah, umi dong ya berarti yang ketinggalan. Ngomong-ngomong ada apa ni kesini?"

"Eh iya lo, tadi kamu belum Jawab. Kami ngapain kesini?"

"Tentang itu na, tentang buku yang waktu itu?"

"Buku? Maksudnya?"

"Aku udah baca semuanya. Dan aku udah meresapi, kini mungkin aku walaupun belum sepenuhnya aku menemukan apa yang aku cari. Aku udah mantap lah, dimana aku bisa bersyahadat?"

Hana melihat ke arah Uminya sejenak, "maksudnya kamu mau...

"Iya Na, aku mau masuk Islam sekarang. Bisa kan bantu aku?"

Hana tak tau harus menjawab apa pertanyaan itu selain dalam hatinya itu sangat bahagia. Bahkan Uminya yang gak tau apa-apa itu pun ikut bahagia mendengar penuturan Hans.

Suasana inilah yang sebenernya dinantikan oleh Hana. Tapi ia tak menyangka secepat itu. Padahal belum sampai seminggu rasanya mereka pergi membeli buku bersama waktu itu. Dan efeknya secepat ini? Sungguh Allah telah menunjukkan kebesarannya

..

Hola
Next or skip
@ nurhidayah202
Follow.👆

Kutunggu Hijrah Subuhmu (TERBIT)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang