Beberapa saat Hana meninggalkan kelas, Hans pun menyusul. Tak memperdulikan panggilan kedua teman-temannya yang bersahutan itu. Tujuannya kali ini hanya satu, ingin menemui Hana. Daripada rasa penasarannya dibiarkan, lebih baik ia bertanya pada orangnya langsung. Agar ia pun tau, langkah selanjutnya yang harus diambil. Tapi sayang langkahnya terlambat, Hana sudah dulu melenggang pergi. Ini akibat ia kebanyakan melamun juga. Kebanyakan mikir, jadi ketinggalan gini kan. Kalau sudah begini bagaimana? Apa harus kerumahnya? Bisa juga sih. Sudah lama juga tak silaturahmi ke sana. Lagian mereka yang membantu Hans dalan proses masuk Islam. Jadi mungkin tak ada salahnya untuk pergi ke sana.
..
Sesampainya di rumah Hana, kurasa tak ada yang berbeda. Tempat ini masih sama seperti awal aku datang kesini. Jika saja aku datang kesini untuk melamar Hana, apa ya reaksi mereka semua di sini? Dasar Hans halu ketinggian sekali. Di depan aku sudah disambut bibi dan langsung saja dipersilakan masuk. Aku bisa dibilang sudah dekat dengan keluarga ini, kata bibi tadi Abi dan Umi nya Hana sedang berada di taman belakang. Jadi aku langsung dipersilahkan masuk saja. Karena alasanku pada bibi pun ingin menemui mereka."Assalamualaikum Abi, Umi."
"Waalaikum salam." Ucap kedua orang itu. Ketika menoleh mereka tak menyadari, siapa yang dilihatnya saat ini.
"Yaampun, Hans. Apa kabar? Udah lama gak main kesini?" Begitu melihatku, Umi langsung memberondongiku dengan berbagai pertanyaan.
"Baik Umi. Maaf Hans baru sempat kesini, Hans agak sibuk sekarang. Banyak tugas kuliah, hari ini aja Hans sempetin buat kesini. Soalnya tadi gak ada dosen juga. Jadi yaudah, Hans mampir aja kesini."
"Oh gitu, gpp lah. Umi maklum kalo itu juga. Hana juga akhir-akhir ini keliatan sibuk banget. Oiya, kamu gak bareng Hana? Katanya kalian sekelas kan?"
Mendengar pertanyaan itu, Hans sedikit mengelak, bukan mengelak sih sebenernya. Ia jawab jujur, tapi yah gitu kah. "Gak umi, Hans kira dia juga udah pulang. Tadi di kelas kayaknya udah gak ada."
"Oiya Umi sampe lupa Lo ngasih tau kamu. Eh tapi mungkin Hana udah bilang ya?"
"Gak ada tuh Umi. Emang apaan?"
"Ini loh, Hana bulan depan akan menikah."
Mendengar ucapan itu, ia terdiam sejenak mencerna apa yang dikatakan Umi Hana itu. "Nikah Umi? Sama siapa?"
"Iya nikah. Minggu lalu Hafidz datang melamar. Jadi, kisaran bulan depan mereka langsung nikah. Kamu udah kenal kan sama Hafidz?"
Hans kembali terdiam. Gak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar saat ini. Hana benar-benar akan menikah.
"Hans.."
"Eh iya Bi?"
"Kamu kenapa diam gitu? Kalo ada masalah cerita aja."
"Mmm, gak ada kok Bi."
"Oiya, gimana? Udah sampe mana kamu belajar nya? Gak ada kendala kan?"
"Alhamdulillah Bi, lancar kok." Dan disela aku bercerita dengan Abi juga Umi, Hana tiba-tiba datang dari arah belakang. Membuat ku semakin merasa gugup.
"Eh, itu Hana datang. Na, sini. Ini ada Hans, katanya gak ada dosen. Kok kamu baru pulang. Abis darimana aja?"
Diujung sana Hana berjalan mendekat. dengan ekspresi yang tak bisa di tembak. Ia membawa senyum termanisnya. Apa mungkin ia sangat bahagia saat ini? Ah itupun sudah pasti bahagia. Siapa yang tak bahagia menuju hari pernikahannya sendiri.
Hana datang langsung menyalami Abi juga Umi nya sembari berkata "iya Mi, tadi memang gak ada dosen. Tapi Hana mampir dulu ke toko buku. Nih, hasil belanjaan Hana." Lalu ia menunjukkan kantong yang cukup besar di tangannya itu. Entah buku apa saja yang berhasil ia dapatkan hari ini. Ia memang tak pernah berubah, selalu cinta dengan yang namanya buku-buku itu.
"Yaudah duduk dulu sini, temani Hans dan Abimu. Umi mau bikin minum dulu." Dan yang disuruh pun tak menolak, ia langsung duduk di sebelah Abinya yang tepat berada di hadapan Hans.
Suasana makin canggung saja ketika Abi pergi menerima telfon dan gak kunjung kembali. Mereka berdua hanya diam seperti orang yang tak saling kenal satu dan lainnya.
"Mmm, kamu mau nikah Na?" Dan akhirnya.... Hans yang memulai pembicaraan awkard itu.
Hana menghembuskan nafas kasar sebelum menjawab "iya" jawabnya singkat.
"Selamat ya."
Dengan ucapan itu, seakan semuanya tercekat dalam tenggorokan. Hana tak sanggup memberi balasan. Semudah itukah Hans memberinya ucapan selamat? Astaga, apa yang ada di di fikirkanku ini.
..
Skip or next
@ nurhidayah202
Follow Ig. 👆
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutunggu Hijrah Subuhmu (TERBIT)✅
Spiritual"cerita masih lengkap* Spiritual Romance... Penuh inspirasi... Mode hijrah on... . Kewajiban laki-laki untuk sholat di masjid itu sama dengan kewajiban perempuan untuk menutup aurat. . * Saya ingin menjadi seperti Aisyah, meski tak ada lagi lelaki s...