Dari ujung koridor sana tampak seorang gadis mungil berlari dengan cepat menuju kelas. Tujuannya kali ini hanya satu, yaitu menemui sang sahabat. Kabar yang baru saja ia dapatkan ini sungguh sangat membuatnya kaget. Bagaimana mungkin kabar sepenting ini, ia sebagai sahabatnya bisa tak mengetahuinya sama sekali.
Baru sampai di pintu kelas, ia menarik nafas terlebih dahulu akibat berlari sepanjang koridor taka da hentinya. Namun pemandangan yang aneh di sana, ia jelas tengah melihat Danu dan Kano tengah menyidang Hans dan Hana. Tak ingin membuang waktu lagi, Aisyah pun bergegas pergi menghampiri mereka semua di sana.
"Nah kebetulan ni, Aisyah juga ada di sini. Syah, lo tau kabar tentang mereka berdua?" Kano bertanya pertanyaan yang sungguh tidak bermutu sama sekali seperti itu.
"Gak mungkin gue dateng dengan kondisi kaya gini kalo gue udah tau semuanya. Justru sekarang gue mau klarifikasi sama ni anak. Gimana ceritanya kabar kaya gini gue sebagai sahabatnya bisa gak tau." Aisyah menunjuk Hana yang tak tau harus menjawab apa setiap pertanyaan dari Aisyah, Danu dan Kano yang tiba-tiba menjadi akur itu.
"Nah kan Aisyah aja gak tau. Parah emang ya mereka berdua ini, gak nganggep kita sama sekali." Lagi-lagi Kano yang berkata seperti itu.
Dengan sikap sok dewasanya itu, kini giliran Danu yang angkat bicara, "Udah lah, dari tadi itu kita nyerang mereka mulu. Coba sekarang kita diem deh, biarin mereka ngomong, gimana sebenarnya cerita yang sebenarnya."
"Nah bener deh, kali ini aku setuju sama Danu." Hana akhirnya bicara juga setelah dari tadi tak pernah diberi kesempatan sedikitpun.
"Yaudah cepetan jelasin. Awas aja kalo sampe alasannya itu gak masuk akal." Aisyah yang sudah tak sabaran, lebih lagi karakternya itu memang sudah seperti itu.
Kali ini giliran Hans yang bicara, "Sebenarnya ceritannya itu panjang. Tapi gue bakalan jelasin semuanya. Sekarang kalian diem dulu, tenang dan dengerin gue ngomong." Lalu Hans mulai menjelaskan bagaimana awal mulannya Hanan datang padanya, juga bagaimana awalnya rekaman suara perdebatan antara ayah dan anak itu di berikan padanya. Bagaimana juga ia tau bahwa ternyata rencana pernikahan Hana itu telah batal. Maka saat itu juga, berbekal niat dan tekat yang kuat, juga berbekal dorongan dari Hanan, sore itu ia datang ke panti dengan segala persiapan yang sebenarnya persiapan itu telah dipersiapkan oleh Hanan. Ia hanya melakoni saja apa yang telah di persiapkan. Namun tetap saja, segala hal yang ia lakukan itu tetap lah dari hatinnya. Bukan paksaan dari siappaun. Mereka semua hanya sebagai pendukung belakang, karena semua juga sudah tau terutama kedua personil trio DKI itu, jika telah lama Hans memendam rasa pada Hana. Namun karena berbagai hal dan alasan, akhirnya baru ekmarin lah benar-benar segala kejujuran dari hati itu tersampaikan.
Ketiga orang itu mendengarkan dengan seksama, bahkan Hana pun ikut kaget dengan kejujuran yang Hans katakana. Pasalnya, ada beberapa hal memang yang baru itu ketahui juga saat ini.
"Jad..." omongan Kano itu terpotong oleh omongan Aisyah yang juga tak sabaran untuk berkomentar.
"Oiya gue baru inget sesuatu kan sekarang. Na, gimana ceritanya kamu bisa batal nikah sama Hafidz? Duh makin pusing sumpah deh. Rumit amat sih ceritanya, bukannya itu semua tinggal hitung hari aja? Toh persiapan semua juga kan udah siap." Aisyah tak peduli dengan apa yang ditanyakannya itu. Entah itu menyinggung seseorang kah, atau bakalan menimbulkan perkara di belakangnya nanti. Intinya ia hanya ingin kejelasan untuk saat ini.
"Syah kayaknya itu gak perlu aku jawab di sini deh, jujur itu Hans juga gak sepenuhnya tau alasan batalnya itu apa. Tapi yang perlu kalian tau, itu gak ada sangkut pautnya sama Hans. Maksudnya, ya bukan karena dia sepenuhnya, atau dalam artian dia bukan alasan utama kenapa smeua itu batal." Hana bingung sekali menjelaskan perkara yang satu itu. Tampak sekali di wajahnya, jika ia terlihat sangat bingung.
