part 3

1.4K 143 2
                                    

Semua orang udah disibukkan dengan acara pernikahan kak Dhila. Bahagia rasanya, kakakku satu-satunya itu akhirnya sebentar lagi melepas masa sendirinya.
Kak Dhila itu wanita yang tangguh, bahkan terkadang aku sempat iri sama dia. Wanita yang cerdas siapa yang tidak kenal sama dokter muda nan cantik itu.. dia bisa melakukan segalanya dengan senyuman yang indah, seakan tak pernah menghadapi masalah. Padahal aku tau, beberapa kali dia juga memiliki masalah yang besar, bahkan Abi... Ya, Abi memang seperti itu menurutku. Kak Dhila sempat dipaksa menikah juga saat dia bahkan belum menyelesaikan studi kedokterannya itu. Tapi entah jurus apa yang diberi kak Dhila, hingga akhirnya Abi bisa enjoy menunggu sampai saat ini.

"Hana kamu kenapa malah ngelamun disini?"

"Ehh, umi ngagetin aja sih"

"Dari tadi umi udah panggil-panggil kamu. Tapi gak ada jawaban. Ehh rupanya kamu malah ngelamun disini. Ada apa sayang?"

"Gpp umi, aku cuman gak nyangka aja, kak Dhila sebentar lagi akan berubah status dari seorang anak menjadi seorang istri. Gak kerasa ya umi"

"Umi juga gak nyangka. Anak manja umi itu sekarang ternyata udah dewasa, namanya sudah semakin panjang dengan gelar dokternya itu. Sekarang dia sudah semakin sibuk dengan urusannya. Dan,, dan dia udah mau menikah"
Kulihat umi malah meneteskan air mata. Aku tau umi bukan hanya sekedar ibu bagi kak Dhila. Tapi umi juga bisa jadi seorang sodara dan juga sahabat bagi kak Dhila. Kenapa tidak, umi masih sangat muda saat itu ketika umi Memiliki kak Dhila, karena notabennya umi memang menikah di usia muda. Kakek menjodohkan? Ya, tentu saja. Itu sudah seperti budaya di keluarga ini. Umi baru mengandung aku dan mas Hanan saat kak Dhila itu SMA. Jadi wajar, wajar kalo kak Dhila manja dan merasa jadi anak tunggal.

"Umi, umi kenapa malah nangis ?" Kupeluk umi yang mulai haru, ketika mengingat tentang masa-masa dimana kak Dhila sangat manja. Bahkan dia sempat merajuk saat tau umi hamil lagi. Padahal dia sekarang sangat menyayangiku dan mas Hanan. Tapi dulu hatinya sangat tertutup sekali.

"Umi teringat kakakmu yang manja itu. Dulu dia sering sekali main hujan-hujanan demi melihat pelangi setelahnya. Padahal tak selamanya setelah hujan itu ada pelangi. Dan kebiasaan dia yang tak pernah berubah sampai sekarang ini adalah senja. Senja sudah seperti sebagian hidupnya. Bahkan ketika dia sakit sore itu, dia tidak melihat senja. Dan malamnya dia langsung tidak bisa tidur. Dia memang wanita yang aneh, tapi kamu tau? Umi bahagia, bahagia ketika umi tau yang kini kelak akan mendampingi Dhila itu Agra. Walaupun dulu sangat banyak belenggu yang memisahkan mereka, tapi umi percaya, sangat percaya bahwa Agra dan kak Dhila itu pantas bersama. Agra selalu menjaga Dhila, bahkan Agra juga yang membantu Dhila akhirnya Istiqomah dengan hijabnya itu. Walaupun Agra seakan seperti tidak ada di kehidupan Dhila. Karena Dhila memang hari-hari nya tak pernah terlepas dari Alif dan Arkan. Mungkin mereka terlalu kecil untuk mengetahui perasaan masing-masing. Tapi umi bangga sih dengan persahabatan mereka. Umi rasa mereka berdua sudah saling menyukai sejak SMA, tapi mereka saling tak menyadari. Dan saling memperhatikan dari jauh".

Ya aku sadar, umi sangat menyayangi kak Dhila. Kulihat pancaran kesedihan sekaligus haru di matanya itu. Aku juga tau cerita itu, dulu kak Dhila memang tak berhijab. Tapi akhirnya sampai sekarang kak Dhila juga bisa cantik dengan hijabnya yang menutupi segala lekukan tubuh cantiknya itu "umi berhasil jadi umi yang bisa mendidik anak-anaknya jadi anak yang Sholeh dan Sholehah"

Baru saja aku dan umi saling berbagi resah, suara panggilan Abi memecahkan segalanya.

