"Hans makasih ya kamu udah nemenin Hana kamu udah anterin dia pulang." Ucapan akrab Umi pada Hans membuat hafiz merasa tak nyaman.
"iya Umi nggak papa kok cuma nolongin gitu aja, selagi Hans bisa bantu Hans pasti akan bantu kok. "
Hans merasa tak nyaman dari tadi melihat Hafidz yang sepertinya tak menyukai kehadirannya. Oleh sebab itu ia memutuskan untuk langsung pergi saja. "Umi, Abi, Hafidz, kayaknya Hans langsung pergi ya, soalnya penelitian juga belum selesai. takutnya ntar dicariin anak-anak. Nggak enak juga melimpahi tugas-tugas aku sama mereka." Secara tak langsung sih Hans juga tak berbohong، walaupun ia memang pergi itu untuk menghindari situasi ini.
"Ya udahan hati-hati ya Hans, sekali lagi Umi ucapin terima kasih kamu udah nolong Hana."
"Iya Umi, santai aja lah." Lalu setelah mengucapkan salam Hans langsung melenggang pergi dari rumah itu. Ketika sampai di depan rumah, ia lupa bahwa ia kan tak membawa kendaraan. Tadi kan mengantar menggunakan mobil Hana, jadi mobilnya juga tak ada di sini. Akhirnya ia pun memutuskan untuk berjalan agak jauh keluar sembari mencari taxi atau ojek yang lewat.
..
Ketika dirasa perutnya sudah agak mendingan Hana baru benar-benar bisa berpikir secara jernih. Bagaimana kejadian tadi ketika ia pingsan, siapa yang menolongnya, siapa yang mengantarnya pulang, semua kejadian-kejadian itu berputar di otaknya. Seketika ia merasa malu sendiri. Bagaimana bisa hal itu terjadi di tempat umum. Terlebih Kenapa harus Hans yang menolongnya tadi. Aish, kini ia tak bisa membayangkan Bagaimana jika nanti ia bertemu dengan Hans.
Terlepas dari memikirkan Hans ia juga baru ingat sesuatu bahwa sepertinya tadi ia juga melihat sosok Hafidz berada di rumahnya. Apa itu benar? Jika benar pasti ia akan salah paham dengan semua ini. Padahal semua ini murni kebetulan.
Setelah melihat-lihat situasi, sepertinya ia baru sadar bahwa ia terbangun waktu sudah sore. Akhirnya ia pun memutuskan untuk langsung mandi untuk membersihkan dirinya. Rasanya sudah gerah saja, padahal kerjaannya hanya tidur. Setelah semua itu selesai, ia berniat keluar dan berniat menuju kamarnya sendiri sebelum akhirnya langkanya terhenti dengan suara ramai, yang ia duga itu adalah dari halaman belakang. Dan benar saja, saat ia intip, di taman belakang sudah ada trio pembuat onar + Aisyah. Astaga, apa yang mereka lakukan di tempat ini?
Dengan langkah malas, akhirnya Hana keluar menghampiri mereka semua. "Kalian ngapain ada di sini?" Begitulah tanyanya spontan tanpa basa-basi.
"Na, udah bangun kamu?" Aisyah bertanya sembari mulutnya masih penuh dengan makanan.
"Eh yang ditunggu akhirnya bangun juga tutor kita yang satu ini?" Kano pun tak kalah penuh juga mulutnya oleh berbagai makanan yang di hidangkan bibi di hadapan mereka.
"Eh Bu tutor, kita kesini ya mau belajar lah. Gak liat nih banyak buku begini. Lagian gak lupa kan apa kata Bu Silva? Kita boleh belajar kapan dan Dimana aja."
"Iya Na, daripada aku pusing ngadepin mereka semua sendirian. Mending aku ajak mereka kesini aja. Lagian selain disini aku bisa ketemu calon imam, aku juga seneng kalo disini banyak makanan tanpa aku harus ngeluarin modal."
Astaga, dosa apa Hana sehingga memiliki teman-teman yang super tak pengertian ini. Kenapa mereka datang tak melihat situasi seperti ini. Jelas-jelas itunganya aku itu sakit, karena tadi aku pingsan di lapangan. Tapi gimana bisa mereka datang dengan kondisi seperti ini. Memang benar-benar pembuat onar mereka semua.
Eh iya, aku sampe lupa kalo disini juga ada Hans. Dia yang tadi hanya diam tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang ada di tangannya. Hmm, seperti ada yang berbeda. Apa tadi siang ada yang salah?* batinnya. Ahh, untungnya aku diberi kesabaran yang cukup. Jadi mampu menghadapi mereka semua.
"Emang siapa yang suruh kalian kesini? Orang jelas-jelas akunya aja kan sakit. Ngapain kalian ganggu sih?"
"Bukannya gitu Na, ini karena Aisyah gak sanggup urus Kita sendiri. Lagian, tugas ini harus di kumpulin besok. Jadi udah gak ada waktu lagi. Yah terpaksa kita kesini, sebenernya ini usulan Aisyah sih. Yang pastinya langsung di setujui kita semua." Aisyah yang tertangkap sebagai kepala gengnya itu pun hanya menyunggingkan senyumnya. Pasalnya ia tau betul, pintu rumah ini selalu terbuka untuk teman siapa saja kalau alasnya belajar. Dan Aisyah udah tau itu semua. Kesempatan itulah yang akhirnya ia ambil.
..
Hola
Next???...
@ nurhidayah202
Follow Ig. 👆
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutunggu Hijrah Subuhmu (TERBIT)✅
Spiritual"cerita masih lengkap* Spiritual Romance... Penuh inspirasi... Mode hijrah on... . Kewajiban laki-laki untuk sholat di masjid itu sama dengan kewajiban perempuan untuk menutup aurat. . * Saya ingin menjadi seperti Aisyah, meski tak ada lagi lelaki s...