Namun bukannya membuat ketiga orang itu diam dengan penjelasan yang baru saja Hana berikan, tapi justru membuat ketiganya semakin bingung.
"Jujur gue belum paham disini gimana duduk permasalahanya? Gimana ya, agak ngerti tapi agak bingung juga sih gimana maksudnya. Cuman kayaknya gue ngeh sih." Danu berkata dengan kalimat yang semakin memperumit segalanya. "Eh gimana sih, gue jadi bingung apa yang gue bilang. Abaikan aja lah, abaikan apa yang barusan gue omongin.
"Maaf ya buat kalian bertiga, mungkin kita belum bisa kasi kalian penjelasan yang bikin kalian paham. Karena alasan kita berdua aja tuh masih belum ketemu. Sampai saat ini kita belum ada ngombrol lagi, apa sebenernya yang baru aja terjadi. Mungkin ini waktunya gak pas sih, next kalo deh kita pasti akan jelasin kok sama kalian." Hana berkata dengan suara lirihnya itu. Merasa bersalah telah membuat sahabat-sahabatnya itu justru semakin bingung.
Di sebelahya kini, Hans justru kasihan melihat Hana yang bingung bagaimana menyikapi teman-temannya itu. "Udah kayaknya kita perlu bicara dengan cara yang lain deh. Dari hati ke hati biar lebih bisa di pahami. Hana mungkin udah bisa cerita sama Aisyah aja, kalo kayak gini mungkin rasannya gak nyaman biar aku nanti yang coba jelasin sama Danu juga Kano." Akhirya Hans melerai kedunnya. Memisahkan agar tak membuat semakin pusing.
Mau tak mau ketiga anak itu, siapa lagi jika bukan Danu, Kano, dan Aisyah. Mereka akhirnya nurut saja dengan apa yang dikatakan Hans. Toh, daripada kepala mereka juga makin pusing kan dengan segala penjelasan yang tak mereka pahami itu.
...
Setelah Hana menjelaskan semuannya, barulah Aisyah paham dengan cerita itu. "Oh, cuman gini aja ceritanya? Kenapa tadi ribet banget gini sih jelasinnya? Kalo gini mah aku paham kok. Lagian ya Na, aku sih sebagai sahabat dukung aja apapun pilihan kamu. Jangan sampe kamu salah pilih aja, aku harap ini emang udah matang pilihan kamu sendiri."
"Ini emang pilihan aku yang paling tepat kok insyaallah. Makasih kamu udah ngingetin aku, makasih juga kamu udah khawatir sama aku." Hana lantas memeluk sahabatnya itu.
"Na, boleh aku Tanya sesuatu? Sejak kapan sih kamu suka sama dia? Okay selama ini dalam bebrapa hal kamu emang terlihat aneh. Tapi apa yang membuat kamu akhirnya memilih dia daripada Hafidz yang emang udah kamu kenal dari dulu?" Aisah tak bisa menampik jika ia memang sebenarnya penasaran dengan sahabatnya itu.
"Sebenarnya kamu udah tau kan, kapan aku mulai terlihat aneh. Aku sebenarnya juga gak tau kapan rasa ini tumbuh, tapi aku bisa ngerasain kalau Hans itu tulus. Jadi aku juga gak bisa bohong sama perasaan aku sendiri kalo selama ini aku udah buka hati untuk dia. Prihal Hafidz? Dia dari dulu tak pernah aku anggap lebih dari seorang abang. Cuman kesalahan aku emang sempat nerima waktu itu, karena waktunya rasanya juga terlalu cepat. Aku kaya gak punya waktu untuk menolak. Kamu tau semuannya itu berlalu gitu aja."
"Iya Na, iya. Udah jangan kamu terusin lagi lah. Aku ngerti kok, dan aku juga percaya sama kamu." Aisyah akhirnya tersenyum pada sahabatnya itu. Lagi-lagi pembahasan itu mereka akhiri dengan berpelukan. Memang sih, dasarnya wanita memanglah seperti itu. Apalagi perasaan mereka yang lebih peka dalam segala hal.
...
Gak susah buat vote and coment sebentar ya.
Jangan lupa follow Ig author.
@ nurhidayah2021 November 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutunggu Hijrah Subuhmu (TERBIT)✅
Spiritual"cerita masih lengkap* Spiritual Romance... Penuh inspirasi... Mode hijrah on... . Kewajiban laki-laki untuk sholat di masjid itu sama dengan kewajiban perempuan untuk menutup aurat. . * Saya ingin menjadi seperti Aisyah, meski tak ada lagi lelaki s...