part.10

623 69 1
                                    

"kamu duluan aja" begitulah ucap Hans mengalah. Walaupun sebenarnya ia sudah sangat tak sabar untuk menanyakan sesuatu hal yang sudah mengganggu pikirannya selama ini.

Sebelum Hana bertanya, ia lebih dulu berkata "aku mau kamu jujur yang dengan apa yang akan aku tanyakan nanti"

"Maksud kamu? Aku pasti akan Jawab kalo pertanyaan itu bisa untuk aku Jawab" Hans berkata jujur. Memang kapan ia pernah berbohong pada wanita di depannya ini

"Hans kamu bukan orang Islam kan? Jangan tanya aku tau darimana. Yang mau aku tau, kenapa selama ini sikap kamu sekolah-olah kamu itu orang Islam? Tutur kata dan gaya bicara kamu sama aku. Seolah-olah kamu meyakinkan aku untuk bisa jadi lebih baik itu kamu seiman sama aku? Kenapa sih? Apa yang ada di pikiran kamu?" Hana meluapkan segala yang mengganjal di hatinya. Biar bagaimanapun dia merasa tertipu, walaupun sebenarnya Hans juga tidak memiliki kewajiban untuk memberitahu nya dan dia juga tidak bertanya. Tapi jujur entah darimana rasa itu datang, tapi ia sangat merasa kecewa akan hal itu. Entah merasa kecewa karena dibohongi atau kecewa dengan dirinya sendiri karena terlalu polosnya seperti ini.

Omongan Hans tercekat dalam tenggorokan. Sesungguhnya ia bingung harus berkata apa? Selama ini ia memang tidak pernah bilang apa keyakinannya. Tapi apakah perbuatannya selama ini membuat Hana sakit hati? Sungguh ia tak bermaksud sama sekali. Justru ia pikir Hana sudah mengetahuinya. Karena selama ini ia juga tidak berani bohong dan sama sekali tidak pernah menutup-nutupi identitasnya. Tapi jika sudah begini, apa yang harus ia katakan?

"Hans..

Ucapan Hana kembali membawanya dalam kesadaran. "Jujur Hana, aku bingung harus menjawab bagaimana. Tapi apa pernah selama ini aku bilang sama kamu kalau aku ini muslim? Atau aku tak bermaksud berbohong sedikitpun padamu. Maaf jika kata-kataku selama ini menyakiti hatimu"

"Iya mungkin kau memang tak pernah bilang kau muslim atau bukan padaku. Tapi siapapun yang mendengar setiap kalimat yang kau ucapkan itu padaku, semua orang pasti akan berfikir sama dengan yang ku pikirkan saat ini. Kau, kau terlalu pintar berkata-kata" begitu akhir ucapan Hana, sungguh tak bisa di pungkiri bahwa hatinya sangat sedih mengetahui fakta ini. Bagaimana mungkin hatinya jatuh pada orang yang tak seiman seperti Hans? Maafkan aku ya Allah karena tidak bisa mengendalikan hatiku sendiri

"Aku memang bukan orang Islam. Dan kita memang tak seiman. Maaf jika selama ini aku terkesan seperti membohongi mu. Aku sungguh tak bermaksud" Hans berucap sungguh tulus dari lubuk hatinya. Ia merasa sangat bersalah jika benar membuat Hana merasa tertipu seperti itu.

Huft, Hana mengehela nafas panjang. "Maaf, tak seharusnya aku marah. Dan tak seharusnya juga kau memberitahu hal itu. Kita hanya teman, tak seharusnya bukan aku tau segalanya tentang mu. Mungkin aku saja yang terlalu cuek. Bahkan kita teman sekelas, mustahil sebenarnya kalau aku tidak tau" uh, Hana berkata sambil memperlihatkan senyum tipisnya. Ah, apa yang dia ucapkan tentu saja tak sesuai dengan kondisi hatinya. Sekarang, ia sudah berhasil membohongi dirinya sendiri.

Entah mengapa, mendengar kata teman yang diucapkan Hana rasanya sakit bagi Hans. Keduanya hanya diam dalam beberapa saat, mungkin sedang mengontrol kondisi hati masing-masing.

"Oiya, kamu tadi mau bertanya apa?" Kini Hana akhirnya lebih dulu membuka suara

"Oh itu, aku hanya penasaran siapa yang bersama mu waktu di pesta ulangtahun Kinan waktu itu?" Iya, memang itu yang selama ini mengganggu hati dan pikiran Hans. Mengenai Hanan? Ia sudah tau sebuah fakta bahwa Hanan itu sodara kembar Hana tadi pagi dari Danu

"Eh itu siapa sih yang duduk di samping ayahnya Hana?" Begitulah ucap Hans Aat baru saja mulai duduk dalam acara ijab kabul kakaknya Hana itu

"Oh itu, itu sodara kembarnya Hana. Dia anak ekonomi bisnis kok. Sekampus sama kita. Yah, walaupun letak fakultas kita emang gak dekat sih" begitulah ucapan Danu yang diikuti anggukan tanda mengerti oleh Hans dan kano

Iya, dia juga heran kenapa Danu bisa tau tapi ia tak ambil pusing akan hal itu. Mengenai mengenai satu orang lagi yang pernah ia lihat bersama Hana di pesta, ia juga sempat menanyakan nya. Dan berharap itu juga sodara Hana, karena duduknya pun tepat di sebelah Hanan. Kini ia mulai menebak-nebak kalau yang duduk di depan sana adalah keluarga besarnya. Tapi sayangnya Danu juga tak tau siapa orang itu.

Di sisi lain, kano malah yang menimpali, bahwa orang itu adalah hafidz mahasiswa fakultas kedokteran. Tapi sayangnya ia juga tak tau pasti apa hubungannya dengan Hana.

Hana seakan berusaha mengingat sesuatu. Lalu ia tersenyum singkat, oh itu hafidz, temen aku dari kecil. Aku hanya menemani dia datang ke pesta itu. Itupun Abi yang menyuruh" entah darimana ia punya keberanian menjelaskan itu. Seakan ia ingin mengatakan bahwa ia dan hafidz itu tak ada hubungan apa-apa.

Spontan, Hans tersenyum mendengar penjelasan dari wanita yang sudah lama dikagumi nya itu.

Sekarang posisi mereka berdiri tak jauh dari tangga dan saat itu tiba-tiba terdengar riuh suara orang. Ketika mereka menoleh, ternyata di atas sana. Agra sedang menggandeng wanita yang sekarang resmi menjadi istrinya itu turun ke bawah. Sungguh, pemandangan yang indah. Mereka adalah pasangan yang serasi.

Semoga kalian adalah pasangan dunia akhirat mbak. Begitulah ucap Hana. Ia bahagia melihat kakaknya itu bahagia. Terdengar riuh tepuk tangan dan berbagai suara siulan dari orang-orang yang menyaksikan itu.

Tepat di pertengahan tangga, kak Dhila dan mas Agra berbalik badan dan melempar bunga yang membuat semua orang merapat. Tak diduga, setelah bunga di lempar, secara spontan yang menangkap bunga itu adalah aku dan Hans. Sontak semua orang semakin riuh akan hal ini.

Wah pasangan serasi

Bentar lagi nyusul nih

Alamat rumah ini lagi nanti yang bakal ada acara nikahan

Dan masih banyak lagi ucapan orang-orang tentang Hana dan Hans. Yang di bicarakan pun hanya bisa diam. Mereka sama sekali bingung harus berbuat apa.

.

Aku baru saja habis membersihkan diri karena acara kak Dhila juga baru aja selesai. Seharian ini aku sama sekali tak ada menyentuh benda pipih milikku itu. Karena penasaran aku pun menyempatkan membukanya sebelum beristirahat. Banyak sekali notif tapi ku putuskan membuka dari Aisyah. Karena biasanya hanya dari chat Aisyah, segala information sudah bisa ia dapatkan.

Dan alangkah terkejutnya ia ketika melihat apa yang Aisyah kirim. Itu adalah foto dirinya dan Hans ketika memegang bunga dan saling pandang. Oh tidak, ini bukanlah berita baik. disitu Aisyah bilang trending topik na, semua temen-temen kampus lagi ngomongin kamu. Lagian kamu kemana aja sih tadi sepanjang acara susah banget buat di temuin. Kamu ngapain coba sama Hans?

Pasti besok akan ada hal yang tak ia sangka-sangak. Ia sudah memiliki firasat akan hal itu. Sungguh, itu tak seperti apa yang orang-orang pikirkan.

Ketika Hana sedang asyik dengan pikirannya terdengar suara pintu di ketok yang membuatnya terkejut

"Na udah tidur? Aku masuk yah" lalu terdengar suara pintu di buka. Kebiasaan memang, itu adalah Hanan. Kata-katanya memang izin terlebih dahulu sebelum memasuki kamar, tapi sebelum ia mendapat persetujuan ia pasti sudah masuk.

"Ngapain sih malam-malam kesini?" Begitulah ucap Hana pada sodara kembarnya itu. Ia capek ingin segera istirahat, tapi di sisi lain ia juga sedang tidak ingin di ganggu.

"Kebetulan kamu belum tidur dan kamu lagi megang hp. Kamu pasti tau kan apa yang udah terjadi?"

Antara mengerti dan tidak dengan yang dikatakan sodara kembarnya itu. Malam ini otaknya terasa sangat lemot sekali "maksudnya apa sih?" Begitulah tanya Hana akhirnya

"Siap-siap besok kamu pasti akan di interogasi Abi"

.

Hola hai
Nah loh apa ya yang bakalan terjadi
Jangan lupa vote and coment
Follow author nurhidayah202

Kutunggu Hijrah Subuhmu (TERBIT)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang