"jadi gimana dek? Kamu tadi belum cerita Lo sama umi. Kamu basah kuyup itu gara-gara apa, kok bisa pake mobil tapi kaya gitu. Gak bakal bilang mobilnya bocor kan?" Setelah aku selesai mandi dan menghampiri umi di bawah, tentunya aku langsung di sirami berbagai pertanyaan dari umi
Aku pun mau tak mau menjelaskan yang sebenarnya pada umi, sejujurnya tanpa ada yang ku tutup-tutupi lagi. Yah, aku kan memang anak yang jujur, lagipula kenapa juga harus bohong. Toh tak ada yang salah juga tuh dengan apa yang aku lakukan.
"O jadi gitu ceritanya. Kasian banget yah temen kamu itu, umi bangga sama kamu bisa bikin dia tenang seperti itu."
"Yah Hana hanya perantara aja lah mi, kebetulan aja Hana lewat situ. Dan gak nyangka juga sih kejadiannya bisa seperti itu. Jadi ya Alhamdulillah aja bisa jadi kaya gitu."
"Anak umi mah kan emang hebat, umi bangga sama kamu. Yaudah nih wedang jahe nya diminum. Jangan coba ngelak lagi ya kamu, ini enak kok. Kan udah biasa juga." Hmm, liat sendiri kan gimana umi kalo udah nyuruh aku minum wedang jahe. Ya mana bisa ngelak kalo udah begini.
..
Waktu menunjukkan pukul 09 pagi, dan hari ini adalah hari Minggu. Yang mana seharusnya seorang Hans beribadah sesuai keyakinannya. Tapi ia justru berada di depan rumah ini, rumah seseorang yang...
"Permisi, assalamualaikum" begitulah ucapnya di depan rumah ituLalu datanglah seorang wanita tua membukakan pintu, "waalaikum salam, maaf cari siapa ya?"
"Maaf bu, saya cari Hana? Hana nya ada?"
"Dengan mas siapa ini kalo boleh tau?"
"Saya Hans bu, teman Hana." Lalu setelah jawaban itu, aku dipersilahkan masuk dan menunggu di ruang tamu sembari ibu itu pergi memanggilkan Hana. Namun sebelum bibi itu pergi, ada seorang laki-laki yang bertanya
"Ada tamu bi? Siapa?" Begitulah ucap orang itu pada sang bibi
Lalu terjadi perbincangan sebentar, sebelum akhirnya orang itu datang menghampiri aku yang sedang menunggu di ruang tamu.
"Ini Hans ya? Ingat gue gak? Gue Hanan, sodara kembarnya Hana, gak usah ngeliatin gue gitu kali."
"Iya iya sorry, bukanya lupa. Cuman pangling aja, abisnya lo makin ganteng sih." Begitulah canda ku pada sodara kembar Hana itu. Sebenarnya aku lupa-lupa ingat sih sama dia, orang baru berapa kali ketemu juga. Lagian sebenarnya dia mirip sama Hana sih, cuman kaya versi cowoknya aja
Obrolan kami pun berlanjut ke beberapa hal yang lain. Entah masalah perkuliahan, bisnis, dan ada juga dia membahas kedekatan aku dengan Hana itu seperti apa. Wajar sih ya jika seorang Abang ingin tau temen-temen adiknya itu seperti apa. Dan yang lebih kaget itu ketika dia tau kalau aku ini orang non muslim, walaupun dia berekspresi menyembunyikannya, tapi aku tau lah apa dan bagaimana gerak-gerik nya.
Obrolan kami sempat terjeda ketika bibi tadi mengantarkan minum dan sedikit makanan, tapi akhirnya berlanjut kembali. Seketika aku mulai merasa aneh, kenapa Hana dari tadi belum keliatan ya. Begitulah pikirku tapi tetap melanjutkan perbincangan Dengan Hanan, tanpa berniat menanyakan soal itu. Ah mungkin sebentar lagi begitu lah pikirku
Tapi semuanya terhenti ketika ku lihat pria paruh baya uang kuduga itu adalah ayahnya Hana, dan benar saja, dugaan ku ternyata benar Ketika tak lama setelah itu Hanan memanggil nya dengan sebutan Abi.
"Temen kamu?" Begitulah tanya bapak itu pada Hanan
"Bukan bi, ini temen Hana."
Entah apa yang mereka bicarakan, hingga pada bapak itu bilang bahwa Hanan memang selalu kebiasaan menahan tamu sodara kembarnya itu. Yang pasti tamu laki-laki, dan kini ia baru sadar itu, karena Hana dari tadi pun belum terlihat. Itu sudah membuktikan omongan bapak itu benar.
"Yaudah, panggil adikmu sana. Jangan suka iseng gitu ah. Siapa tau penting kan."
Dan setelah berbicara seperti itu pun Hanan pergi dan digantikan dengan bapak itu yang menemani ku menunggu.
"Kamu ini siapa ya namanya?" Begitulah bapak itu memulai pembicaraannya denganku
"Saya Hans pak, teman sekelas Hana."
Bapak itu terdiam sejenak namun lagi dan kagi mampu mengendalikan ekspresi nya. Kini sekarang ia tau, darimana sifat itu berasal.
..
Aku turun setelah mas Hanan bilang padaku katanya ada tamuku di bawah. Da. Kaget bukan main ternyata orang itu adalah Hans, dan dia sedang mengobrol dengan Abi sekarang. Oh astaga, kenapa Abi terlihat santai sekali seperti tak ada apa-apa yang terjadi. Dan tak lama Abi menoleh ke arahku berdiri saat ini.
"Eh na, sini, ini dari tadi teman kamu sudah menunggu. Siapa namanya tadi?
"Hans om"
"Nah, Hans na. Dia sudah datang dari tadi, yaudah kalian bicara dulu. Kebetulan Abi juga baru datang, jadi harus bersih-bersih dulu. Hans, om tinggal dulu ya."
Begitulah ucap Abi sebelum meninggalkan kami, seperti tak ada yang aneh dengan gerak-gerik nya, tapi entahlah bisa saja nanti baru terungkap. Semua sudah biasa terjadi seperti ini.
"Hans, udah lama ya? Kenapa datang gak bilang dulu?"
"Hmmm, lumayan sih na. Aku udah datang dari tadi, cuman ngobrol sama Hanan dan papa kamu juga."
"Oh maaf ya kalo kamu merasa terganggu dengan mereka. Sebenarnya mereka emang biasa seperti itu dengan orang baru di rumah ini. Tapi sebenarnya mereka baik kok. O iya, kamu ngapain kesini? Ada perlu apa?"
"Gak sih na, aku cuman mau bilang makasih aja untuk waktu itu. Juga, aku mau ambil barang aku yang waktu itu aku titipin ke kamu. Soalnya, kalo gak ada itu, aku gabisa belajar na."
..
"Eh tadi katanya si Hans mau kemana dulu sih? Kayaknya dia Makin Deket aja sama si Hana itu ya?"
"Ya dia tadi mau kerumah Hana. Lagian, yah biarin lah dia makin Deket juga. Yang penting, kalo dia seneng, kita seneng juga kan. Ingat, gaboleh terlalu egois sama dia. Biarin aja lah, orang keluarga nya juga gpp kan?"
"Iya sih Dan, tapi kan aku nya yang jadi tersinggung. Aku Islam asli loh, maksudnya dari lahir gitu, tapi kenapa aku gak ada kepikiran buat nyari-nyari kaya di hans itu sih?" Kano berkata apa adanya, sesuatu yang selama ini sebenarnya juga mengganggu hati dan pikirannya
"Elah no, jadi selama ini lo suka uring-uringan itu hanya karena takut kesaing sama Hans? Astaga, gak nyangka sih ya gue. Gue pikir ada masalah apa gitu. Lagian ya, kalo takut kesaing, yaudah sana belajar juga. Gitu aja kok ribet banget sih." Danu yang sekarang hidupnya sudah mulai santai. Dia sadar kalau selama ini dia terlalu ego, jadi mungkin dia juga harus mulai bisa merelakan hal yang seharusnya juga sebenarnya bukan jadi miliknya
..
Lanjut or skip
Serah aja sih
Yang penting, makasih buat yang selalu kasih dukungan dan suport
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutunggu Hijrah Subuhmu (TERBIT)✅
Spiritual"cerita masih lengkap* Spiritual Romance... Penuh inspirasi... Mode hijrah on... . Kewajiban laki-laki untuk sholat di masjid itu sama dengan kewajiban perempuan untuk menutup aurat. . * Saya ingin menjadi seperti Aisyah, meski tak ada lagi lelaki s...