Setelah cukup lama di perjalanan yang cukup macet, akhirnya sampai lah aku di rumah. langsung saja aku bergegas masuk dan mencari sosok yang mungkin telah menunggu ku sejak tadi. "Assalamualaikum ma" begitu ucapku yang tak kunjung mendapat jawaban.
Aku terus mencari sosok itu tak tak kunjung ku temukan orangnya. Ya ampun kemana sih mama, yakali udah pergi kan. Iya sih aku telat, tapi gak telat-telat banget juga kok. "eh bi, mama dimana?" Akhirnya kutanya pada bibi siapa tau mama ada menitip pesan
"Eh non Aisyah udah pulang? Tadi ibu buru-buru pergi. Katanya kalo non udah pulang langsung susulin ibu ke rumah temannya. Tapi bibi lupa siapa non, itu loh non ibunya temen non yang sering kesini itu."
"Tante Rara?"
"Nah iya non itu".
"Oh yaudah bi makasih ya" hmm, ada yang aneh dengan mama. Katanya minta temenin ketemu temen dan ngedesak aku banget buat ikut. Tapi sekarang aku di tinggalin, terus sekarang? Ngapain coba mama ke rumah Tante Rara. Ish, mama ini ada-ada aja..
Setelah bersiap ganti baju dan kurasa sudah rapi, aku pun bergegas pergi. Penasaran juga sih, ngapain coba mama disana
..
Untunglah perjalanan tak begitu padat jadi tak membutuhkan waktu lama untuk sampai ke rumah yang memang sering sekali aku kunjungi, yah rumah siapa lagi kalo bukan rumah sahabat ku dan rumah calon imamku, eh ups...
Baru saja mau mengetuk pintu, ternyata tuan rumah sudah membukakan pintu terlebih dahulu. Ah inikah yang dinamakan jodoh-_-
"Syah, udah sampe? Ditungguin tuh sama mama kamu di dalam"
"Eh iya Nan, tadi kirain mama kemana, ternyata disini."
"Iya mama kamu udah lama disini, katanya nungguin kamu kelamaan. Makanya dia duluan kesini"
Terdengar suara teriakan dari dalam..
"Bang, siapa yang Dateng, itu Aisyah? Kenapa gak disuruh masuk Aisyah nya?""Iya mi iya ini Aisyah, mau disuruh masuk kok ini mi."
"Tuh Syah, masuk yuk. Dibilang udah ditungguin kok."
"Iya iya ayo" dan akhirnya aku dan Hanan pun berjalan beriringan menuju tempat dimana mama dan tante Rara ngobrol.
"Nah ini yang ditunggu akhirnya Dateng juga, sini Syah dari tadi kita nungguin kamu Dateng lo"
"He iya maaf Tante, tadi hampir lupa gitu kalo ada janji sama mama. Mamanya juga malah ninggalin sih." Begitulah ucapku sambil tersenyum singkat
"Iya mama kamu bilang katanya kamu ditungguin tapi lama. Makanya dia duluan, gak sabar katanya."
Obrolan itu berjalan cukup hangat, sebenarnya hanya antar orangtua. Tapi mereka tak boleh pergi dari tempat itu. Sesekali Aisyah selalu mencuri pandang ke sodara kembar sahabatnya itu. Ia mengaku ia sangat mengagumi laki-laki di hadapannya ini, tapi rasa malunya kini menyelimuti. Apa iya orang sekelas Hanan itu menyukainya juga? Bisa saja kan selama ini ia baik hanya karena aku sahabat dari sodaranya. Ah, susah ya jadi perempuan. Bisanya cuman ngode kalo gak ya nunggu aja. Coba kalo laki-laki kalo suka langsung bilang. Hmmm..
Hari sudah lumayan larut, tapi Dimana Hana ya, dari tadi kayaknya belum ada muncul tu anak. Tau sih katanya mau refreshing, tapi gak selama ini juga kali. Huft kalau saja tak ada pemandangan indah di hadapan ku ini, sudah pasti aku bosan dan gelisah duduk di sini.
..
Setelah aku dibohongi Hans, akhirnya aku memutuskan untuk tidak menghiraukan dia lagi. Aku akan fokus pada keinginan awal ku saja, untuk menyelesaikan tulisanku yang sudah banyak di demo para pembaca. Yah apa lagi kalau bukan aktifitas ku menulis wattpad. Sesuatu hal yang cukup menguras tenaga, energi, dan waktu. Tapi cukup menyenangkan, apalagi melihat respon positif dari para pembaca. Rasanya lelah itu terbayar sudah.
"Kamu ngapain si Hans masih disini? Pergi sana. Emang gak ada tempat lain ya? Aku lagi sibuk ini. Tau gak sih, jangan liatin aku kaya gitu bisa gak sih." Sosok Hans di sini benar-benar mengganggu konsentrasi ku menulis. Bagaimana tidak, tentu saja aku bisa salah tingkah dengan perilaku Hans yang tak henti-hentinya melihati aku seperti ini. Aku juga wanita normal kan?
"Aku cuman mau menemani kamu aja. Aku gamau biarin kamu sendiri di sini. Nanti kalo ada orang jahat yang mau jahatin kamu gimana?" Hans berkata demikian tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun
"Kalaupun iya kaya gitu. Jangan liatin aku gitu bisa gak sih, bikin aku gak konsen aja. Ide susah muncul nih gara-gara kamu?"
"Pasti kamu salting kan sama aku?"
"Salting apa sih Hans, ih yaudah deh aku balik aja. Males liat kamu terus gini."
Dan yah begitu akhirnya, niatku menulis dengan tenang tentu saja tidak bisa karena kehadiran Hans yang muncul tiba-tiba itu. Taj karena kupikir hari juga sudah semakin sore, aku pun memutuskan untuk pulang.
Tapi tampaknya ada yang aneh Ketika aku sampai di rumah disana kulihat ada Aisyah lengkap dengan mamanya. Bukannya dia bilang mau menemani mamanya ke sebuah acara? Kok malah disini sih? Terus kenapa juga dia gak bilang sama aku coba.
"Hana, kenapa berdiri aja di situ. Sini masuk. Darimana aja kamu kok jam segini baru pulang?"
"Itu tan, Hana abis ngerjain tugas. Sebenarnya sama Aisyah sih Tan, cuman karena Aisyah udah ada janji sama mama, jadi yah Hana sendiri deh. Iya kan na?"
"Iya mi bener. Eh gatau nya Aisyah malah disini. Acara apaan Syah? Lamaran? Apa gimana?" Hana berkata seperti itu sambil tersenyum jahil menggoda sang sodara kembarnya itu
"Apaan sih na, ngawur kamu. Dateng-dateng ngomongnya, kesambet kamu ya?" Hanan yang malu pun langsung saja membalas lontaran adiknya itu
"Eh eh, gini nih ya kalau udah ketemu. Belum juga berapa menit udah ribut gini. Malu dong nih, ada tamu lo" dan dua sosok yang diberi teguran itu pun tanpa merasa bersalah mengeluarkan cengiran andalan masing-masing.
"Hana tuh mi yang mulai duluan"
"Eh anak aja, lagian gantian dong. Siapa suruh situ juga sering banget mojokin aku."
"Eh yaampun, udah dibilang gausah ribut juga. Masih aja yah kalian berdua ini".
Disela aku dan mas Hanan yang lagi ribut, dan mama yang berusaha melerai tapi tak berhasil Aisyah dan mamanya itu hanya bisa tersenyum melihat tingkah kami.
"Udah gpp Ra, jadi rame juga kan kalo begini. Gak kaya aku di rumah, cuman berdua sama si Aisyah jadinya sepi." Mamanya Aisyah berkata seperti itu sambil tersenyum sangat manis. Tapi entahlah, apa yang sebenarnya ada di dalam hatinya.
Aisyah itu tumbuh baik berkat didikan mamanya. Ia tumbuh dalam keluarga broken home, tapi ia cukup tangguh menghadapi itu. Dirumahnya memang cukup sepi, dia sering sendiri di rumah. Paling ya sama beberapa pembantunya. Karena ibunya juga seorang CEO sebuah perusahaan yang cukup besar. Jadi sangat sedikit waktu untuk Aisyah. Tapi Aisyah itu anak yang cukup kuat, nyatanya pergaulan dan sikap dia tetap baik. Ia sungguh patut di contoh, bahwa broken home tak semestinya hancur dan menjadi buruk. Aisyah dapat membuktikan kebalikan dari itu.
.
Hai sesuai request di Instagram ya. Katanya cerita ini yang harus dilanjutin dulu. Jadi update ini sekaligus 2 part. Semoga suka ya. O iya follow Ig author dong, siapa tau ada kuis lagi kalian bisa ikutan. Cek ya.👉 Nurhidayah202
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutunggu Hijrah Subuhmu (TERBIT)✅
Spiritual"cerita masih lengkap* Spiritual Romance... Penuh inspirasi... Mode hijrah on... . Kewajiban laki-laki untuk sholat di masjid itu sama dengan kewajiban perempuan untuk menutup aurat. . * Saya ingin menjadi seperti Aisyah, meski tak ada lagi lelaki s...