"Umi, Hana nya gak ada ya? Kok lama sih"

"Eh iya, umi sampe lupa. Umi tadi kesini mau minta tolong kamu ambilin baju kak Dhila di butik kita yang biasa itu loh"

"Yahh umi, kok Hana sih. Kenapa gak mas Hanan aja, Dhila juga lagi sibuk ini. Tugas kuliah Dhila numpuk banget"

"Udah, tolong dong ambilin bentar aja. Kasian kalo kak Dhila Ambil sendiri, dia kan belum ambil cuti, tau sendiri kan dia sibuknya kaya gimana. Tolong ya sayang? Ajakin masmu juga gpp. Tapi umi gak tau dia ada dimana"

"Hmm, iya deh umi Hana ambilin. Tapi kan umi, kak Dhila itu... "

"Umi... " Panggilan Abi kembali menggelegar

"Iya Bi, sebentar. Yaudah sayang, tuh abimu udah manggil aja dari tadi. Tolong ya sayang".

"Iya umi".

"Yaudah umi tinggal dulu. Assalamualaikum"

"Waalaikum salam".

Entah mengapa Abi yang dulu meneduhkan, sekarang jadi menakutkan. Iya, sekarang aku tak lagi bahagia mendengar suara Abi yang dulu mampu meredakan segalanya dalam dada ini. Setiap ku dengar suara Abi, ingatkan itupun seakan ikut muncul pula, sesuatu yang membuat hubunganku dan Abi kian merenggang.. Abi, kenapa Abi lakukan ini pada Hana, tetesan air mata tak terbendung lagi, semuanya luruh begitu saja. Mungkin maksudnya baik, tapi aku belum bisa menuruti itu.

.

Setelah aku mencari mas Hanan dan tak kutemui tanda-tanda keberadaannya, ku putuskan untuk pergi sendiri. Kesel rasanya, giliran diperlukan aja susah banget dicarinya. Kalo gak ada apa-apa dia seenaknya muncul gangguin aku.. huft, dia itu ngeselin tapi ngangenin.
"Assalamualaikum" ku capkan salam sebelum aku masuk dalam butik itu

"Waalaikum salam, mbak Hana ya?"

"Iya" jawabku singkat dengan diiringi senyuman

"Sini mbak, silahkan duduk. Diambilin dulu gaunnya".

Petugas itu langsung masuk kembali, yang kuduga mengambil gaun yang ingin ku ambil

Setelah selesai urusanku di butik, rasanya aku tak ingin langsung kembali ke rumah. Mengingat rumah, rasanya belenggu itu kembali muncul dan ingatan ini kembali berputar di situ saja..

Ku putuskan mencari masjid guna menunaikannya kewajiban ku sebagai seorang muslim yang sempat tertunda.. ya Allah, rasanya aku sangat berdosa ketika lagi dan lagi aku melalaikan tugasku sebagai seorang muslim..

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh... Salam ku setelah sujud terakhir.
Ya Allah, berikan aku kelancaran dalam menghadapi segala ujian ini. Berikan aku kemudahan, berikan hamba mu ini jalan keluar dengan segala cobaan dan ujian yang kau berikan ini. Aku percaya, tak ada cobaan dan rintangan yang melebihi batas kemampuanku. Tapi rasanya hampir saja aku menyerah, jika saja aku tak ingat, masih banyak yang lebih dariku. Seharusnya dengan ini aku bisa belajar lebih dewasa lagi. Karena kini aku yakin, aku bisa melewati ini semua. Aku yakin itu ya Allah. Ya Allah restui segala jalanku, bukalah Segala jalanku. Jangan laknat aku karena kini aku menjauh dari Abi. Aku hanya tak sanggup menghadapi kenyataan ini ya Allah..

.

Alhamdulillah bisa update lagi
Semoga masih ada yang baca cerita ini
Makasih yang udah dukung
Jangan lupa vote and coment
Cek banyak typo
Jangan lupa baca ulang.
Part sebelumnya ada beberapa revisi
Terutama nama dan beberapa hal lainya

Kutunggu Hijrah Subuhmu (TERBIT)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang