Sebuah Cerita

320 43 1
                                    

"Ini adalah juga sebuah kisah cinta yang menginspirasi, tak kalah menginspirasi dari cerita yang sebelumnya kak Hana ceritakan pada kalian." Hana baru akan memulai ceritanya itu ketika anak-anak disana antusias sekali melihat kedatangannya dan ingin mendengar lagi cerita darinya.

"Kak cepetan dong cerita lagi, gimana ceritanya?"

"Iya kan, ini cerita tentang siapa lagi."

Begitu kira-kira antusias mereka ingin mendengar cerita. Suara siapa lagi itu jika bukan suara Keke dan Adam yang memang paling bersemangat di antara yang lainnya.

"Ceritanya itu...

Tentang kisah cinta Ali dan Fatimah. Cinta Ali dan Fatimah yang luar biasa indahnya, terjaga kerahasiaannya dalam sikap, ekspresi, dan kata, hingga akhirya Allah menyatukan mereka dalam sebuah perbikahan.

Konon saking rahasianya, setan saja tidak tau menau soal cinta diantara mereka berdua. Subhanalah sekali. Ali terpesona dengan Fatimah sejak lama, disebabkan oleh kesantunan, ibadah, kecekatan kerja, dan paras putri kesayangan Rasulullah saw itu. Ia pernah tertohok dua kali saat Abu bakar dan Umar melamar Fatimah sementara dirinya belum siap untuk melakukannya. Namun kesabarannya berbuah manis, ramalan kedua sahabat yang tak diragukan lagi kesholehanya itu ternyata di tolak Rasulllah saw. Akhirnya Ali memberanikan diri dan ternyata lamaranya kepada Fatimah yang hanya bermodal baju besi itu di terima.

Di sisi lain, Fatimah ternyata telah memendam cintanya. Kepada Ali sejak lama. Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah keduanya menikah, Fatimah berkata pada Ali: Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu, aku pernah sekali merasakan jatuh cinta pada seseorang pemuda dan aku ingin menikah denganya. Alipun bertanya kenapa Fatimah tak menikah denganya saja, dan apakah Fatimah menyesal menikah denganya. Lalu sambil tersenyum Fatimah menjawab bahwa pemuda itu adalah dirimu. Jadi gitu ceritanya."

Hana menyelesaikan ceritanya itu dengan satu persatu di tatapnya wajah adik-adik di hadapanya itu dengan tatapan penasaran.

"Wah hebang banget ya sampe gak ada yang tau gitu. Keke bisa gak ya kak kaya gitu?" Keke gadis manis itu sangat aktif sekali, bahkan bicaanya sudah sangat lincah. Namun karena sikapnya itu juga begitu, ia jadi sering sekali di ganggu teman-temannya. Apalagi Adam, pria kecil yang satu ini hobby nya adalah menggangu Keke.

"Alah, kamu mah mana bisa kaya gitu. Orang semua orang aja tuh tau kalo kamu suka sama aku." Adam berkata seolah-olah memang bena apa yang dikatakannya itu. Sehingga mengundang tawa mengolok dari anak-anak lainnya.

"Apaan sih Dam, justru kamu kan yang keliatan banget kalo suka sama aku. Kan kamu yang gangguin aku, buaknnya aku yang ganggu kamu." Betapa lucunya anak kecil, jika sudah begini mereka pasti adu mulut lagi. Hana hanya bisa tersenyum melihat semua adegan itu. Baru saja ia ingin beranjak pergi, namun suara Keke membuatnya justru berbalik. Melihat siapa yang ada di belakangnya kini.

"Abang siapa?" begitulah pertanyaanya hingga setelah aku berbalik terkejutnay bukan main ketika kulihat siapa orang itu.

"Hans, kamu kenapa disini?" Kaget tentunya ia melihat pria ini ada di sini.

"Boleh aku bicara sebentar?"Bukannya menjawab ia justru kembali mengajukan pertanyaan pada Hana.

"Iya silahkan aja." Dengan tampang yang masih bingung ia mempersilahkan saja Hans untuk berbicara. Entah apa yang akan di bicarakannya kini Hana pun tak bisa menebaknya. Tapi mungkin hanya candaan seperti biasanya, toh ia mengenal sekali bagaimana pria ini. Bukan sehari dua hari, tapi sudah berapa semester mereka saling kenal bahkan juga sekelas.

"Mengenai cinta Ali dan Fatimah tadi, memang indah ceritanya, namun itu hanya tinggal sejarah. Apa bisa sekarang kita membuat sejarah baru? Kamu seharusnya tau gimana perasaan aku dulu sama kamu, yang selalu kamu anggap itu main-main sampai kamu bilang aku suruh jauhi kamu. Tapa itu bukan alasan utama aku, sampai sekarang aku sudah seiman sama kamu. Meski alasanya itu bukan kamu, apa salah jika sekarang aku tetap mencintai kamu? Perasaan aku dari dulu sampai sekarang itu bukan perasaan yang main-main. Sekarang aku nekat aja pengen ngungkapin ini semua sama kamu. Karena juga ada seseorang yang bilang sama aku, seenggaknya aku harus jujur dulu.

Hana, apa kamu bersedi menerima aku yang masih banyak kurangnya ini? Apa kamu bersedia menjadi penyempurna separuh agamaku? Apa kamu bersedia mulai saat ini melangkah bersamaku apapun yang terjadi, dalam suka maupun duka? Aku kan berusaha tak hanya membuatmu bahagia, tapi kita akan mencari kebahagiaan itu bersama-sama.

Aku berkata semua ini di depan anak-anak dan semua orang yang kamu sayang." Hans menujuk ke satu arah dimana disana sudah terkumpul keluarga besar Hana. Bahkan ada juga Hafidz beserta kedua orangtuanya. "Mungkin aneh ketika aku sudah berbicaa seserius ini, tapi yang harus kamu tau. Aku tak pernah main-main dalam mencintaimu. Jadi, apa kamu bersedia menerimaku?" dengan satu tarikan nafas, akhirnya Hans berhasil menyelesaikan segala apa yang ingin ia ucapkan itu.

Sedangkan di sisi lain, Hana yang masih kaget dengan semua ini. Apa lagi ini? Batinnya. Ia sampai bingung harus bagaimana sekarang? Tak bisakah waktu memberinya jeda walau sebenatr? Kenapa semuanya serba berturut-turut seperti ini. Lama ia terdiam, bahkan ia sendiri tak tau jika yang lain tengah harap-harap cemas sekarang menunggu jawaban darinya.

"Gimana Na?" Lagi, suara itu kembali mengintruksinya untuk segera menjawab segala pertanyaan itu.bahkan para anak-anak itu hanya bisa terdiam, mereka seketika terbius dengan omongan orang-orang dewasa di hadapanya itu.

"Bohong jika aku menjawab tidak, bahkan mungkin kamu yang berhasil bikin aku ragu selama ini. Kamu tau sebentar lagi aku akan menikah, walaupun sekarang udah batal." Hana melihat ke arah Hafidz saat berkata seperti itu. Melihat pria itu hanya tersenyum simpul di ujung sana. Lalu ia kembali melanjutakn kata-katanya,

"Entah mungkin ini tanpa alasan, tapi dengan konyolnya kamu, dengan keikhlasan dan ketulusan kamu yang bikin aku kaya gini. Aku gak tau harus nomong apa lagi, seharusnya aku itu udah ilfeel sama kamu. Tapi nyatanya aku gak bisa ngelakuin itu semua. Bahkan aku juga bingung, kenapa semua orang bisa tau apa yang aku rasakan bahkan saat diri aku sendiri gak tau itu semua." Selesai mengatakan itu, Hana menganggk singkat tanda ia menerima segala apa yang ditanyakan Hans padanya.

Riuh tepuk tangan dari orang-orang yang sedari tadi hanya menonton adegan itu dari jauh. Bahagia tentu saja, akhirnya teka-teki itu terjawab sudah. Harapan mereka semua saat itu hanya satu, semoga ini memang benar-benar akhirnya. Semoga tak ada lagi yang harus dibuat ragu karena sesuatu hal. Tentu saja kelancaran dalam setiap urusan, itulah yang mereka semua harapkan.

Tentang Hafidz? Tentu saja ia sudah ikhlas sekarang. Meski sudah dibilang jika sampai kapanpun, ia akan terus ikut menjaga Hana dari kejauhan. Ia tak akan mengganggu kebahagiaan gadis itu, tapi ia juga masih tak bisa merelakan jika ada yang membuat gadis itu bersedih.

Hafidz tak egois bukan? Bahkan sekarang ia sudah mengalah dengan semua keputusan ini. Tentu tak nyaman berada di posisinya saat ini. Siapa saja pasti akan merasa tersiksa, namun kekuatan cinta yang sesungguhnya tak berarti memiliki. Hanya saja, melihat orang yang kita sayang bahagia itu sudah cukup. Meskipun bukan bahagia bersama kita.

...

@nurhidayah202

Follow ig autor.

.

Vote and coment tak akan menghabiskan waktu kalian kok.

Rabu, 28 oktober 2020

Kutunggu Hijrah Subuhmu (TERBIT)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang