part.17

361 51 0
                                    

Setelah mengisi perut yang kosong dan informasi makul selanjutnya gak masuk. Hana memutuskan berpisah dengan Aisyah dan langsung pulang ke rumah. Tapi di perjalanan ia tiba-tiba teringat ingin membeli sesuatu di toko buku langganan nya. Bukan di mall, tapi ada toko buku besar yang memang menyediakan berbagai macam jenis buku. Dan siapapun penyuka buku, pasti mereka tau tempat itu.

Ketika sedang dalam perjalanan menuju toko ia melihat sesuatu yang aneh, jalan terlihat macet padahal ini seharusnya bukan jamnya macet. Dan juga wilayah ini bukanlah wilayah yang hobby macet. Tapi setelah beberapa saat ia baru menyadarinya bahwa terjadi kebakaran di daerah ini. Hal itulah yang menyebabkan jalanan macet. Dan sesuatu yang membuatnya kaget adalah, yang kebakaran adalah toko bunga sahabat yang baru beberapa waktu lalu ia ketahui pemiliknya adalah Hans. Tanpa berpikir harus berbuat apa, tapi hatinya membawanya dalam keramaian, dan kepanikan orang-orang itu.

Dari kejauhan ia bisa melihat keberadaan Hans dan teman-temannya. Dan posisinya saat ini adalah, mungkin teman-temannya itu sedang berusaha mencegah Hans yang mau masuk kedalam toko entah apa yang akan ia lakukan. Melihat itu pun, ia ikut merasakan kepanikan. Ya Allah lindungi siapapun dalam bencana ini lindungi pula Hans, tenangkan hatinya ya Allah.

Ku beranikan mendekat dimana mereka berada saat ini. Hans, begitulah ucapku lirih. Dan berusaha pula bisa didengar dia yang sedang panik.

Awalnya dia melihat sekilas seperti tak menghiraukan. Tapi akhirnya ia melihat juga. "Hana, kenapa kamu bisa ada di sini?" Begitulah ucapnya kemudian

Bukannya menjawab, aku malah mengalihkan pertanyaannya. "Kalo ngelakuin sesuatu itu harusnya sambil di pikir, itu api nya udah besar. Bisa liat kan? Kalau kamu nekat ke dalam, kamu gak bakal bisa ngelakuin apa-apa juga. Mendingan kamu coba pikirkan cara yang lebih baik agar itu tidak semakin menyebar. Siapa tau apa yang kamu ingin selamatkan, bisa kamu selamatkan."

Sungguh keajaiban memang, setelah aku berbicara seperti itu. Hans seperti berteriak, ya Allah jika kau turunkan hujan sekarang juga, aku pasti akan semakin dakat padamu. Setelah dia berbicara seperti itu, hujan langsung turun dengan derasnya membantu tim pemadam kebakaran, dan lagi-lagi ajaibnya hujan itu tanpa disertai angin. Memang keajaiban itu benar adanya. Tapi bagaimana bisa Hans...

Tak menunggu waktu lama, api itu pun langsung padam, sebelum pergi Hans tersenyum lebar padaku. Ah, ada apa ini dengan hari. Kenapa ia seperti ini.

O iya, jangan tanya Hans pergi ke mana, tentu saja ke bangunan yang sudah hampir rata dengan tanah itu akibat kebakaran. Dan tak lama ia keluar lagi dengan membawa sesuatu di tangannya. Alangkah terkejutnya aku dengan apa yang ia bawa, Hans membawa Al-Qur'an dan buku panduan belajar Islam.
"Hans, apa ini yang ingin kau ambil sedari tadi?"

"Iya, ternyata benar, sungguh keajaiban ya. Allah benar-benar menunjukkan kekuasaan nya kali ini. Dan semua itu berkatmu. Terimakasih Hana, kau telah membuatku berfikir lebih jernih. Andai kulakukan itu dari tadi, mungkin tak sampai seperti ini keadaannya.

"Sudahlah, jangan pernah sesali apa yang sudah terjadi. Dan, sejak kapan?" Tanyaku sambil menunjuk dengan dagu apa yang dipegangnya kini.

Mengerti apa yang ku maksud, Hans langsung menjawab "sudah lama, sangat lama sebelum kita bertemu. Tapi aku belum menemukan apapun, sampai akhirnya hari ini pun tiba. Kau telah menunjukkan padaku bagaimana keajaiban doa itu. Terimakasih Hana, kau telah membantu membuat keraguanku perlahan memudar."

"Berterimakasih lah pada Allah. Kenapa harus padaku, aku hanya perantara Allah untuk menyampaikan ini padamu."

"Terimakasih ya Allah." Begitulah ucapnya, dan dilanjutkan dengan membuka jaket yang ia pakai. Awalnya aku tak mengerti sebelum pertanyaan ku terjawab karena dia langsung memberikan jaketnya padaku. "Ini Hana, pakai ya. Nanti kamu masuk angin." Begitulah ucapnya padaku. Huh, aku rasa pipi ku sudah bersemu sekarang karena perlakuan nya itu. Walaupun terbilang perlakuan yang biasa, tapi.. ah sudahlah, jangan dibahas lagi. Kalian pasti tau rasanya bukan. Dan kalian juga perlu tau, bahwa Sekarang ini masih hujan, walaupun sudah tidak deras lagi. Jadi kami berada di bawah guyuran hujan. Dan teman-teman Hans, entahlah pergi kemana mereka sekarang. Aku pun baru sadar kalau sekarang sudah tidak ada mereka di sini.

Mmm, diam sepersekian detik. Jujur, pastinya ya bingung mau apa lagi. "Mm yaudah Hans, sepertinya aku juga harus pulang. Sudah basah juga kan ini, kamu juga pasti akan mengurus semua ini. Jadi aku tak mau mengganggu mu dulu".

"Kamu bawa mobil?"

"Iya aku bawa mobil kok."

"Yasudah, memang sebaiknya kamu pulang saja. Daripada nanti kamu sakit, tapi maaf aku tak bisa mengantar mu, karena aku harus menyelesaikan ini semua terlebih dahulu. Hati-hati ya Hana, kabarin saya jika sudah sampai." Begitulah ucap perhatian nya padaku. Dia bukan tipe seperti orang bucin, tapi seperti biasa saja. Dia punya caranya sendiri untuk membuat aku bahagia.

Saat baru saja aku ingin berpamitan dan meninggalkan tempat itu, dia kembali berbicara. "Hana tunggu, boleh saya titip ini?" Dia menunjukkan Al-Qur'an dan buku panduan belajar Islamnya itu.

Aku hanya menunjukkan gerak gerik mengiyakan, lalu ia pun memberikannya padaku. Dan setelahnya aku pamit. Aku pergi dan dilanjutkan dengan dia yang mengurusi puing-puing tokonya itu.

..

Setelah sampainya di rumah, aku langsung mengirimi pesan singkat pada Hans mengatakan bahwa aku sudah sampai. Walaupun tak kunjung ada balasan, karena aku tau, sekarang dia pasti sedang sibuk. Ah,, setidaknya dia lebih tenang sekarang. Bisa berfikir jernih, dan semuanya sudah selesai

"Dek, ya ampun kok kamu basah-basahan gini sih, kamu kan bawa mobil, terus ini kena hujan di mana coba, astaga kamu ini ya." Itu suara mama, ini pasti mang Diman deh yang bilang sama umi kalo aku basah-basahan begini. Secara dari tadi itu aku kan gak ketemu umi.

"Mi, calm dulu dong. Tadi tuh aku bantuin temen aku yang kena musibah gitu, intinya gitu deh mi ya, sekarang aku mandi dulu daripada nanti malah beneran sakit."

"Kamu itu ya bisa aja ngelak terus. Kalo udah mandi langsung turun ke bawah, umi bikinin yang anget-anget."

"Iya mi iya, ya ampun. Perhatikan banget sih umi ku ini." Dan dengan perkataan ku yang seperti itu, tentu saja sukses membuat umi menjitak ku. Dan setelah itu aku langsung ngacir ke kamar mandi, di ikuti umi yang langsung keluar dan kuduga langsung membuatkan aku wedang jahe.

Iya, satu minuman itu memang paling ampuh kalo kata umi, tapi aku gak pernah suka. Dulu setiap aku dikasih itu, aku pasti pura-pura doang minumnya, tapi setelah itu aku buang. Yah sekarang udah gak bisa sih, umi udah tau. Jadi setiap aku minum wedang jahe, umi pasti nungguin, wajib habis kalo kata umi mah. Dan,, ya Kitu deh, bayangin sendiri ya gimana ekspresi aku saat aku minum itu. Karena rasanya tu emang aneh banget.

..

Lanjut or skip
Ig @ nurhidayah202 .👉 Follow

Kutunggu Hijrah Subuhmu (TERBIT)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang