Hans telah menyiapkan segalanya, meski awalnya ia ragu. Namun akhirnya ia berani juga, karena yang ada dalam bayangannya adalah momy nya bisa menerima keputusannya yang dulu. Jadi, sekarang juga pasti bisa menerima kehadiran Hana dan keluarganya.
Why Hans, kenapa kamu mencari momy? Sorry sayang tapi momy tidak bisa lama. Hari ini momy sedang mengurus upacara pernikahan Adi teman kamu itu. Mereka akan mengucapkan janji di gereja."
"Really? Siapa gadis beruntung itu? Padahal baru saja momy akan menyindir mu dengan pernikahan temanmu ini. Ternyata kamu peka juga." Momy nya it uterus berbicara sambil menyiapkan segalanya untuk upacara ucap janji.
Hans berjalan mendekati momy nya lantas berkata, "Dia Hana mom, teman Hans di kampus, dia muslim." Hati-hati Hans mengatakan itu agar momy nya juga dapat mencerna apa yang ia katakana.
'Apa yang salah, kenapa mukamu pucat seperti itu? Kamu juga muslim, dia muslim jadi apa salahnya? Kamu pikir momy akan marah? Tidak lah, semuanya terserah kalian. Dari dulu kan momy juga selalu bilang, yang penting tanggung jawab dengan apa yang kamu pilih."
Seketika Hans tersenyum, "Terimakasih mom." Begitulah ucapnya singkat.
"Kau tau sesuatu Hans kenapa aku tidak marah atau melarangmu? Itu karena mom tau dan mom pernah merasakan semuanya. Kamu anak mom satu-satunya, mom tidak mau kamu pergi meninggalkan mom karena mom banyak melarangmu meskipun ini masalah serius."
"Maksud mom?" Hans belum mengerti apa maksudnya dari ucapan momy nya itu.
"Dulu Dady Meninggalkan keluarganya demi mengikuti mom, itu kenapa mom mengerti. Bisa saja kan kau melakukan hal yang sama jika mom terus melarangmu." Tepat setelah mengatakan itu, persiapannya pun selesai. "Sudah jangan di pikirkan. Nanti kita bicara lagi, sekarang mom harus ke gereja dulu. See u dear." Lalu wanita itu pergi setelah mengatakan itu dan mengecup kening putranya.
Setelah mengatakan itu Hans langsung pergi ke butik. Iya, setelah dulu butiknya kebakaran tak lama setelah itu butik itu langsung di renovasi. Jadi sekarang butik sudah bisa beroperasi seperti biasa. Selain itu juga, Alhamdulillah nya juga waktu itu butik lagi kosong. Jadi kerugian juga tak terlalu banyak.
Selama di perjalan ia selalu mendengarkan murotal. Kini hatinya terasa tenang setiap mendengar ayat-ayat al-Qur'an itu di bacakan. Pikirannya juga melayang sungguh jauh. Tak henti-hentinya ia mengucap syukur, takdir begitu baik padanya. Semua kenyataan ini semakin membuatnya yakin jika Allah benar-benar ada untuk umatnya yang butuh pertolongan.
Asalkan kita meminta, tak sombong dengan semua itu. Maka keajaiban itu benar-benar ada. Kita memang tak tau, agama apa yang paling benar. Karena setiap agama pasti selalu menganggap agama yang mereka anut itu benar. Jauh pikirannya melayang, sehingga ia sampai di butiknya itu.
"Assalamualaikum mas," Ucap bunga ketika melihat kehadiran Hans di sana. Kali ini bunga semakin menjadi ketika melihat Hans. Apalagi saat ia sudah tau Hans masuk islam. Ia selalu memikirkan kisah di film-film, ketika bos jatuh cinta dengan sekretarisnya. Ia memposisikan dirinya itu seperti sekertaris, karena ia kan orang kepercayaan Hans dalam menjaga butik.
"Waalaikumsalam," Jawab Hans dan berlalu meninggalkan bunga yang masih senyum-senyum sendiri di situ.
Awalnya bisnis Hans ini hanya sebatas toko bunga biasa. Menerima pesanan dalam hal apapun, namun sekarang toko kecil itu sudah menjadi butik juga meskipun sederhana.
"Gimana perkembangan toko? Gak ada masalah kan selama saya tidak datang kesini?" Hans mengecek data-data yang ada. Yang semuanya itu sudah tersimpan apik di computer.
"Aman mas, semuanya aman terkendali. Mas bisa cek sendiri disitu," tunjuk bunga pada data-data yang sedang Hans periksa.
"Ok bagus lah, kalo tidak ada masalah saya akan langsung pergi. Ingat ya, kalo ada masalah sekecil apapun, kamu harus langsung hubungi saya." Hans kembali mengingatkan Bunga, karena ia tak mau kejadian duli terulang kembali.
"Sebenarnya ada sih mas masalah. Masalahnya itu dengan hati saya, kenapa jadi dag dig dug terus kalau lagi sama mas Hans begini." Entah nemu keberanian dimana bunga mengatakan itu semua. Yang pasti, pipinya sudah mererah saat ini. Apalagi melihat Hans yang tidak merespon sedikitpun.
"Kamu sukaa sama saya? Tapi maaf Bunga, tidak lama lagi kamu akan mendapatkan undangan atas pernikahan saya. Juga sebentar lagi kita akan sibuk karena resepsi pernikahan saya akan segera di gelar." Hans berkata seperti itu namun dirinya tetap tenang. Ia juga tak syok dengan apa yang Bunga katakana, karena sebenarnya ia juga sudah tau jika Bunga menyukai dirinya namun ia tak pernah merespon itu semua.
Berbeda dengan bunga yang langsung syok mendengar itu semua. "Mas mau nikah? Sama siapa mas? Astaga yakali baru aja mau beraksi tapi udah ketikung duluan." Bunga menundukan ekspresi sedihnya itu.
Setelah dari butik, kali ini Hans ada pertemuan dengan orang pentinga. Yah, apalagi kepentinganya itu jika tidak nongkrong dengan personil trio DKI. Berhubung ini juga hari minggu dan tidak ada kuliah, jadi ini adalah waktu bagi mereka terlebih sebentar lagi Hans akan menikah, mereka nantinya pasti akan sulit berkumpul seperti ini lagi.
"Hay, sayang, akhirnya nyampe juga ya kamu. Sini-sini duduk sebelah babang Kano aja." Menyambut kedatangan Hans, sikap Kanu sudah seperti om om pedopil ketika berkata seperti itu.
"Astaga Kano lo sehat?" Danu yang melihat itu lantas memegang dahi Kano lalu setelah itu menempelkan pada ketiaknya. "Pantesan, suhunya sama." Ucapnya lagi.
Hans langsung duduk di antara mereka berdua tanpa mau menanggapi dulu, sepertinya adegan berikutnya akan lebih menarik. Sedangkan Kano disana sudah mengambil ancang-ancang menoyor kepala Danu.
"Sembarangan lo Dan, masa dahi gue disamain sama ketiak lo? Ah parah si ini." Kano berdecak lalu tak henti-hentinya menggelengkan kepala karena ulah Danu padanya.
"Lagian lo juga sih berlagak kaya om om pedofil tau gak sih? Ngeri gue litany. Hadeh emang kita ni selalu gesrek begini ya." Danu menghela nafas kasar.
"hmmm," Hans hanya bisa tertawa mendengar itu semua. "Kalian tau sesuatu? Ini yang bikin berteman sama kalian itu unik. Gue jamin deh, walaupun nantik gue udah nikah, lo berdua tetap jadi sahabat terbaik gue. Toh Hana juga kenal sama lo berdua. Siapa tau juga ada yang mau segera halalin Aisyah kan." Hans menggoda temanya, siapa lagi itu jika bukan Kano yang memang telah menyukai Aisyah sejak lama.
Sore yang indah bagi Hans dan teman-temannya. Ia berjanji akan selalu bersama teman-temannya itu. Kini ia juga baru sadar sesuatu, kalau ternyata toleranis dalam hidupnya itu begitu indah. Meski hadir perbedaan-perbedaan diantara mereka, tapi nyatanya kerukunan itu tetap terjalin. Jadi apa bisa sekarang di katakana, meski terjadi perbedaan sejauh apapun itu, selagi masih menginjak bumi yang sama kenapa kita tak bisa bersama? Nyatanya perbedaan itu hadir untuk kita agar saling melengkapi keberagaman itu. Kopi tak selamanya pahit jika tau cara menikmatinya, begitu juga dengan hidup.
...
Nuridayah202
Follow ig author ya.
...
Like and coment gak akan menghabiskan waktu kalian kok.
Selasa, 3 november 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutunggu Hijrah Subuhmu (TERBIT)✅
Spiritual"cerita masih lengkap* Spiritual Romance... Penuh inspirasi... Mode hijrah on... . Kewajiban laki-laki untuk sholat di masjid itu sama dengan kewajiban perempuan untuk menutup aurat. . * Saya ingin menjadi seperti Aisyah, meski tak ada lagi lelaki s...