part.16

405 51 0
                                    

"momy, boleh Hans ngomong sesuatu?"

"Ngomong tinggal ngomong aja kenapa pake nanya segala? Biasanya juga tinggal ngomong kan?"

"Kenapa momy mau sama papi? Kita kan beda keyakinan?"

"Itu dulu Hans, tapi kamu liat sekarang. Betapa papi rajin ke gereja, gak kaya kamu itu, selalu aja ada alasan."

"Iya tapi kenapa gak momy aja yang ngikutin papi?" Hans tiba-tiba terceplos berbicara seperti itu.

"Maksud kamu apa bicara seperti itu?" Tentu saja nada momy nya itu menjadi tak biasa. Bagai tersambar petir dan tersulut amarah yang besar.

"My, boleh aku belajar Islam?" Karena sudah tertangkap basah seperti itu, apa lagi yang harus ia tutup-tutupi. Memang niatnya dari awal kan untuk berbicara itu. Tapi ia sungguh tak tau, harus memulai darimana untuk berbicara. Rasanya tercekat begitu saja saat ingin mulai dikeluarkan.

Momy nya itu tak langsung berkata ia seperti melihat sesuatu dalam diri Hans "apa yang kamu pikirkan sehingga kamu bisa berbicara seperti itu?"

"Aku hanya berusaha mencari jati diri aku. Dan rasanya aku ingin belajar itu my. Bukan sekedar belajar sih, hati aku seperti tersentuh setiap kali aku mendengarnya. Suara adzan, suara ngaji bibi, dan suara-suara itu bisa membuat aku tenang. Boleh mi?"

"Kamu sudah dewasa kamu sudah bisa menentukan pilihan kamu sendiri. Yang penting kamu lakukan dengan berpikir layaknya orang dewasa. Selama ini momy selalu paksa kamu untuk ke gereja tapi kamu selalu ada alasan, dan sekarang momy kini tau kenapa kamu selalu beralasan. Jika kamu berbicara lebih awal momy tak mungkin sejahat itu Hans, momy hanya mau kamu taat dengan apapun yang sudah kamu pilih. Ngerti kan maksud momy?"

"Jadi momy gak masalah?"

"Jika kamu memilih itu, yang penting kamu bisa menjadi taat dan lebih baik. Momy gak mau kamu menjadi orang yang lalai dengan tanggung jawab sendiri."

Seketika Hans langsung memeluk momy nya. "Makasih ya my, ternyata selama ini Hans salah menilai momy maaf my, maaf."

Kini satu masalahnya selesai, sesuatu yang tak Hans kira selama ini. Yang ia pikir itu sulit, ternyata tak sesulit itu. Itulah kenapa, tak baik berprasangka buruk dengan orang lain.

..

"Lo kenapa si Hans ko keliatan sumringah gitu? Ada apa?" Kano akhirnya berbicara setelah lama ia melihat salah satu personil trio kacrut itu memperlihatkan gelagat yang aneh.

"Iya ni Hans, kayak ada yang beda gitu. Ada apa sih? Bagi-bagi kali kalo kagi bahagia juga." Dan ternyata tak hanya kano, tapi Danu juga berpikiran yang sama

"Gue cuman baru sadar aja, ternyata bener ya, kita gak pernah tau apa yang bakalan terjadi sama kita kedepannya. Kita juga gak boleh bertindak seolah kita yang paling tau. Karena tak selamanya apa yang kita liat bahkan yang kita rasakan itu nyata. Semua bisa aja berubah sesuai situasi dan kondisi yang kita alami."

"Maksud lo apaan sih Hans? Sumpah deh, IQ gue gak sampe dengan apa yang lo omongin barusan."

"Dasar kano, emang kapan sih lo pinternya. Begituan aja gak tau"

"Eh songong lu ya, emang lo sendiri tau apa yang barusan Hans omongin itu?"

"Ya tau sih, tapi susah buat jelasinnya. Intinya ya gue tau lah, gak kaya Lo."

"Alah sok lu, kalo gak tau mah bilang aja gak tau lah. Jangan pura-pura tau gitu."

Dan yang disinggung pun hanya tersenyum kikuk

"Selama ini lo semua tau kan kalo momy itu baik banget. Tau juga apa profesinya, tapi dia gak pernah ngelarang bibi untuk sholat bahkan mengaji dengan suara keras di rumah. Gue selalu seneng dengerin bibi ngaji, suaranya bagus banget. Berasa adem aja gitu di hati. Tapi akhir-akhir ini momy kaya berubah, suka paksa gue ke gereja, suka marah, yah walaupun gue tau maksudnya itu baik. Dan gak seharusnya gue kaya gitu sama momy. Tapi ya mau gimana lagi, gue. .. gue juga gak tau lah alasannya kenapa. Intinya sulit aja gitu di jelasinnya. Dan tadi pagi, gue beraniin buat ngomong sama momy apa niat gue selama ini. Dan gue pikir momy bakalan marah besar, apalagi hubungan gue sama momy tuh akhir-akhir ini lagi gak baik."

"Panjang amat sih Hans, to the point aja kali, apa akhirnya."

"Sabar kali no astaga, ini kan lagi di ceritain. Tinggal dengerin aja ribet banget sih."

"Akhirnya ya momy gak marah sama sekali dan momy dukung. Bukan dukung yang Gimana sih, maksudnya tuh momy ya ngasih gue kebebasan buat gue nentuin pilihan gue sendiri. Karena gue juga udah dewasa, dan udah tau yang terbaik buat diri gue sendiri. Momy cuman pesan, supaya apapun yang gue pilih, gue bisa tanggung jawab dengan pilihan itu. Dan sekarang gue ngerti, momy selama ini suka marah itu bukan karena apa, tapi momy cuman mau gue belajar tanggung jawab dengan diri gue sendiri."

Mendengar penjelasan akhir itu membuat kano maupun Danu terdiam..

"Maaf ya Hans, dulu kita sempet bertindak gak enak sama lo. Sekarang momy lo aja tuh bisa ngomong kaya gitu, tapi dulu gue malah gak bisa ngertiin temen gue sendiri."

"Iya Hans, seharusnya dulu gue juga bisa lebih dewasa buat mikir. Gak seharusnya lah gue ikut-ikutan gitu. Yah gue cuman gak mau aja kita pecah, dan ternyata gue juga salah ya."

"Udah la, lo berdua apaan sih. Santai kali. Toh udah lewat juga kan. Sekarang kita masih sama-sama disini. Gak perlu lagi liat masalalu kalo emang buat kyira sakit. Kenapa kita gak siapin aja masa depan agar lebih baik. Karena itu yang harus kita hadapin sekarang."

Drrtt...

Jya bunga..

Hah?

Yang bener kamu? Terus gimana?

Ok ok, saya kesana sekarang

"Kenapa Hans?"

"Iya kenapa?"

"Toko gue kebakaran."

"Hah kok bisa? Begitulah ucap kano dan Danu bersamaan

"Gue juga gak tau pasti, barusan bunga yang ngomong. Dan gue harus kesana Sekarang."

"Kita ikut, kira gak bisa biarin lo pergi sendiri. Apalagi kalo harus nyetir sendiri. Iya gak Dan?"

"Iya bener, cuss kita berangkat. Tunggu apa lagi?"
Dan akhirnya mereka bertiga pun berangkat menggunakan mobil Hans yang dikemudikan oleh Danu. Karena menurut mereka, dalam kondisi yang seperti ini, tak baik jika Hans mengemudi sendiri

..

Setelah selesai kelas aku dan Aisyah langsung nongkrong di kantin untuk segera mengisi perut yang sudah meronta-ronta minta di isi. Tadi pagi aku memang tidak sarapan, bukan tak sempat sih, tapi lebih tepatnya tidak mau. Aku memang seperti itu, jika tak ada Abi dan umi, mana pernah aku sarapan. Karena memang aku sebenarnya tak pernah bisa sarapan dan aku juga tak suka. Karena rasanya masih aneh saja. Tapi jika ada mereka, ya mau tak mau aku harus melakukannya. Yah walaupun lebih seringnya ku hanya minum susu saja sih.

"Eh na, itu trio gajelas kenapa buru-buru gitu ya?"

"Apa sih Syah, kamu kepo banget sama mereka. Katanya gak mau peduli."

"Ya gak kepo dan gak mau peduli sih, tapi kalo keliatan mau gimana coba. Orang gerakan mereka tu rusuh gitu. Mana muka Hans kaya panik banget lagi."

Spontan Hana langsung menoleh, beralih fokus dari makanannya

"Tuh kan, giliran Hans aja langsung noleh."

"Hmm, tapi sepersekian detik ia kembali pada makanannya. Walaupun dalam hatinya bertanya-tanya. Ia tak akan membiarkan Aisyah malah semakin salah paham, apalagi semenjak video waktu itu beredar. Aisyah sudah seperti mata-mata yang mengerikan.

Kutunggu Hijrah Subuhmu (TERBIT)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang