bukan apa-apa?

311 42 0
                                    

Setelah beberapa saat mereka rusuh sambil mengerjakan tugas, dan dengan tenaga extra dan menghabiskan waktu yang cukup lama, akhirnya mereka berhasil juga mengerjakan tugas-tugas itu. Tugas-tugas yang sebenarnya tak begitu rumit juga tak bisa dimudahkan saja.

Entah ini kebetulan atau tidak, tapi tiba-tiba Danu, Kano, dan Aisyah itu pergi dan menyisakan Hana dan Hans di taman itu. Hana yang merasa sebenernya ada yang salah dengan semua ini, ada yang berbeda akhir-akhir ini antara ia dan Hans. Dengan memberanikan diri, akhirnya ia bertanya juga pada Hans.

"Mmm Hans, aku ada salah ya sama kamu? Kenapa aku ngerasa kamu jadi beda gini sih?" Hana bertanya seperti itu seperti ia tak merasa ada yang salah. Padahal jelas saja mungkin Hans menjaga jarak karena tau, Hana sudah akan menikah. Dan bukan waktunya lagi untuk bisa berlaku seperti dulu terhadap Hana. Ia yang selalu mengganggu wanita itu, ia yang tak pernah melewatkan sehari saja tanpa membuat wanita itu kesal. Atau pesan singkat yang hanya mengatakan jangan lupa makan, yang terpenting jangan lupa aku. Ternyata ketika semua itu tak lagi di lakukan, Hana baru benar-benar merasa berbeda. Ia merindukan masa-masa dulu.

"Maksud kamu, beda gimana?" Tentu saja Hans pura-pura tak tau. Padahal jelas ia paham betul apa yang coba Hana katakan.

"Kamu kayak menjaga batas komunikasi sama aku. Bukanya gimana, tapi kalo kaya gini kita jadi kayak orang bermusuhan. Jujur sih sikap kamu yang jauh berubah."

Andai kamu tau Na, aku bukannya ingin menjaga batas, tapi aku ingin berusaha membuat diri aku sadar, kalau kamu sudah ada yang punya. Lebih tepatnya bukan menjaga batas, tapi hanya ingin menjaga hubungan kita agar tak semakin jauh. Agar tak ada salah paham nantinya. Karena aku gak pernah bisa memungkiri, kalo aku sayang sama kamu, lebih dari sekedar teman atau sahabat. Dan ternyata hubungan kita Sekar sudah seperti sodara kan? Hehee, lucu ya* tapi apalah daya, semua itu hanya bisa Hans ucapkan dalam hati.

"Bukan bermusuhan, hanya waktu aja mungkin yang gak tepat udahlah, toh dari dulu kita juga gak ada apa kan."dan akhirnya hanya itu yang bisa Hans ucapkan. Entahlah, rasanya hatinya sakit mengucapkan itu. Bagaimana mungkin ia bisa bilang tak ada apa-apa. Rasanya pun, waktu tak pernah tepat untuk mereka berdua.

Bukan cuman Hans, bahkan Hana pun merasa demikian. Jika bukan apa-apa, lalu apa yang selama ini mereka jalani. Lalu apa yang selama ini Hans ucapkan? Lalu apa? Apa benar ia mengharapkan Hans? Apa salah ia menerima Hafidz? Dan kini isi kepalanya saat ini penuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan. Kenapa juga aku harus bertanya seperti itu* batinnya.

..

Hari-hari berikutnya, entah kenapa ia hanya menjadi tutor untuk Hans. Sedangkan Danu dan Kano, mereka bersama Aisyah. Dan jarang sekali bersama-sama seperti waktu itu. Alhasil aku lebih sering berdua dengan Hans saja, seperti hari ini, kita akhirnya nyantai di sebuah cafe, yang katanya cafe DKI milik trio pembuat onar alis trio rusuh itu. Entah lah apa yang dikatakan Hans itu benar atau gak, tapi yaudah lah ikuti saja.

Sekarang hubungan ku dengan Hans belum bisa dikatakan sudah biasa saja, tapi anggap lah kami berdua saling menghilangkan kecanggungan ini. Selain karena mungkin terpaksa kami harus berdua seperti ini, aku juga sebenernya gak mau mengorbankan nilai ku jika saja aku menolak. Jadi lebih baik aku bertahan dan bersabar.

Sekarang, Hans tengah serius mengerjakan apa yang aku suruh. Sedangkan aku? Aku fokus memandanginya. Entahlah, sambil memandanginya, aku berharap menemukan sosok Hans yang hilang dulu. Apa aku merindukannya? Meski keadaan sekarang sudah sedikit membaik. Tapi rasanya situasinya sudah berbeda, Bahkan Hana mungkin sudah lupa, kalau itu terjadi karena dirinya yang akan menikah.

Tak lama.. "Na, ya ampun ternyata kamu disini. Sore ini kita harus fitting baju, kamu gak lupa kan?"

"Fitting baju?" Hana yang kaget terlebih disitu ada Hans. Ia terus memandangi muka lelaki itu, tapi sepertinya tak ada yang berubah darinya. Hana mungkin egois, tapi apa salah jika dia menginginkan pernikahan ini dibatalkan oleh Hans? Ia ingin semua itu terjadi. Entahlah, apa pernikahan ini terpaksa atau tidak, tapi rasanya bukan seperti ini yang ia harapkan.

"Iya Na, apa Umi gak bilang sama kamu?"

Hana terus memandanginya Hans yang tak memberikan reaksi apapun. Bahkan Hafidz menyadari hal itu. "Mmm, Hans aku harus pergi. Kamu bisa lanjut sendiri kan? Nanti kalo kurang yakin email in ke aku aja. Biar aku periksa."

"Okay, gpp kok pergi aja kalo kamu udah ada janji."

...

Hola
Next?
@ nurhidayah202
Follow Ig.👆

Kutunggu Hijrah Subuhmu (TERBIT)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang